webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime & Comics
Not enough ratings
273 Chs

108.) I See

Jam 12 siang

Aku baru kembali ke rumah.

"Halo Saki chan, aku mau pulang, apa aku perlu beli makanan untuk makan siang?" tanyaku pada Saki di telepon

"Emm tolong beli jus jeruk saja, makanan sudah ada"

"Hanya itu?" tanya ku sekali lagi

"Iya, tapi kalau tidak repot beli juga roti di tokonya Okazaki san, beli roti keju dan puding labu"

"Oke"

.

Di toko roti Okazaki

"Selamat datang... Ah Haruka kun ku kira pelanggan ternyata kamu" ucap Tomoya menyambut pelanggan

"Aku juga pelanggan Tomoya san"

"Oh ku kira kamu hanya mau bertamu, silahkan pilih roti mana yang kamu inginkan, ini nampannya" ucapnya sambil memberiku nampan sebagai wadah roti

"Sanae san dan Akki san kemana?" tanya ku sambil memilih roti

"Mereka sedang bekerja di toko ibumu, apa kamu tidak tau?" balasnya

"Tau, tapi ku kira hari ini libur maksudnya"

"Libur mereka di hari senin dan minggu"

"Mereka tidak ada niatan kembali ke rumahnya?" tanya ku

Tomoya memijat keningnya.

"Asal kamu tau ya Haruka kun, mereka itu malah menjual rumahnya dan berniat tinggal di sini, padahal rumah mereka hanya berjarak 1 km dari sini, ah jika kamu ungkit itu aku jadi kesal"

"Haha tidak apa bukannya, mereka kan juga mertua mu" ucap ku lalu menaruh nampan berisi roti di meja kasir

"Jika mertua normal tidak apa, mereka itu mertua unik dan aneh apalagi ayahnya Nagisa itu, hanya ini?" ucap Tomoya

"Tambahkan, puding labunya"

"Berapa potong?"

"4 potong, lalu dimana Ushio dan dan istri mu?, sudah lama aku tidak bertemu denganya"

"Mereka di dalam, Ushio sedang tidur siang bersamanya, ini mau tambah susu?"

"Tidak usah, cukup original saja"

"Baiklah, semuanya jadi 1680 yen"

"Tidak kamu diskon kan? Bukannya 1800 yen?"

"Tidak apa, anggap saja hadiah dariku, kata Nagisa kamu habis ulang tahun bukan"

"Wah terima kasih kalau begitu" ucap ku lalu membayarnya

"Sama sama"

Keluar dari tokonya, aku berpapasan dengan seseorang berambut hitam, dengan tampang baby face, yaitu Sunohara. (Temannya Yomoya yang rambutnya kuning dulu, yang biasa ngajak berantem Tomoyo si wanita kuat berambut abu abu)

Namun ya hanya berpapasan tanpa mau menyapa sebab aku tidak kenal denganya.

"Good Morning Tomoya kun" ucap Sunohara yang sempat ku dengar

"Lumayan juga bahasa inggrisnya" pikir ku

.

Di dalam mobil.

Ku kendarai menuju ke supermarket untuk membeli jus jeruk, ku pilih di supermarket sebab ada barang yang perlu ku beli yang tidak ada di minimarket.

Broom!!

Suara mobil Lamborghini terdengar sangat jantan.

Perjalanan selama 7 menit.

Ketika di perjalanan, aku di telepon oleh nomor yang tidak ku kenal.

Ku pasangkan angkat teleponnya, lalu ku pasang air pod ku.

"Halo apa benar ini Haruka Shinomiya san?" tanyanya

Ku dengar suaranya ada suara wanita, aku masih belum bisa menebak itu siapa.

"Ya dengan Haruka Shinomiya di sini, ini siapa ya?"

"Saya Sora Takanashi, saya berniat mengembalikan uang yang ada berikan pada adik saya Miu Takanashi"

"Eh, kenapa di kembalikan?" tanya ku

"Anda memberi kami secara cuma cuma dan cerita anda tentang orang tua kami sangat tidak masuk akal, lalu kami bukan orang miskin yang akan menerima pemberian anda secara langsung"

"Tapi itu yang minta orang tua kalian"

"Anda jangan main main ya, orang tua ku sudah meninggal!"

Aku malah di bentak

"Sebentar apa anda sopan membentak saya seperti itu?"

"Eh maafkan saya, tapi anda sudah keterlaluan"

"Aku tidak keterlaluan, aku benar benar bisa melihat orang tua kalian dan bisa berkomunikasi dengan mereka, aku ini bukan orang yang mudah memberikan bantuan jika bantuan ku memang di tolak, coba kamu tanya adik mu, awalnya aku juga di tolak olehnya, tapi orang tua kalian yang meminta ku membantunya"

"Anda bersunguh sunguh?" tanyanya

"Iya, mau ku buktikan secara apa biar kamu paham"

"Siapa nama orang tua ku?"

"Entahlah mereka tidak memperkenalkan diri, tapi cara mereka memanggil pasangannya adalah mama papa"

Telepon terdiam sejenak.

"Hallo apa masih terhubung? Tanya ku

"Halo halo" ulangi ku

Karena tidak ada jawaban ya ku matikan teleponnya.

.

Di supermarket

"Kakak Haruka, selamat siang" sapa Nishikata di belakang ku

Aku berbalik

"Naki kun, selamat siang juga" balas ku

Note : Nishikata sampai sekarang belum di ketahui nama depannya jadi ku beri Naki saja

"Kakak beli apa?" tanyanya padaku

"Mau beli jus jeruk, kamu datang sendirian?"

"Tidak, aku dengan Takagi di sana"

"Wahh apa kalian sedang kencan?" tanya ku menggoda dirinya

Nishikata kaget dulu

"Tidaklah, aku hanya menemaninya membeli sesuatu"

"Oh begitu?" tanya ku

"Iya begitu!"

"Hahaha, kamu apa beneran suka Takagi chan, lihat mukamu yang merah itu"

"Umm tidak kok" balasnya

.

Takagi menghampiri kami.

"Kak Haruka selamat siang" ucapnya

"Siang Takagi, kalian apa sedang kencan?" tanya ku

"Tidak, Nishikata hanya menemani ku saja" ucap Takagi dengan biasa saja

Takagi menyembunyikan rasa malu dengan sangat baik.

"Ah aku kalah main kata dengannya" pikir ku

Kami mengobrol sebentar, lalu aku pamit duluan sebab aku sudah selesai belanja.

Jam 12.30 aku baru sampai di rumah.

.

Di maja makan.

"Uwaaa manisnya" ucap Rinchan saat mencoba pudingnya

"Enak ya Rin chan" tanya ku

"Humm humm" ucapnya sambil mengangguk sendok masih di tangannya

"Rin chan, habiskan dulu nasi mu" ucap ibu

"Rin chan sudah kenyang dengan nasinya" balasnya

"Tidak tidak, makanan utama harus di habiskan dulu atau malah ibu ambil pudingnya" ucap ibu

"Eh, tidak mau"

"Makan nasinya dulu makanya Rin chan" kata Saki

"Unn baik"

.

Jam 1 siang setelah makan

Rin chan tidur siang dengan ibu, lalu aku dan Saki menonton tv di ruang keluarga sambil ngemil.

"Saki jangan cium pipiku, malu jika di lihat ibu atau Rin chan"

"Ara, kamu bisa mengatakan malu juga, apa kamu lupa kemarin malam saat kamu merasa mencium ku di hadapan semua orang"

"Hey itu terlihat romantis kalo ini terlihat mesum" balas ku

"Biarlah, aku suka ini"

"Jangan lakukan itu, kamu lakukan saja saat di kamar" ucap ku padanya

"Ya sudah ayo ke kamar" ajak Saki

"Ngapain?"

"Tidur siang lah" balas Saki

"Oh, ya sudah kalau begitu aku juga mengantuk"

.

Berita di MN daily.

Sekarang aku jadi topik utama di beritanya, bahkan di majalah remaja di seluruh Jepang, sebab servis keras ku, rekor lari ku, dan lompatan ku.

Pelatihan tim nasional.

"Manager ayo rekrut dia di trek lapangan, kita bisa agak bersaing di olimpiade dunia" ucap pelatih trek lapangan khusus lari jarak menengah

"Benar, prospek di lompat jauhnya juga masih panjang, dengan tubuhnya yang tinggi dia bisa berprestasi di bidang ini juga" ucap pelatih lompat jauh

"Aku tau keinginan kalian, tapi yang kita bicarakan di sini adalah putranya Kiyoko Shinomiya dan cucunya Yuki Shinomiya, mereka itu keluarga Shinomiya, keluarga yang sangat berpengaruh di jepang"

"Tapi manager bukankan kita bisa menggunakan otoritas kita?" tanya pelatih lari

"Kewenangan kita tidak bisa berlaku dengannya, pemimpin Jepang yang mengatakan sendiri, kita boleh mengundang tapi tidak di perbolehkan memaksanya"

"Ya sudah kita undang saja dulu, siapa tau dia mau"

"Baik baik, nanti akan ku urus, kalian fokus saja pelatihan untuk asean games nanti" balas Manager tim nasional

"Baik manager"

Note : mencari pemain berbakat memang tugas dari pelatih tim nasional, bukan Manager.

Lalu Manager tim Nasional terbagi lagi di beberapa bidang, seperti trek lapangan, sepak bola, bola basket, bulutangkis dan lain lain, lalu semua itu ada satu pemimpin yaitu direktur tim nasional.

.

Surat undangan pelatihan pemain voli nasional juga sudah di sebarkan di seluruh jepang sejak 8 Juli, untuk Karasuno sendiri ada 2 orang yang di undang, yaitu Kageyama dan Haruka.

Namun tentunya aku menolak, latihannya saja tanggal 9 sampai 14, sementara aku masih ikut lomba trek lapangan jadilah tiketnya hangus.

.

Di kamar ku dan Saki

"Haruka kun, lihat namamu sangat terkenal sekarang" ucap Saki saat melihat banyak artikel berita yang menjadikan ku topik utama

"Biar saja asal mereka tidak menyebar hoaks aku malah senang jadi terkenal" balas ku sambil mainan ponsel

"Wah wah, kamu menyuruh ku tidak boleh terkenal tapi kamunya sendiri pamer" ucap Saki tidak suka kata kataku

"Siapa yang tidak memperolehkan kamu terkenal"

"Kamu tentunya"

"Tidak, aku hanya bilang jika kamu mau terkenal jadi artis ya terserah kamu, namun kita sudah beda pandangan dan tidak bisa bersama"

"Tuh kamu sama saja melarang ku"

"Itu beda cerita"

"Huuu, kamu curang"

"Ya aku kan orangnya realistis aku berpikir kedepannya, kamu kan belum tau kehidupan artis itu bagaimana"

"Memangnya kamu tau?" tanya Saki

"Tentu saja tau, mereka bekerja dengan alasan untuk keluarga tapi aslinya hanya uang untuk keluarga, kebanyakan waktu mereka habis untuk bekerja bukan untuk keluarga"

"Jika ku katakan bekerja pada batas waktu yang sudah di tentukan?" ucap Saki

Note : Maksudnya membatasi waktu bekerja jadi akan ada waktu untuk keluarga.

"Saki chan, dimana mana orang yang mengikuti pekerjaan, bukan pekerjaan yang mengikuti orang, kamu main investasi pun juga ada waktunya kapan beli kapan menjual dan kapan di tahan, tidak semua pekerjaan bisa mengikuti kamu, ya kecuali jadi streamer contohnya"

Saki manyun mendengar omongan ku.

Ku cubit bibirnya itu.

"Kamu berani menentang aku ya sekarang" ucap ku sambil bercanda sambil mengelitikinya

"Hahaha, hanya bercanda Haruka kun, aku akan selalu patuh, jadi berhenti tolong Hahaha"

Ku hentikan gelitikannya, lalu menyandarkan kepala ku di bahu kecilnya.

Saki mengelus rambut ku dengan perlahan.

"Saki chan tolong koreki kuping ku" ucap ku padanya

"Eh, boleh saja kamu menyingkir dulu biar ku ambulkan alatnya dulu"

"Di mana?" tanya ku

"Hanya di lemari bawah tv itu"

"Baik"

.

Dengan posisi aku menyandarkan kepala ku di pangkuanya Saki.

"Apa banyak kotorannya Saki chan?" tanya ku

"Banyak, telur kecoak, telur cicik, pun ada di sini hahaha"

"Ada ada saja kamu ini, eh Saki chan"

"Ya kenapa Haruka kun?" tanya Saki sambil mencari harta karun telinga

"Ayo pelihara reptil" ucap ku

"Big no, aku tidak suka jenis hewan itu, tidak ada yang enak di peluk"

"Ya siapa juga yang mau pelihara reptil untuk di peluk, kita peliharaan sebagai investasi juga"

"Pokoknya tidak ada reptil reptilan!"

"Kan aku yang pelihara, akan ku gunakan sebagian halaman rumah"

"Tidak ada pokoknya, kalau mau tambah peliharaan ya ikan saja sana, beli akuariumnya sekalian" ucap Saki lalu kembali membersihkan telinga ku

"Pelihara ikan hias ya" pikir ku

"Iya beli itu saja"

"Baiklah ayo beli sekarang" ucap ku

"Sebentar jangan gerak dulu ini belum selesai"

2 menit kemudian

Saki mengangkat tanganya.

"Ayo" ucap ku

"Satunya belum, kamu menghadap ku sini" kata Saki

"Kamu yang pindah masa aku harus menghadap perut mu" balas ku

"Sudah jangan banyak protes"

Aku pun menghadap perutnya Saki.

.

Jam 2 kami siap siap berangkat ke toko ikan hias

"Pakai mobilnya ibu, tolong pinjamkan kuncinya pada ibu" ucap ku pada Saki

"Ibu masih tidur, aku tidak tau dimana ibu menyimpan kuncinya"

"Alah paling di atas meja tv keluarga, cari sana, kalau pakai mobil sport tidak bisa bawa akuariumnya nanti"

"Iya iya akan ku cari"

.

Kami berangkat menggunakan mobil keluarga ibu, yang bagian belakangnya luas.

Sebelumnya Saki sudah izin ke ibu lewat pasan.

Toko ikannya ada di dekat supermarket jadi lumayan dekat.

Di toko ikan.

"Tidak Saki chan, kita tidak beli ikan yang besar" ucap ku karena Saki menunjuk nunjuk ikan arapaima

Aku mendatangi pelayan tokonya.

"Pak, ada kah akuarium yang sudah jadi dan siap di isi ikan?" tanya ku

"Aqua scape?"

"Iya yang itu, aku ingin yang terbaik dan cerah di dalamnya"

"Kalau untuk itu kami tidak punya tuan, kami hanya menyediakan perlengkapan dan bahan bahannya saja, urusan merakit ya tuan sendiri atau bisa menyewa seseorang untuk merakitkan"

"Aduh apa akuarium yang kanan besar itu tidak di jual?" tanya ku

"Maaf tuan itu hiasan tidak untuk di jual"

Aku kembali ke Saki

"Dapat Haruka kun?" tanya Saki

"Tidak boleh di beli katanya"

"Naikan saja harganya, akuarium ini cantik cocok untuk di pajang di rumah kita"

"Hmmm"

Aku kembali ke pelayan tadi.

"Katakan harganya berapa kira kira untuk akuarium di kanan itu" ucap ku

"Maaf tuan itu tidak di jual"

"Aku hanya bertanya harganya"

"Emm, tanpa ikan harganya bisa sampai 60 rb yen, sebab tanaman sudah jadi tanaman air dan akarnya sudah menempel permanen"

"Baiklah aku ingin itu ku bayar 70 rb bagaimana?" tawar ku

"Maaf tuan itu sudah jadi keputusan toko untuk tidak menjualnya"

"80 rb?"

"Tidak bisa tuan"

"90 rb?"

"Tetap tidak bisa"

"Akhhh ya sudah lah" ucap ku

.

Aku kembali ke Saki dan mengatakan memang itu tidak di jual.

Akhirnya aku kepikiran ide, aku beli ikannya dulu, lalu urusan aquarium ku cari secara online.

Di dalam mobil.

Ku tulis di Instagram ku.

"Cari aqua scape budget 50 rb yen, dm saya jika berniat menjual, saya butuh yang sudah jadi dan pencahayaan cerah di dalam airnya, lokasi hanya di daerah Osaki saja"

Kukirim di insta story.

1 menit berselang ada yang men dm ku, dia menawarkan aqua scapenya seharga 20 rb yen, namun saat ku lihat fotonya terlihat lumayan bagus, tapi Saki tidak cocok, jadi ku skip.

Setelah 20 menit memilih akhirnya kami menemukan yang cocok, akuarium ukuran 150 x 60 x 60, tanamannya oke, pencahayaan oke, namun harganya ia patok 90rb yen.

Karena Saki bilang yes maka ku terima saja harga segitu.

Insta story ku hapus

Aku dan Saki langsung menuju lokasi yang ia tunjukkan.

Jaraknya lumayan jauh, perjalanannya kira kira 12 km, 20 menit waktu tempuhnya.

Di lokasi

Kami melihat rumah sedang dan dia dan temannya sedang menunggu di depan rumah.

Aku dan Saki turun dari mobil.

"Haruka san Saki san" ucapnya

"Halo, langsung saja ya Mako san, mana akuariumnya?" tanya ku

"Ini dia, Haruka san, tapi bisakah kita berfoto dulu, aku fans mu" ucapnya

"Tentu saja boleh"

Kami ber 4 foto bersama, lalu aku ikut memasukan akuarium tanpa air itu ke dalam mobil, untung saja mobilnya lumayan besar, namun tetap saja akuariumnya berat, sebab batu dan pasir di dalamnya tidak di keluarkan dulu.

Setelah selesai ku berikan uang 90 rb yen padanya.

"Jika mau, ini ada pupuk tanaman dan penjernih air yang biasa aku gunakan Haruka san" ucapnya sambil memberi ku kantong plastik

"Pupuk? cara pemakaiannya bagaimana nanti?"

"Tinggal di teteskan di air, namun pastikan ikannya di pindahkan dulu, lalu penjernih airnya bisa langsung di teteskan, ini tidak berbahaya bagi ikan ataupun tanamannya"

"Baiklah terima kasih ya, ini gratis kan?"

"Iya Haruka san, tapi kalau boleh juga aku minta tanda tangannya"

Aku dan Saki yang mendengarnya jadi tersenyum.

Aku dan Saki mentandatangani kaos dan bukunya, lalu pamit pergi.

.

Di perjalanan.

"Apa murah untuk yang seperti itu Haruka kun?" tanya Saki

"Entahlah, kurasa murah, nanti kita upload di instagram saja untuk tanya ke fans kita kira kira harganya"

"Ide yang bagus" ucap Saki

Jam 4.30 kami tiba di rumah.

Sekarang aku kebingungan mau menurunkannya bagaimana.

"Minta tolong Tanaka dan Daichi senpai saja Haruka kun" ucap Saki

"Ah benar juga"

Aku menundang mereka berdua

.

"Kalian jadi beli akuarium?" tanya ibu mendatangi kami di depan, di ikuti oleh Rin chan

"Jadi bu, lihat saja ini" ucap Saki

Ibu dan Rin chan melihatnya.

"Bukannya ini terlalu besar?" tanya ibu

"Tidak masalah ibu, yang penting ada tempatnya" ucap ku lalu aku sadar sesuatu

.

"Saki chan, berapa panjang lemari pendek di ruang tamunya"

"2 meter bukannya"

"Ah untung saja melebihi panjang akuarium" ucap ku

"Lalu bagaimana cara kalian memindahkannya?" tanya ibu

"Teman ku akan datang bu jadi tenang saja"

"Jika begitu ya sudah"

.

10 menit akhirnya mereka berdua datang.

.

Kami bertiga menggotong akuarium itu perlahan lahan.

10 menit waktu membenarkan posisinya hingga pas.

Ku beri mereka minum dan snack, lalu ku beri mereka ikan hias, tapi mereka menolak karena tidak punya akuarium di rumah.

Jam 5 sore.

Akuarium sudah terisi air dan ikan, perlengkapannya juga, ada dua saluran gelembung udara, 4 lampu atas, pengatur suhu air, serta 2 filter air.

"Wahhh cantiknya" ucap Rin chan dan ibu

"Banar benar cantik, jernih lagi" ucap Saki

"Jika menurut informasi Internet, akuarium yang punya filter, mesin dan filter natural seperti siput dan udang, di tambah tanaman akan membuat air jernih dan jarang kotor" ucap ku

"Kak, tapi kenapa ikanya kecil kecil?" tanya Rin chan

"Jika di beri yang besar nanti mengacak acak tanamannya Rin chan" balas ku

Rin chan ber oh ria

"Oh begitu rupanya, ibu baru tau" ucap ibu

"Aku juga" ucap Saki

"Ibu aku beri makan ikannya" ucap Rinko sambil menarik pakaian ibu

"Boleh saja, kalian berdua mana makanan ikanya?" tanya ibu

"Saki" ucap ku

"Apa?" balasnya

"Kamu tidak lupa kan?" tanya ku

"Kamu yang lupa beli Haruka kun" balas Saki

"Hmm kalian ini bisa bisanya lupa beli, biar ibu yang belikan bersama Rin chan"

"Ibu sudah lancar naik mobil?" tanya Saki

"Belum, ibu dan Rin chan akan jalan kaki saja, hanya 500 meter bukan, ibu juga mau olahraga sore, Rin chan mau kan?" ucap ibu

"Umm"

.

Ibu dan Rin chan berangkat, aku dan Saki menunggu di rumah dengan mandi sore dulu.

Jam 5.30 ibu dan Rin chan kembali, dengan membawa makanan ikan dan beberapa belanjaan lainnya.

Note : Rin chan agar bisa sampai ke akuarium harus naik sofa dulu.

"Jangan kebanyakan Rin chan" ucap Saki

"Seberapa banyak?"

"Haruka berikan takaarannya" suruh Saki padaku

"Yeh, kok.. Hmm" aku pun buka google dulu, karena baru kali ini aku memelihara ikan hias

Setelah ku temukan ku berikan takaran sesendok teh penuh, Rin chan yanh memberikannya, ikan langsung makan dengan lahap.

"Lagi kak" ucap Rin chan

"Jangan Rin chan, mereka bisa meninggal jika kekenyanganan"

"Eh kekenyangan bisa bikin meninggal?" tanya Saki dan Rin chan bersamaan

"Ya benar, ini berlaku untuk hewan yang tidak punya akal, mereka asal ada makanan pasti langsung dimakan, jadi terkadang mereka lupa batas kenyang, akhirnya mereka mati akibat kesulitan bernafas"

"Tapi ikan kan tidak bernafas" ucap Rin chan dengan polosnya

"Dia bernafas Rin chan, namun dengan air, sebab ikan berbeda denga hewan di darat" ucap ibu menjelaskan secara singkat pada Rin chan

"Mereka menghirup air?" tanya Rin chan

"Bukan Rin chan, mereka hanya menyaring air, contohnya seperti tadi saat kamu beriman di halaman, kamu menyaring tanah bukan, nah di saringan tertinggal kerikil kecilnya bukan" ucap ibu

Rinko mengangguk

"Nah anggap kerikil itu yang di butuhkan ikan untuk bernafas, lalu saringannya di umpamakan sebagai insang ikan yang di dekat kepala itu" tunjuk ibu

Aku dan Saki yang mendengar sungguh takjub dengan penjelasan ibu yang sangat bagus dan mudah di mengerti untuk anak anak.

"Kamu bisa menjelaskan seperti ibu tadi Saki chan?" bisiku padanya

"Tentu saja tidak, aku tidak pandai dalam mengumpamakan sesuatu" balas dengan bisikan

"Huu, begitu mau punya anak" bisik ku kembali

"Ya kan masih lama punya nya, kalau keinginannya ya di mulai sejak kita menikah"

"Alasan saja kamu ini"

"Hehe"

.

Jam 6 petang, kami ber 4 makan malam, hanya makan seadanya, tapi ada semua sayangnya, seperti telur, ayam, roti, puding, sayur dll.

.

Jam 7 malam.

"Haruka kun ayo berangkat" ucap Saki merengek padaku di kamar

"Kemana?" tanya ku

"Ke pasar malam dekat Shiratorizawa saja"

"Ibu dan Rin chan di ajak?" tanya ku

"Jangan, mereka biar di rumah saja, aku mau hanya jalan berdua bersama mu"

"Baik, ayo berangkat kalau begitu"

.

Jam 7.30 kami berangkat ke sana.

Jam 8 malam baru sampai.

Kami berdua mesra mesraan, bermain beberapa wahana, makan khas di sana, terakhir beli oleh oleh untuk yang di rumah.

Note : Hubungan suami istri itu terkadang mudah bosan, salah satu cara menghindari kebosanan adalah dengan jalan jalan, ataupun berpisah sebentar.

Kami kembali dari sana jam 9.30

Di perjalanan

"Saki chan, ayo kapan kapan kita ke spa, aku ingin pijat lagi" kata ku padanya sambil menyetir

"Buat apa, kursi pijat di rumah kan ada, jika tidak puas aku bisa memijat kamu bukannya?"

"Bukan begitu, tapi aku sekalian mau potong rambut, kamu seharusnya juga potong rambut, lihat rambut mu sudah tidak beraturan itu" ucap ku

"Kamu suka rambut yang panjang atau yang pendek?" tanya Saki sambil memegang rambutnya

"Yang pendek saja"

"Seberapa pendek?"

"Seperti orang tomboy" ucap ku ngasal

"Tidak tidak idemu terlalu buruk, bisa bisa aku di tertawakan ibu nanti, lagian apa apan keinginan itu"

"Ya kamu kan tanya aku jawab saja, aku melihat wanita potongan seperti laki laki itu keren"

Plak

Aku di tabok Saki tepat di mulut

"Kenapa di tampar" tanya ku

"Huss, aku tidak mau terlihat seperti laki laki, aku ini wanita feminim"

"Aku kan hanya bilang bahwa wanita seperti itu keren, aku juga tidak menyuruh kamu seperti itu kan"

"Orang berucap itu ada keinginan dari pikirannya, jadi pasti kamu sudah membayangkan duluan" ucap Saki

"Hahaha kamu tau saja Saki chan"

"Tentu saja aku tau kamu kan suami ku, jadi kepribadian mu sudah ku ketaui, saat kamu membohongi aku saat kamu bilang tidak merokok waktu di Sendai aku pun tau, tapi ya ku tunggu saja apa kamu bertindak duluan" Saki jadi ngambek

Suasana jadi hening, mencekam, penuh tekanan hawa hawa emosi namun masih tertahan.

Aku memijat kening

"Oy peri baik apa kamu yang mengatakannya pada Saki" ucap ku pada peri baik

"Aku hanya peri imajinasi mu, jadi aku tidak tanggung jawab" ucap peri baik

"Aku juga sama" kata peri jahat

.

"Apa merokok itu suatu kesalahan?" tanya ku

"Salah, kamu secara tidak langsung membunuh dirimu sendiri" kata Saki tapi masih cemberut

"Huhh aku mengaku, bahwa aku memang merokok waktu menelepon kamu, tapi hanya itu, selanjutnya aku kena karma setelahnya, rokok ku yang masih sisa 11 batang hilang bersama koreknya" ucap ku

"Kamu ini mau berapa kali ku peringatkan Haruka kun, aku tau dulu kamu itu perokok tapi tolong hilangkan kebiasaan itu, bukan untuk ku, tapi untuk kamu sendiri agar kesehatan mu terjaga"

"Ngevape boleh?" tanya ku sambil sedikit guyonan

"Apa itu?" tanya Saki

"Rokok eletrik"

Saki tambah cemberut

"Bercanda sayang" ucap ku

"Begini saja, kita buat persetujuan, jika kamu merokok maka kita gunakan hukum kekerasan yaitu menyumutkan bara rokok di mulut, itu juga akan berlaku untuk ku jika aku merokok" ucap Saki

"Aduh berat ini" pikir ku

"Tidak setuju?" tanya Saki

"Iya iya aku setuju" ucap ku

Ctarr

Suara petir langsung terdengar

"Oh tuhan, kenapa perjanjian yang tidak menguntungkan ini malah kamu setuju dengan mudahnya" pikir ku

"Nah suara petir terdengar kan, sepertinya tuhan juga ikut berperan dalam janji ini" ucap Saki penuh kemenangan

"Iya iya"

Aku langsung berpikir apa ada ya merokok tapi tanpa rokok.

Next..