webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

24.) Pilih Lagu

Telah selesai kami men take vokal, kulihat jam sudah pukul 11 malam.

"Akhirnya Selesai" ucap ku Setalah menguploadnya di yt Saki, Kami memutuskan Channel Yt Saki akan di gunakan sebagai tempat upload video music

"Hoammm sudah selesai ya, ayo kita tidur aku ngantuk sekali ini" kata Saki

"Tadi kan sudah ku kata untuk tidur duluan"

"Stop jangan bahas itu mari tidur saja" ucap Saki karena tidak ingin debat

"Okey"

Aku dan Saki berjalan ke Kamar mandi untuk sikat gigi dulu lalu mangganti baju dengan piyama tidur.

"Saki chan Selamat malam" ku ucapkan saat akan tidur

"Selamat Malam Haruka kun" cuph Saki mencium pipi ku

Lalu kami pun terlelap di tempat tidur bersama.

Dringggg

Suara jam membuat ku bangun, kulihat Saki sudah tidak ada di samping ku.

"Saki chan?"

"Apa Haruka kun"

"Dimana kamu?"

"Di kamar mandi, pipis"

"Oh ok"

"Jangan tidur lagi segera siap siap untuk olehraga pagi"

"Ughh aku lelah Saki chan"

"Kita jalan pagi saja tidak usah lari"

"Umm ok jika jalan"

Ayo jalan

"Kamu ganti dulu pakaian mu Haruka kun"

"Oh aku lupa masih menggunakan piayama"

"Tunggu sebentar akan ku ganti dulu"

"Cepatlah"

Setalah ganti celana training dan kaos olahraga Aku dan Saki jalan jalan menuju taman.

Jam masih pukul 6 pagi jadinya masih dingin namun karena musim semi ini juga terbilang hangat.

"Hey Saki chan nanti saat tampil di lomba nyanyi lagu apa yang akan kita nyanyikan"

"Cover lagu boleh?"

"Boleh boleh saja"

"Jika boleh nyanyi lagu lemon saja"

"Lemon yang nananan itu?"

"Iya yang itu, walaupun vokal asli wanita kamu bisa kan mengakali nya?" Tanya Saki

"Apa tidak lebih bagus innocence saja?"

"Lagu anime SAO?" Tanya Saki

"Iya"

"Apa kamu yakin? Mungkin kita akan di anggap otaku loh"

"Eits eits jangan menyatakan otaku hanya karena kamu suka lagu anime"

"Baiklah kamu menang kita nyanyikan lagu"

"Lagu ke dua dan ke tiga?" Tanya ku

"Lah kita bernyanyi sebanyak 3 kali ya"

"Iya 3 kali jadi kita juga akan melewati 3 babak"

"Bagiamana jika Daoko?" Tanya Saki

"Nah itu boleh juga"

"Baik diputuskan itu yang ke dua"

"Yang ketiga, kita akan menyanyikan lagu yang akan ku buat"

"Apa lagunya?"

"Kuberi judul White album"

"Sama dengan nama manga yang di garap Nonaka?"

"Iya, siapa tau nanti saat manga itu terbit jadi anime lagu ku dapat di jadikan openingnya atau paling tidak jadi back song"

"Hey Saki chan dan Haruka kun" panggil nama kami dari seseorang di belakang

Kami berdua menoleh dan mendapati Nagisa dan Tomoya.

"Pagi Nagisa San dan Okazaki san" ucap Saki

"Panggil saja Tomoya nanti Nagisa takutnya ikut menoleh" kata Tomoya

"Mou tidak seperti itu juga Tomoya kun" kata Nagisa

"Oh iya biar ku perkenalkan Haruka kun ini suami ku Tomoya dan Tomoya kun ini Haruka istri Saki chan"

"Oh kamu kuliah beberapa kali lewat depan toko mengenakan seragam sekolah, apa kalian masih sekolah?" Tanya Tomoya san

"Benar Tomoya San Aku dan Saki telah menikah, kami menikah sekitar 3 hari yang lalu"

Nagisa dan Saki mulai bicara beruda saja .

"Hebat kamu berani menikah di usia muda, bukankah kamu terlalu berani menurut ku, begini saja dulu aku juga menikah dengan Nagisa juga terbilang umur yang muda yaitu aku 19 dan nagisa 20, awalnya aku memang ragu bagaimana menghidupinya apalagi setelah aku tau penyakit Nagisa aku agak kesulitan saat itu namu  nagisa tetap menyemangati diriku dan jadilah sekarang, tapi saat itu aku sudah lulus jadi tidak ada batasan mencari pekerjaan, jadi Haruka kun bagaimana kamu bisa bertahan untuk menghidupi Saki chan"

"Aku bisa berani dan menghidupinya karena aku sudah yakin dan kurasa kerja ku sampingan juga sudah banyak menghasilkan uang, walaupun aku belum melangsungkan pernikahan secara terbuka aku akan berusaha mewujudkannya"

"Laki laki yang kuat" pikir Tomoya

"Mau rokok Haruka kun?" Tawar Tomoya

"Minta satu jika bisa"

"Baik ini rokoknya ambil dan koreknya"

"Oh Black mild, selera yang bagus Tomoya san"

"Tidak kusangka anak SMA sudah tau merk rokok yang bagus"

.

"Sebentar Nagisa san apa Tomoya San merokok?"

"Dia merokok tapi hanya saat di luar rumah"

"Memangnya kenapa?"

Dilihatnya Haruka Sudah akan menyalakan rokoknya.

Bugh

Sepatu mendarat di kepala ku.

"Oy siapa yang melempar sepatu ini huh?" Teriak ku sambil melihat ke belakang

Kulihat Saki tanpa satu sepatu sedang mengacungkan tinju padaku.

"Kembalikan rokok itu atau Kamu ku bogem"

"Astaga galaknya Istrimu aku tidak tau itu" kata Tomoya pelan

"Huh bagaimana ku kembalikan orang sudah ku cium" balas ku

"Maka buanglah ini juga taman kenapa kalian malah merokok di sini!"

"Masih jam 6 jadi jarang yang kesini" balas Tomoya

"Tomoya kun matikan juga rokok itu, disana ada tanda dirang merokok" ucap Nagisa

"Eh apa iya?"

Setelah di lihatnya papan peringatan ternyata benar adanya,  Tomoya langsung mematikan rokok itu.

"Lihat itu juga Haruka kun sekarang buang!"

"Baik baik akan ku buang" ucap ku lalu memasukkan nya ke dalam kantong celana training

"Malah di masukan, buang ke tempat sampah"

"Ish cerewet nanti akan ku buang"

"Buang saja bro ketimbang nanti kamu tidak dapat jatah" saran Tomoya

"Huh baik baik akan ku buang sekarang"

Aku berjalan menuju ke tempat sampah dan pura pura ku buang rokok itu, namun aslinya masih ku simpan di balik tangan lalu ku masukan lagi ke kantong Celana.

Saki mengahmpiri ku

"Kenapa kamu ke sini, hus sana sana disini bau" kata ku

"Berikan atau kamu ku pukul!"

"Apa lagi Saki chan?"

"Rokok nya"

"Mana tidak ada? Tunjuk telapak tangan ku yang bersih"

"Berbalik"

"Untuk apa?"

"Berbalik"

"Baiklah"

Dibukanya pakaian belakang ku mencari tau di mana rokok berada, sebenarnya rokok masih ku pegang di tangan.

"Saki chan di tangannya" teriak Nagisa

"Sial aku melupakan mereka"

"Ketahuan Haruka kun sekarang berikan padaku" kata Saki

"Satu biji seminggu"

"Tidak! berikan "

"Satu bulan"

"Tidak"

Akhirnya aku yang mengalah lagi.

"Ini" padang ku sambil melihat matanya, namun ada sesuatu yang tak asing, seseorang om tua dengan kacamata sedang membuang sampah. (196644)

"Kamu melihat apa Haruka kun sekarang berikan rokoknya"

"Saki panggil polisi sekarang, jangan medekat sebelum aku mengabarimu dulu" ucap ku sambil memasukkan rokok itu ke Saku lagi.

"Huh apa maksud mu?"

"Nanti akan tau" kata Ku

"Apa yang terjadi kudengar sampai bawa bawa polisi ..."

"Tomoya san ikut aku"

"Kemana ?"

"Ikut saja kita akan menyelamatkan seorang Anak kecil"

"Dari apa dan siapa dia?

"Stop! ikuti saja aku"

Aku berjalan biasa agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pelaku pelaku.

Yang kutau om om tua itu punya sebuah apartemen tapi aku tidak tau di mana berada.

"Oy Haruka kenapa kita sedang menguntit om om jelek itu" tanya Tomoya

"Aku punya firasat ia adalah orang jahat"

"Jangan menilai orang dari penampilannya Haruka kun"

"Stop dulu, lihat dia sekarang sudah masuk ke apartemennya mari kita mendekat"

"Itu bisa melanggar hukum loh"

"Sudah jika melanggar nanti akan ku pertanggung jawabkan semua atas nama ku"

"Ya jangan aku juga ikut jadi aku juga ikut bertanggung jawab"

Kami mendekat ke pintu depan apartemen sambil mengendep endap

Kutempelkan Kuping ku ke pintu, Tomoya juga melakukan hal yang sama, untungnya jarak pintu dan ruang tamu dimana anak itu disekap dekat.

"Ummmm" suara samar tapi bisa di ketahui bahwa itu suara oramg yang sedang di bungkam mulutnya.

Mata Tomoya membelak karena suara itu adalah suara seorang anak gadis.

"Paham maksud ku?" Tanya pelan ke Tomoya

"Kita habisi Lolicon itu Haruka kun" jawab Tomoya

"Minggir dulu akan ku dobrak pintu ini"

"Umm"

Duar..

Dengan sekali hentakan kaki pintu itu roboh.

"Ittai" kaki ku agak sakit

Terlihat Si om om itu sudah melepas celanannya menghadap ke gadis yang sedang di ikat.

Tomoya maju duluan sebelum si om om menoleh.

"Mati kamu lolicon busuk" ucap Tomoya sambil melayangkan tendangan keras ke muka om om.

Brukk tendangan kaki yang amat keras menghantam dagu sebelah kanan dan hampir mengenai tengkuknya

Krak kurasa rahang si om patah

Si om lantas jatuh pingsan entah mati mungkin.

Aku berjalan mendekati dengan kaki agak pincang.

"Umm" "ummmm" si anak menjerit lebih keras.

Tomoya mendekati nya

"Adik kecil tenanglah kami berdua menyelamatkan mu dari om lolicon itu, kamy tenang dulu ya akan ku lepaskan ikatan ini" lalu melepaskan penutup mata dan kain di mulutnya, yang ternyata itu adalah cd si om

Terlihat si anak sudah berlinang air mata

"Paman selamatkan aku" katanya

"Tenang saja kamu sudah aman" kata Tomoya

"Haruka ambil gunting" ucap Tomoya

Kucari gunting dan ku serahkan pada tomoya tak lupa saat melewati tubuh si om ku injak dengan kuat penis nya, tidak peduli jika itu rusak atau patah yang penting benda itu sudah menodai anak itu, lalu ku telepon Saki untuk kesini dulu, laporan ke polisi menuju taman jadi masih ada waktu hingga ke sini.

Lalu ku berjalan menuju si tubuh om itu, ku seret kepalanya dan ku ikat tubuhnya dengan tali yang ku temukan.

Bugh kutendang lagi penisnya

Kembali ke Tomoya

"Terimakasih paman"

"Tidak masalah" jawab Tomoya

"Sebentar adik kecil istri paman akan mengurus mu" ucap ku

"Nagisa juga?"

"Benar"

Setelah 1 menit mereka datang.

"Dimana dia Haruka kun" tanya Saki dan Nagisa langsung

"Dia sedang bersama dengan Tomoya di dalam"

Mereka masuk dan menemuinya, Tomoya keluar karena Si anak sedang di bersihkan dan di dandani oleh Saki dan Nagisa.

"Kita gagal menyelamatkan dia Haruka kun"

"Kamu benar kita terlambat, jaga anak mu saat dewasa nanti agar tidak bernasib sama denganya"

"Pastinya akan ku jaga dia"

"Haruka Tomoya mari masuk dulu" ucap Nagisa

Kami masuk dan mendapati si anak yang telah berpakaian sopan.

"Dia adalah ami, dia berasal dari Sendai katanya dia di culik oleh si om ini" kata Saki

"Ami chan maafkan kami berdua karena terlambat menyelamatkan dirimu" Kata ku

"Tidak masalah paman aku bersyukur masih bisa di selamatkan, aku takut diriku ini tidak akan pernah melihat kebebasan lagi"

Saki menetesakan air matanya, saat dia memandikannya bersama Nagisa banyak luka memar di tubuhnya dan dia sudah tau pasti keperawananya sudah hilang diambil oleh om tadi yang pingsan.

"Kamu aman bersama kami" kata Nagisa

"Haruka apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Kita bisa memanggil polisi jika Ami setuju"

Ringg

"Halo ini saya polisi yang anda telepon tadi, apa benar dengan Saki Shinomiya yang membuat laporan?"

"Tolak Saki tolak" ucap ku pelan dengan kode tangan menyilang

Saki mengangguk

"Maaf pak tadi saya ketakutan ku kira ada stalker ternyata bukan, maaf pak"

"Oh ya sudah tidak apa, bersikap waspada lebih baik tapi kedepannya tolong di lihat lagi ya"

"Baik pak" ditutunya telepon itu

"Ami san bagaimana pendapat mu apa lebih baik di tangani oleh polisi atau bagaimana?"

"Apa kamu yakin menanyai nya pada anak kecil?" Tanya Saki

"Aku tidak tau apa yang harus dilakukan paman tapi aku tidak ingin rahasia ini tersebar"

"Tersebar? Apa maksud mu si lolicon ini merekam aksinya?" Tanya ku

Ami menangguk.

"Tomoya bantu aku cari hp, Leptop, dan semua yang berhubungan dengan penyimpanan"

"Baik"

Dicarilah dan ditemukan sebanyak 2 kamera 3 handycam, 1 ponsel dan 1 leptop.

"Mau kamu apakan itu Haruka kun?"

"Ambil memorinya saja"

Di ambilah memori itu dari setiap perangkat.

"Boleh ku bawa ini Ami chan, percayalah padaku bahwa aku akan menangani masalah ini tanpa membuat mu ketahuan sebagai korban"

"Ami agak bimbang"

"Percayalah padanya Ami chan Suami ku orang baik dia akan menangani semuanya"

"Umm" lalu menangguk padaku

Ku buka hp dan Ku telepon ibu ku.

"Halo Haruka ada apa pagi pagi menelepon?"

"Ibu aku perlu ajudan ibu segera untuk membawa seseorang"

"Kamu dalam bahaya?"

"Tidak tapi pokoknya perlu dulu"

"Baiklah beritahu lokasi mu akan ku kirimkan mereka"

"Lokasi sebuah apartemen 300 meter ke barat dari apartemen ku"

"Ok tunggu dalam 2 menit mereka akan datang"

Dan benar adanya 2 menit mereka datang.

"Ayo kita keluar, ajudan ibuku akan mengurus sisanya" ajak ku pada mereka

Saat berpapasan dengan mereka

"Habisi dia dan tenggelamkan di teluk" ucap ku pelan

"Baik" balas mereka pelan juga

"Nagisa dan Tomoya san Ami akan ku urus dan ku antarkan kembali ke rumahnya kalian kembali saja ke rumah"

"Apa kamu yakin?"

"Yakin lagi pula aku bisa bawa mobil"

"Baiklah sampai jumpa kalau begitu, dan Ami chan kedepanya tolong lebih berhati hati lagi" ucap Nagisa

Lalu mereka berdua kembali menuju rumah mereka.

Ku bawa Ami menuju ke apartemen ku dulu bersama Saki.

Di depan apartemen Nasa, Tsukasa mengampiri kami.

"Ara kalian sudah punya anak? Umur berapa dia? Cantik juga"

Saki lantas menarik tangan Tsukasa untuk menjauh dan menceritakan apa yang terjadi, mata Tsukasa langsung membelak kaget mengatahui bahwa ami adalah korban pencabulan lolicon.

Tsukasa balik ke Ami dan aku.

"Ami chan jangan sedih mari ikut tante, kamu belum makan bukan? Mari ikut tante dan makan dulu"

Ami menoleh padaku

"Makan saja dulu, kamu tidak perlu risau aku akan tetap mengantarkan mu pada ibumu segera, dan Saki tolong temani dia juga ke apartemen Tsukasa san"

"Umm" balas Saki lalu menggandeng tangan ami chan

Aku naik ke apartemen dan ku ambil kunci mobil, ku telpon antek ibuku yang lain di bidang teknologi untuk mengatahui rumah Ami chan lebih spesifik.

Setelah beberapa menit dia mengabriku bahwa rumah ami ada di Sendai dengan alamat lengkap di dekat kantor polisi miyagi daerah Sendai.

Ku cek di maps jaraknya tidak main main bung sampai 70 km hanya bisa via mobil melalui tol atau kereta.

Terpaksa ku buat surat izin dulu selepasnya segera mandi dan berpakaian sopan, lalu aku turun menuju ke apartemen Tsukasa"

Ku ketuk pintunya dan terlihat lah Nasa.

"Haruka kun kamu akan mengantarkannya langsung ke Sendai?" Tanya Nasa pelan

"Benar Nasa san akan ku antar dia dengan mobil via tol"

"Apa kamu yakin? Sendai jarak yang amat jauh dari sini sekitar 67 km"

"70 km jika sampai di rumah ami chan"

"Loh malah lebih jauh, biarkan aku saja yang mengantarkannya sampai ke rumah kamu kan juga sekolah hari ini"

"Tidak usah Nasa san, pekerjaan mu lebih penting dari Sekolah ku jadi biar ku antar saja"

"Kamu berangkat sendiri atau bersama Saki nanti?"

"Aku akan sendiri"

"Jangan terlalu berbahaya ajak Tsukasa bersama mu"

"Kurasa malah Saki yang tidak menizinkan ku"

"Percaya padaku Nasa san aku bisa, jadi jangan Khawatir"

"Baiklah jika itu keputusan mu, hati hati di jalan nanti"

Saki keluar bersama Ami dan Tsukasa.

Ku katakan pada Saki bahwa akan ku antar ami ke rumahnya dengan mobil, namun dia merajuk dan ingin ikut.

Jadilah sekarang kami bertiga berkendara menuju Sendai, namun sebelum itu ku chat Hinata untuk ku titipi Surat izin ku dan Saki.

Ku jalankan mobil menuju rumah Hinata yang kebetulan se arah pintu masuk tol.

Ku berhentikan mobil di depan rumahnya

"Hinata ini ku titip surat izin ku dan Saki"

"Sebenarnya mau kemana kamu ini huh?"

"Aku akan ke Sendai mengantarkan  Keponakan ku yang kabur"

"Baiklah hati hati saja di jalan"

"Baik dan terima kasih"

"Sama sama"

Aku kembali ke Mobil dan mulai pejalanan lagi, setelah 20 menit belalu sampailah kami di pintu masuk tol pertama, biaya 500 yen.

Jalan tampak Sepi karena masih pagi dan tidak bertepatan dengan hari besar.

Untuk memcahkan ke sunyian

"Ami chan mau mendengarkan musik yang ku buat?"

"Musik apa Haruka San"

"Ini lagu pertama yang ku buat judulnya Mirrai nikki lagunya semangat dan ku pastikan kamu tidak akan bisa mendengarkan lagu ini lagi nantinya ketika sampai di sendai"

"Kamu punya lagu lain Haruka kun?"

"Ada"

"Kenapa tidak memberitahu ku"

"Kamu tidak bertanya"

Ku putar disknya ke dalam dvd player.

Lagu mulai terdengar

Suara hentakan dan rock ini sangat hebat menurut Ami

"Lagumu keren Haruka San"

"Benar bukan, lagu ini akan jadi opening salah satu anime di musim gugur nanti jadi jangan lupa menontonnya ya"

"Dimana aku bisa mengunduhnya nanti"

"Umm tidak ku bagikan di internet namun jika mau nanti akan kuberian disk ini"

"Aku mau" ucap Ami

Saki yang mendengar lagu Haruka ini juga sependapat dengan ami karena lagunya yang energik dan liriknya unik.

Setelah 30 menit berlalu sampai juga di pintu masuk ke dua

Lebih mahal sebanyak 700 yen ku keluarkan.

Perjalanan ki hentikan dulu di rest area.

"Mari kita berhenti dulu jika ada yang mau ke toilet silahkan saja" kata ku

Saki dan Ami segera menuju Toilet untuk membasuh muka ataupun pipis, sementara aku ke mini market dan ku beli snack untuk di makan di mobil nanti karena perjalanan masih 1 jam lebih.

Ku ambil roti, keripik kentang, minuman limun, dan lain lain

"6500 yen tuan cash atau kredit?"

"Cash" ku serahkan uang 10 rb yen

"Aku kembali ke mobil dan ku dapati mereka berdua telah duduk manis di kursi belakang"

"Beli apa Haruka kun?"

"Snack dan minuman, makan ini bersama Ami chan" serah ku pada Saki

"Haruka san sangat baik aku sangat sangat berterima kasih padamu" ucap Ami chan

"Tidak masalah, makan saja uang ku banyak kok hehe"

"Siap lanjut perjalanan?" Tanya ku

"Lets go Haruka kun, san"

Ku kemudikan lagi mobil menuju jalur tol Senda, sepanjang perjalanan kami bersendau gurau menanyakan ini itu.

"Eh Saki San sangat beruntung menikah dengan Haruka san"

"Lihat Saki kamu yang beruntung bisa ku nikahi"

"Eh tapi Haruka San harus sadar menikahi Saki san adalah keberuntungan yang mungkin hanya sekali seumur hidup" balas Ami lagi

Saki mengangkat tangan kanannya

"Im win Haruka kun"

"Kamu jahat Ami chan setelah menerbangakan ku kamu jatuhkan lagi"

"Hhehe maaf maaf"

Perjalanan kami sudah hampir sampai.

Tinggal ikuti jalan lalu belok ke kanan rumah no 22 keluarga Fukida

Setelah sampai di depan rumahnya ku ketuk pintunya dan muculah ibu dan Ayah Ami yang tampak pucat dengan tempilan yang acak acakan.

"Mereka pasti sangat Khawatir pada Ami" ku berdoa semoga kejadian terlambat ini tidak akan terulang kembali

"Fukida San? Saya Haruka dan Ini Saki, kami berdua datang dari Miyagi plosok dengan tujuan mengantar putri anda kembali"

Mata mereka langsung tercerahkan mencari keberadaan putri mereka.

"Dimana dia Haruka san?"

"Tenang dia ada di mobil saya dan sedang tertidur karena perjalanan yang jauh"

"Boleh ku lihat dia?" Kata Ayahnya

"Silahkan Fukida san"

Ku buka kan mobil ku dan mereka langsung mengambil Ami keluar dan memeluknya sambil menangis, tetangga yang melihat agak kepo dan mengetahui bahwa putri Fukida sudah kembali.

"Urusan kami telah usai Kami akan pamit dulu Fukida San"

"Eh tidak boleh, akan sangat tidak sopan jika kami tidak menujukan keramah tamahan kami karena anda sudah mengantarkan putri saya kembali" kata si ayah

"Tapi Saya.."

"Sudah masuk dulu dan saya ingin mendengarkan bagaimana Ami bisa bersamamu"

"Jika anda memaksa saya akan menerimanya"

Aku dan Saki masuk ke rumah Fukida, rumahnya termasuk besar mungkin kalangan menengah ke atas dengan mobil pajero sport terpajang di garasi mereka.

Setelah masuk Aku dan Saki di persilahkan duduk dulu di ruang tamu,

"Mau minum apa Haruka san dan Saki San?"

"Tidak perlu repot-repot ibu" balas Saki

"Tidak repot silahkan saja apapun boleh" kata ayah ganti

"Jika begitu air limun saja dan Haruka teh manis" ucap Saki

.

.

.

.