webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

175.) Pahit Yang Ku Terima

Di apartment ku aku langsung belajar, sebab saingan ku ada 100 siswa terbaik di bidang matematika nantinya.

Tapi tak lupa juga sekalian menggambar, sebab Bu Mina itu keterlaluan, masa di tambah job lagi, alhasil aku menggarap 5 novel selama satu bulan ini.

.

Tanggal satu.

"Semangat seleksinya sayang :)" ketik pesan dari Amagi

"Yoi, tunggu hasil terbaik dariku" balas ku

.

Di sekolah hanya di gunakan untuk seleksi kelas 1 & 2, kelas 3 tidak bisa ikut lagi.

.

Masuk ke ruangan tes ku.

Note : 100 siswa di bagi jadi 5 ruangan.

Shirogane jadi calon juga di seleksi ini.

.

Jam 9 pagi mulai mengerjakan.

Soal ada 200 biji, waktu 2 jam 30 menit.

Kesulitan 20% mudah 30 % sedang 30% susah 20% jebakan atau soal host.

.

Silang silang silang

Itulah yang ku lakukan jika sudah ketemu jawabannya, jika belum ya tetap ku silang sih, sebab tidak ada waktu untuk mengulang soal nantinya.

Note : benar 3 poin, salah - 1, tidak di jawab - 2. (punya filosofi, yakin saja walaupun salah, jangan jadi golongan putih)

.

"Mantap dah soalnya" ucap ku saat menyentuh angka 160, waktu sisa 20 menit

.

.

Ku jawab sebisa ku, walaupun cara ini salah, mau bagaimana lagi juga, persiapan ku juga sangat mepet.

Note : jangan salahkan waktu, tapi salahkan diri sendiri.

.

.

Jam 11.30 keluar ruangan.

Menunggu selama 30 menit untuk mencocokan.

Aku ngobrol ngobrol dengan anak anak kelas satu, tapi hanya yang cantik cantik, yang laki laki ku skip.

.

Jam 12 hasil keluar, kami berbondong bondong melihat hasilnya.

Note : hanya ada 3 siswa yang boleh ikut lomba di prefektur.

1. Haruka Hamiya 98,75

2. Miyuki Shirogane 96,55

3. Itaki Yusue 87,10

4.... 87,05

Dst..

.

"Yoshaaa lolos!!!" teriak ku dan Shirogane

.

Selepas itu 3 orang teratas di panggil ke ruang guru untuk di berikan pengarahan dulu.

"Kalian di perbolehkan untuk melakukan dispensasi (anak SMA tau artinya) belajar mandiri di sekolah tidak teriak kegiatan belajar mengajar, namun saat di spen tidak boleh keluar dari lingkungan sekolah, kalian paham?"

"Paham"

.

"Baiklah, ini buku untuk kalian pelajari ingat yang lolos prefektur Tokyo menuju nasional hanya ada 2 orang, ibu berharap paling tidak salah satu dari kalian masuk, lawan kalian tidak sedikit, ada 76 sekolah dengan 3 siswa siswi terbaik juga"

"Baik bu" balas kami

.

Selepas dari ruang guru gantian dari klub berita sekolah mewawancarai kami.

.

Jam 2 siang baru balik dari sekolah.

Aku baliknya bukan ke rumah melainkan ke tempat kerja dulu, untuk bertemu klien ku ke 6, sebenarnya 5 sudah banyak, namun kata Bu Mina, salah satu novel tidak akan terbit bulan ini, jadi aku diberikan job pengganti.

"Siang Hamiya san" ucap seorang wanita yang mungkin masih SMA

"Siang Kaname san, boleh saya lihat langsung novel yang anda buat?" tanya ku

Ia mengeluarkan dengan grogi.

"Silahkan"

Ku terima novelnya yang masih dalam bentuk lembaran kertas hvs.

Ku baca sekilas novel berjudul Love is beautiful Pain.

20 menit berlalu.

"Ini novel indah, satu volume saja?" tanya ku

"Yap satu volume saja, anda bersedia menjadi ilustrator novel ini Hamiya san?" editornya bertanya

"Mau di buat berapa gambaran?"

"85 gambar"

"Cover aku juga?" tanya ku

"Iya"

"Deadline tanggal berapa?"

"15 Maret"

"Baiklah akan ku urus, 3 hari lagi kita bertemu di sini, tapi aku mau minta nomor kalian untuk tanya tanya lebih lanjut jika aku tidak paham"

Mereka berdua memberikan nomornya.

Diskusi berlanjut soal penggayaan ilustrasi.

.

Jam 4 sore aku baru pulang ke apartemen.

"Aku berhasi masuk peserta" ketik ku pada Amagi

"Selamat, tapi aku sudah tau sih dari berita sekolah, kamu mau mengajak ku makan?"

"Di luar?" tanya ku

"Ya aku tanya apa kamu mau mengajak ku makan, sebab hari ini aku tidak bisa, kakak ku pulang"

"Dia siscon?" tanya ku

"Tidaklah, namun kakak ku penyayang adik, bukan penyuka adik"

"Kapan ia datang?" tanya ku

"Ini sudah di rumah, mau coba ketemu dengannya?"

"Pasti kakak mu ganteng"

"Tentu saja, tapi kamu gak terlalu kalah kok"

"Baiklah besok saja setelah pulang sekolah, bersama mu ke kafe atau restoran mungkin"

"Oke dan maaf tidak bisa ke rumah mu hari ini" (Amagi semenjak jadi pacar, ia sering datang ke apartemen)

"Oke tidak masalah"

.

Di apartemen.

"Ibu dokumen kontrol ke rumah sakit sudah di persiapkan?" tanya ku

"Sudah, besok kamu beneran mau izin dulu?" tanya ibu

"Iya izin saja sekolah, lagian ibu apa tau tata caranya, biar tidak makan waktu untuk bertanya biar aku saja"

"Baiklah"

.

Keesokan harinya.

Jam 9 pagi berangkat ke rumah sakit.

Ku urus dokumennya ke respsionis, karena ku pilih kelas 1, pelayanan lumayan cepat dan baik.

Jam 9.10 ibu mulai di cek oleh bu dokter.

Ku temani juga.

Entaj bagaimana cara ngeceknya tapi intinya untuk melihat apa sel kanker masih ada atau tidak.

.

Jam 9.30 cek selesai.

Ibu di tanyai soal selepas operasi bagaimana keadaannya, contohnya ada rasa nyeri, gatal, atau alergi.

"Tidak ada dok" kata Ibu

"Baiklah, ini resepnya silahkan tebus di tempat ambil obat"

"Baik dok"

.

Keluar dari ruang periksa menuju ke tempat tebus obat.

.

Jam 12 baru kembali dari rumah sakit.

Mampir dulu ke restoran keluarga untuk makan siang.

"Ibu mau makan yang sehat saja ya?" tanya ku

"Iya pilihkan saja, ibu menerimanya kok"

Ku pesankan menu sehat, sebanyak dua porsi.

.

5 menit menunggu akhirnya makanan datang.

"Kamu tidak perlu ikut ikut loh sebenarnya pesanannya, kamu masih muda makan saja yang banyak" kata ibu

"Tidak masalah kok, lagian aku perlu diet"

"Kamu itu kurus tidak usah diet"

"Loh perlu dong"

.

"Chika chan kenapa kemarin tidak datang ke rumah?" tanya ibu

"Katanya kakaknya datang dari luar negeri"

"Oh, hubungan mu dengannya apa mau kamu lanjutkan sampai nanti Haruka kun?"

"Entahlah"

"Kamu apa suka wanita lain?"

"Iya hehe"

"Hmm jangan seperti itu, kulihat kalian sudah cocok, kamu mau menghancurkan hubungan itu?" tanya ibu

"Ya tidak juga, tapi aku terkadang bimbang juga bu, pasangan untuk seumur hidup juga kan"

Note : Belajar untuk menerima atau belajar untuk memilih? (Jawab gan)

Note : Haruka sampai saat ini ia menggunakan yang belajar mencintai bukan memilih yang aslinya ia sukai.

.

Ibu menasihati ku lebih baik belajar mencintai, sebab pilihan belum tentu benar, tapi jika belajar mencintai artinya tetap menerima kekurangan pasangan, kamu mengerti dia, dia akan mengerti kamu.

.

"Hmm aku hidup selama 100 tahun lebih, sudah belajar mencintai bu bu, dah bosen" gerutu ku dalam hati

.

Jam 3.30 siang di restoran.

Aku bertemu dengan Amagi dan kakaknya.

"Perkenalan aku Haruka Hamiya, pacarnya Chika" ucap ku

"Ya aku tau, langsung pesan makanan saja" balas kakaknya tak acuh padaku

"Baiklah, kamu mau pesan apa Haruka kun?" tanya Amagi

"Aku mau pesan omurice" kata Kakaknya menyela

"Um baiklah, Haruka kun pesan apa?"

"Pesan es tea juga" kakaknya menyela lagi

"Oke, Haruka kun pesan apa?

"Jadi laki laki itu jangan lelet" kakaknya menghina ku

Note : Haruka sudah kesal.

"Maaf jika lelet, aku mau pesan katsu saja" ucap ku ke Amagi

"Minumnya apa?"

"Jus jeruk"

.

.

Amagi meninggalkan meja sebab pelayan tidak datang datang ke meja, sepertinya bel meja rusak.

.

Selepas Amagi pergi.

"Apa kamu merasa pantas untuk adik ku?" tanya Hiro (Kakaknya Amagi Chika)

"Pantas dalam hal apa ini?" tanya ku balik

"Penampilan, pekerjaan, dan kekayaan mu, apa sebanding dengan keluarga kami?"

"Penampilan aku lumayan oke, pekerjaan ada, untuk kekayaan memangnya keluarga kalian lebih kaya dari Shinomiya?" tanya ku

"Kamu tidak tau? keluarga kami itu keluarga terkaya nomor 10 sejepang, ayah ibuku serta diriku ada di posisi 50 - 100 orang terkaya di Jepang"

"Biar ku tanya dulu, kekayaan mu sampai 100 triliun yen?" tanya ku

"Tidak, tapi aku mau balik tanya apa uang mu ada 500 miliar yen?"

"Tidak" balas ku

"1 miliar yen pun paling tidak sampai, jangan sok sok an mau memacari adik ku"

Note : kakayaan Haruka saat ini hanya 14 juta yen.

"Ya memang, tapi mau untuk apa juga uang sebanyak itu, aku bukan penggila kerja, uang asal cukup untuk hidup dan punya tabungan di masa depan sudah cukup bagiku, satu lagi adik mu yang meminta ku jadi pacarnya bukan aku"

"Jangan mengada ada, mana mungkin adik ku mau dengan dirimu yang tidak selevel dengan kami, past kamu menggunakan trik licik, mengancam mungkin" Hiro menuduh ku

"Hiro san, aku rela kok putus dengan adik mu, tapi sayangnya adik mu yang suka padaku tanpa adanya ancaman atau kontrak apapun, kamu boleh bilang aku ini itu terserah, cuma ya kata katamu tadi tidak benar saja, aku sebenarnya tidak mau peduli tapi sayang kamu menghina ku sepertinya, ingatlah kekayaan jangan di banggakan, jika sikap mu sudah seperti keluarga Shinomiya maka silahkan sombong, kekayaan juga paling 1 triliun yen saja bangga"

"Loh aku bangga sebab aku punya, kamu tidak, aku meminta mu untuk sadar diri saja"

"Aku tidak sedang pingsan, kehidupan adik mu ya miliknya, kamu hanya berhak menasihati, jangan sampai mengatur, apalagi mengatur diriku yang bukan siapa siapa mu, atau mari buat perjanjian, jika kamu mau aku menjauh dari adik mu berikan aku 500 rb yen" ucap ku

"Hahahaha dasar penjilat, sudah ku duga alasanmu dekat dengan adik ku pasti dan tidak lain karena harta juga"

"Tidak, aku punya kebiasaan, minta perjanjian hanya 500 rb yen, uangnya ku sumbangkan, dan aku akan patuh akan perjanjian itu"

"Baiklah mana rekening mu, biar ku transfer, punya rekening kan?" tanyanya

"Ada, ini nomornya...."

.

Ia mentransfer langsung ke rekening ku.

Ada notifikasi masuk di ponsel ku.

"Baiklah terima kasih uangnya" ucap ku

"Sekarang tepati janji mu untuk menjauh dari adik ku"

"Ini aku sudah jauh" balas ku dengan penuh kemenangan

"Oh mau bermain kotor ya, aku sudah merekam semua kata kata mu tadi, menjauh sama dengan tidak boleh ada hubungan lagi apa kamu tidak paham!" kata Hiro

"Lah anda S3 tapi bodohnya gak ketulungan, coba saja tengok kamus sampai tesis tesis yang membahas soal menjauh, pasti tidak ada kata-kata begitu paling adanya menjauh sama saja menjaga jarak, bukan tidak ada hubungan" balas ku

"Intinya pergi saja kamu tidak cocok dengan adik ku"

"Baiklah tapi aku punya syarat" ucap ku padanya

"Katakan, paling uang lagi"

"Tidak, katakan aku putus dengan adik mu karena kakaknya melarang, kamu setuju?" tanya ku

"Perkara mudah, sudah pergi sana"

Aku pun pergi dari restoran itu.

.

Di restoran.

"Kakak di mana Haruka kun?" tanya Amagi

"Dia pergi untuk bertemu dengan Fujiwara Chika" balas Hiro

Amagi kaget bukan main, sebab akhir akhir ini Haruka dan Fujiwara dekat.

.

.

Sebelum pulang aku mampir dulu untuk beli di supermarket.

Di depan ada Homeless.

"Ini bu untuk makan" ucap ku menyerahkan uang 10 rb yen

Homeless tadi melihat ku.

"Terima kasih nak, ku doakan semoga kamu tetap bisa menjalani hidup mu dengan baik"

"Hahaha terima kasih kembali bu, anaknya umur berapa?" tanya ku

"Umur 6 tahun"

"Ia sekolah?"

"Tidak, ibu tidak punya biaya, cari kerja tanpa lulusan itu susah, cari uang ya dengan meminta minta"

"Umur ibu berapa?" tanya ku

"35 tahun"

"Jika ibu mau aku ada lowongan pekerjaan, jadi cleaning service di perusahaan bos ku, gajinya lumayan jam kerja juga tidak terlalu banyak, jika mau datang saja ke kantor ini, katakan rekomendasi dari Haruka Hamiya, kasihan di kecil jika tidak sekolah, Jepang di masa depan akan lebih susah cari uang" ucap ku sambil memberikan alamat kantor Bu Mina

"Tapi ibu tidak ada lulusan tidak masalah?"

"Tidak masalah, yang penting kerja jujur dan jangan malas malasan, oh ini ada uang ku pinjami untuk beli baju yang formal, sebab ibu melamar di kantor"

"Tidak usah di beri lagi, uang ini sudah cuku jika untuk beli baju"

"Tidak itu belum, ambil ini, bayar jika ibu sudah gajian nanti, jika ibu tidak berminat dengan pekerjaannya tidak usah di kembalikan" balas ku

Note : Haruka memberikan uang tambahan sebanyak 50 rb yen. (uangnya Hiro tadi)

"Terima kasih nak, nama mu Haruka Hamiya kan, akan ku balas nanti kebaikan mu"

"Tentu, cari apartemen saja dulu, agar ibu dan di kecil tidak tidur kedinginan lagi" ucap ku lalu pergi masuk ke dalam super market

.

.

Baru masuk aku langsung di datangi oleh dua orang.

Haruka ~

"Dengan Haruka Hamiya?" tanya seorang wanita dengan memegang mic dan di belakangnya ada laki laki yang memegang kamera

Ya benar ada apa?

"Saya Kimi Juriko dan dia kameramen saya Usika Makio, kami dari televisi Tokyo jika boleh ingin mewawancari anda"

Soal apa

"Soal ibu ibu tadi"

Maaf jika soal itu aku tidak menerima, aku membantunya hanya karena sudah tugas ku untuk menyumbang sebagian harta ku, jadi lebih baik jangan di liput, jika mau meliput lebih baik pekerjaan ku saja.

"Jika begitu kapan anda bisa, jika mau saya undang langsung saja ke podcast kami di stasiun tv Tokyo"

Wuih beneran di undang ke layar tv? (Aku kaget)

"Iya, anda sebenarnya kami sudah mengundang anda semenjak Novel Jujutsu Kaisen meledak, kami mendung anda lewat perusahaan anda, namun resepsionis melarang kami"

Kenapa di larang?

"Anda harta perusahaan katanya, jika mau wawancara dengan anda kami harus meminta sendiri, pahala anda tidak meninggalkan alamat email di perusahaan jadi kami tidak bisa menghubungi anda"

Oh begitu, ya sudah tolong catatan nomor ku.

Ku serahkan nomor telepon ku.

"Kapan aku di undangnya?" tanya ku

"Sabtu, kami mengundang anda di acara anak muda sukses di usia muda"

Oh oke oke, nanti tolong hubungi lagi ya untuk penjelasan lebih detail.

"Baik Hamiya san"

.

Lanjut belanja.

Beli beras 10 kg, beli tepung 1 kg, beli telur dan bahan pokok lain. (Maklum habis gajian, kan tanggal muda)

Note : Gaji Haruka hanya pokoknya saja 250, namun bonusnya sampai puluan juta yen.

.

"Kakak tolong belikan permen ini" ucap seorang anak laki laki padaku

"Hah?, kamu siapa?" tanya ku

"Aku Takeo"

"Seperti nama anak ku dengan Hiyori saja, hahaha tapi tidak mungkin juga sih" ucap ku dalam hati

Ibunya datang.

"Takeo jangan aneh aneh, maafkan anak saya tuan, ia agak nakal" ucap ibunya

Aku kaget saat melihat wajah ibunya.

"Ada yang aneh tuan?" tanya Ibu si bocah karena risih di lihat oleh Haruka

"Maaf maaf, wajah anda seperti orang terkasih saya yang telah meninggal, maaf jika melihat anda terlalu lama" ucap ku

"Yang kuat tuan, pasti tuhan itu memberikan jalan terbaik untuk umatnya, kami permisi dulu"

"Baiklah, bye" ucap ku

"Permennya?" tanya Takeo

"Nanti ibu belikan" kata Ibunya

.

"Sayang, tolong jaga Takeo juga" ucap ibu ibu tadi

"Nama mungkin sayang dua putri mu saja masih nakal ini" kata suaminya

"Gedong di pundak mu, agar ia tidak lari larian"

"Hmm baiklah baik"

.

Aku yang melihat itu sungguh nyeseg, 3 anak yang sama wajahnya, wajah Hiyori juga sama dengannya, cuma wajah laki lakinya yang berbeda.

"Tuhan kamu curang, kenapa jadi seperti ini, apa kurang puas kamu menukar hidup ku dengan Kido yang harus melihat Tubuhku sendiri dengan Istri ku Saki mesra mesraan, sekarang Hiyori yang cinta manis sampai akhir hayat harus kamu perlihatkan lagi??" keluh ku dalam hati dengan perasaan ingin menangis

"Ini tidak adil" ucap ku menjauh dengan air mata yang sudah menetes

.

Pergi ke kasir setelah semua barang ku ambil.

"Semuanya 15,430 yen tuan"

Ku bayaran, lalu pergi ke mobil.

.

Pulang, sampai apartemen ku tata barang belanjaan.

Ibu sedang tidur, mungkin ia kelelahan sejak di cek di rumah sakit tadi.

.

Buka Tab gambar, lalu mulai menggambar ilustrasi untuk novel garapan terbaru ku, re Life.

Ada 6 karakter utama dan beberapa karakter pendukung.

Baru 6 menit menggambar.

Ringg!!!!

"Iya halo Bu Mina ada apa?" tanya ku masih sambil menggambar

"Novel SAO, lanjut untuk bulan ini" kata Bu Mina

"Heh, jangan ngada ngada ya Bu, kerja ku sudah 5 novel ini" balas ku

"Iya aku tau, aku hanya menawarimu, jika mau aku ada bonus lagi untuk mu, tunjangan apartemen atau rumah sederahana jika kamu mengambil 6 job"

"Rumah aku sudah beli jadi aku menolaknya, re Life ku saja masih lama jadinya"

"Baiklah baik rumah gagal ya, bagaimana dengan liburan keluarga ke Sendai?" tanya Bu Mina

"Gak, aku tetap menolak"

"Uang pokok ku naikkan"

"Berapa?" tanya ku

"300 rb yen" kata Bu Mina

"Baiklah ku terima" balas ku

"Dasar kamu mata duitan, untung kamu bisa di andalkan, oh iya aku ada pegawai magang dari universitas Tokyo sebanyak 3 orang, ia mengambil jurusan disain grafis, kamu yang urus ya"

"Bu Mina, aku tidak punya kantor, aku mengerjakan job ku di rumah, bagaimana mungkin aku mengajari mereka coba"

"Semuanya wanita loh, cantik cantik lagi"

"Baiklah ku terima!!" balas ku cepat

"Nah oke, besok mereka akan datang ke rumah mu jam 3.30 sore setelah kamu sekolah"

"Sebentar, mereka apa menginap di apartemen ku?" tanya ku

"Tidak, mereka tidak akan menginap di apartemen mu, jadi tenang saja"

"Oke"

.

Lanjut menggambar, lalu menerima telepon dari penulis SAO (Note author ke hapus gan jadi lupa siapa namanya)

"Haruka kun, novel ku sudah ku kirim, tolong jadikan novel ku master piece lagi"

"Baiklah, anda tidak perlu khawatir"

.

Selanjutnya dari penggarap manga SAO.

"Apa Yu?" tanya ku

"Tolong besok datang ke kantor"

"Untuk apa?"

"Manganya mengalami kemacetan, editor selalu merevisi ulang, kamu bantulah aku!!!"

"Lah, minggu kemarin kan sudah"

"Ini volume baru, tenggatnya tanggal 2 juga, bagaimana ini!!!"

"Lah inikan tanggal 2"

"Heh!!! Langsung kemari tolong Haruka kun, jam 6 sore adalah deadlinenya, jika tidak ku kumpulkan, manga ini akan rilis minggu depannya"

"Baiklah baik"

.

Jam 4 sampai lokasi.

Aku langsung membantu menggarap manga SAO itu.

"Cover sudah?" tanya ku

"Minggu depan saja di pikirkan, volume ini untuk terbitan digital" balas Yu

"Oke, lalu mana yang di revisi?" tanya ku

"12 halaman dari 50"

Yu menyerahkan gambarannya.

"Baiklah, ku bantu 6 kamu 6" kata ku

"Oke"

.

Jam 6.15 baru selesai.

Untungnya si editor mau menunggu agak lama sedikit, namun pastinya si Yu kena surat peringatan.

.

Kembali ke rumah, masakan sudah ada dan ibu sudah bangun tentunya.

"Ibu aku baru putus dengan Amagi" ucap ku membuat ibuku kaget

"Kenapa sayang, apa kalian bertengkar?"

"Tidak, tapi kakaknya yang mengajak ku bertengkar, ia membandingkan kekayaannya yang memang kaya sih, aku risih jadinya, ia menyuruh ku putus dengan adiknya ya sudah aku putus"

"Kamu tidak memperjuangkan Chika chan?" tanya ibu

"Mau ku perjuangankan juga susah, kakanya terlalu over protective"

"Hmmm ya sudah ibu sarankan jika ada kesempatan kalian balikan saja, cintai di bukan karena harta, tapi cintai dia karena kamu melihat tuhan dalam dirinya"

"Wow ibu pasti habis nonton film India hahaha, lauknya apa bu?" tanya ku

"Ayam dan sup, oh benar juga, kenapa kamu yang beli bahan makanannya, uangnya kan masih di ibu"

"Tidak masalah, uangnya ibu tabung, siapa tau ada laki laki yang akan ibu sukai lagi, lalu ibu menikah lagi"

"Kamu tidak masalah memangnya jika ibu menikah lagi?" tanya ibuku

"Tidak masalah, asal pasangannya baik dan setia, kenalkan saja dulu padaku jika ibu ada" balas ku

"Baiklah, nanti jika ada ibu perkenalkan mari makan dulu"

"Umm"

.

Selesai makan baru mandi.

Melihat ponsel tidak ada chat dari Amagi juga, foto profilnya juga kosong, tidak ada tanda terakhir online.

Fiks di block

.

"Pasti dah kakaknya tidak menepati janji" pikir ku

.

Tapi tiba tiba malah ada video call masuk dari Fujiwara Chika.

"Halo Fujiwara"

"Oi oi oi!! Pakai bajumu!!!" teriak Fujiwara

"Oh benar juga, tunggu sebentar" balas ku

....

Ambil ponsel lagi untuk video call.

"Ada apa?" tanya ku lagi

"Kamu putus dengan Amagi karena Aku!" teriak Fujiwara marah

"Gk jangan ke pd an" balas ku

"Mana mungkin tidak, Amagi sendiri yang bilang!"

"Beneran aku tidak putus dengan Amagi karena kamu"

"Aku tidak suka ya hubungannya jadi begini, kamu dan aku hanya teman tidak lebih Haruka"

"Lah siapa juga sih yang melewati batasnya" balas ku

"Kamu Haruka!!!!"

"Hmm, kamu mau jadi pacar ku?" tanya ku

"Tidak!!"

"Nah itu baru melampaui batas, jujur aku tidak memutuskan Amagi karena Kamu Fujiwara san, sudahlah aku mau pergi ini, bye"

Ucap ku lalu mematikan vid call.

Fujiwara terus menelepon ku namun ku tinggalkan ponsel ku sementara diriku belajar sambil menggambar.

.

.

.

"Ibu kita akan pindahan tanggal 12 Maret jadinya, tidak masalah kan?" tanya ku

"Tidak apa, rumahnya di mana sih sebenarnya?"

"Ada di kompleks Perumahan Shio"

"Oh yang di dekat mini maret itu, rumah nomor berapa?"

"Nomor 6, rumahnya tidak kecil namun tidak terlalu besar juga, 3 lantai"

"Kamarnya ada berapa?" tanya ibu

"Ada 6, dua di lantai satu, tiga di lantai dua, dan satu di lantai tiga, untuk gudang ada di belakang rumah"

"Harganya berapa tepatnya?"

"20 juta yen jadinya bu, aku dp 15 juta yen, bunga cuma 0,1 % pertahun, aku mencoba melunasinya selama 6 bulan"

"Kamu yakin dapat uang 1 juta yen perbulan?" tanya ibu

"Ya yakin saja, penghasilan ku saja sampai 8 - 9 juta yen bulan lalu"

Ku ceritakan juga soal anak magang nantinya di apartemen ini pada ibu.

.

.

.

3 Maret, jam 7 pagi di sekolah.

Semua laki laki langsung mengerubungi ku.

"Ada tawaran judi kah ini?" tanya ku

"Haruka kenapa kamu putuskan Amagi, apa kamu kurang dengan wanita cantik!" ucap Miyuki

"Benar katanya kamu juga selingkuh dengan Fujiwara apa benar?" tanya siswa B

"Kamu keterlaluan jika begitu"

"Hey, biar ku katakan aku ini orang simpel, di suruh putus ya putus jika memang kehendaknya tidak bisa ku lawan, lagipula kenapa juga aku harus selingkuh dengan Fujiwara, yang salah itu kakaknya Amagi mungkin yang menyebarkan berita palsu" balas ku dan Amagi mendengar

"Kamu sekarang malah menghina kakak ku Haruka kun!" teriak Amagi

"Diam saja kamu jika memang tidak tau kenyataannya" balas ku judes

Semuanya kaget mendengar perkataanku.

Fujiwara langsung menghentikan kegiatan ini.

Urusan pribadi jangan di umbar di sini, cari ruang nanti untuk diskusi!

.

Saat istirahat aku Amagi dan Fujiwara di panggil ke ruang osis.

"Siapa yang salah?" tanya Miyuki

"Aku yang salah, sebab aku yang memutuskannya, kan dah selesai" balas ku

Plak!

Fujiwara memukul ku

"Bukan begitu penyelesaian masalahnya!"

.

"Haruka kun, katakan yang sebenarnya apa kamu setelah pergi dari restoran pergi bertemu dengan Fujiwara?" tanya Amagi

"Tidak, kan sudah ku katakan kakak mu berbohong, aku setelah pergi dari restoran pergi ke super market" balas ku

"Aku juga tidak bertemu dengan Haruka" kata Fujiwara

"Apa memang benar kakak mu berbohong Amagi san?" tanya Ishigami

"Tidak mungkin, kakak ku mendukung hubungan ku dengan Haruka, tidak mungkin ia berbohong"

"Ya sudahlah aku tidak masalah kok memang harus putus, yang penting aku putus bukan karena Fujiwara, dan Amagi san, jika kamu mau tau alasan aku putus yaitu kakak mu yang menyuruh ku, ia kata berbeda kasta antara keluarga ku dan keluarga mu sangat jauh, bahkan ia menyebutkan nominal, aku sadar aku memang bukan orang kaya, tapi aku orang yang terkecukupan keinginan bisa ku penuhi juga, namun kakak mu memang terlalu over padamu" ucap ku pada Amagi

"Berhenti Haruka senpai, kamu tidak menyelesaikan masalah" kata Ishigami

"Ya mau bagaimana lagi, aku tidak punya kesempatan juga jika sudah menyinggung harta, aku tidak suka hubungan karena hal itu, sudahlah aku pergi tidak butuh diskusi seperti ini" ucap ku lalu pergi dari ruang osis

.

"Pergi jangan menguping" ucap ku pada siswa siswi yang menguping dari balik pintu

.

Next.....