webnovel

Dibalik Kata Teman

Kata teman menjadi awal dari kisah ini, rasa nyaman hadir diantara pertemanan, seolah memberi harapan tapi sangat sukar dijangkau karna adanya batasan. Berteman dekat dengan lawan jenis tidaklah masalah, tapi perasaan kerap menjadi korban untuk tidak egois. Berusaha mengalah dengan ego sendiri agar tetap bisa selalu bersama tanpa ada penghalang. Tapi sejauh apapun kita berusaha, pasti ada kata lelah dan ingin mengungkapkan. "Lo pikir ada, laki-laki sama perempuan, murni berteman dekat tanpa ada rasa suka? ngak bakalan ada Del. Karna salah satu akan ada rasa suka, dan itu adalah Gue!" ~Alvaro Pramugraha "Bukan tak peka dan tak mengerti, hanya saja tak ingin salah dalam menafsirkan arti rasa, karna rasa yang ada dalam dirimu dan diriku adalah milik -Nya." ~Adela Magfira Rasa cinta hadir karna adanya rasa nyaman, rasa tak ingin kehilangan pun membuat diri tak ingin berjauhan. Tapi bagaimana cara mengatasi rasa cinta yang terlanjur hadir diantara pertemanan. Ingin mengungkapkan tapi tak mau ada kata penolakan. Akankah kisah pertemanan ini bisa terus berjalan jika ada salah satu pihak yang menaru hati, atau sebaliknya pertemanan ini akan berakhir karena ke egoisan hati yang tak bisa dimengerti.

Ade_Irma_Suryani_5358 · Teen
Not enough ratings
25 Chs

Tuan Muda

"Ada urusan mendadak soalnya."

.....

"Iya-iya, cerewet amat lo."

....

"Wa'alaikumsalam." Setelah menyudahi panggilan telpon dari Danu, Varo memasukkan kembali smart phone miliknya ke dalam saku celananya.

Varo memantau gerak gerik Riky yang sedang mengompres luka lebam di wajahnya.

"Lo habis maling?"

"Maksud lo?" tanya balik Riky. Sambil menempelkan plester di sudut bibirnya.

"Wajah lo bonyok dan lo dikejar-kejar orang tadi, pasti lo habis maling!" tuding Varo.

Riky tersenyum tipis mendengar tudingan Varo. "Lo ngak tau apa-apa."

"Nah itu makanya gue nanyak."

"Lo nayak apa nuduh?"

"Serah lo deh. Malas bicara sama orang aneh." Varo beranjak dari tempat duduknya.

Sebelum Varo berlalu Riky buka suara,"Banyak yang tidak bisa dijelasin dan diceritakan pada orang lain. Tak semua apa yang dilihat sesuai dengan realita." Varo melihat Riky dampak jelas di wajah pria tersebut ada raut kesedihan yang tak dapat ia ceritakan. Sepertinya memaksa lelaki itu berbagi cerita bukanlah hal yang bagus, dan lagi Varo juga bukan orang yang terlalu peduli dengan orang lain, makanya ia lebih memilih diam, walaupun begitu ia juga membenarkan perkataan Riky karna ia juga merasakan hal yang sama. Banyak derita yang tak dapat ia ceritakan pada orang lain, karna diceritakan pun tak mengurangi rasa sesak di hati, dan bisa memperbaiki keadaan, itulah setidaknya menurut Varo.

Riky kembali angkat bicara, membuyarkan lamunan Varo. "Gue nginap di tempat lo yah!" Tanpa aba-aba Riky membaringkan badan di sofa.

"Di atas masi ada kamar yang kosong, lo boleh tidur disana." Varo kembali melangkah melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Riky tersenyum dan segera beranjak ke kamar yang dimaksud Varo.

****

"Sial, kalau tau gini mending gue tadi bawa mobil aja." Lihatlah sekarang sepeda motor ninja berwarna hitam legam yang Varo kendarai mendadak mati, mungkin terlalu lama tidak di servis atau lebih tepatnya ia lupa servis.

Varo melihat ke sekeliling untuk mencari bengkel terdekat dan ia sangat bersyukur ternyata ada bengkel yang dekat dari lokasinya.

Varo menggiring motornya ke bengkel tersebut. Dan kedatangannya disambut ramah oleh bapak paruh baya yang menurut Varo dia adalah pemilik bengkel tersebut.

"Motornya rusak nak?" tanya si Bapak

"Iya Pak, tolong servis motor saya, tadi tiba-tiba mati," ujar Varo.

"Kalau gitu bapak coba chek dulu ya?"

"Silahkan Pak." Sambil menunggu motornya diservis, Varo melihat sekelilingnya, di samping bengkel ini ternyata ada warung nasi Padang, sangat cocok bagi orang-orang yang sedang menunggu motor ataupun mobilnya yang di servis sekalian mengisi perut, agar tak bosan menunggu. Sama halnya dengan Varo, ia juga belum sarapan pagi ini dan ia akan  mengisih perut di situ. Varo berjalan ke arah warung tersebut, tapi fokus Varo teralihkan kearah dua lelaki berbaju hitam dan bertopi hitam yang memiliki postur badan kekar sedang berbincang, tapi Varo merasa familiar dengan orang tersebut, ia merasa pernah melihat tapi dimana dia lupa.

Varo tak mengindahkah orang tersebut ia tak peduli dan langsung masuk ke warung tersebut, dan langsung memesan makananya pada pramusaji di sana. Tapi dua orang yang tadi ia lihat di luar warung juga memasuki warung nasi Padang ini, dan duduk di samping meja yang ia tempati. Karena jarak antara mejanya dan meja dua orang berbaju hitam tersebut sangat dekat, Varo mendengar perbincangan kedua.

"Harus cari kemana lagi, biar kita menemukan tuan muda," ucap Pria berkumis tebal tersebut pada temannya.

"Padahal semalam kita sudah menemukan tuan muda, tapi loh malah termakan bualan nya," kesal Pria yang satu lagi.

"Kan lo juga nyuruh gue lepasin tuan!" sangkal Pria berkumis tebal.

"Gue nyuruh harus di ikutin sampai toilet dan ngak boleh kelepasan."

"Mana gue tau kalau dia nyerang gue dari belakang Jaffar." Ternyata lawan bicara pria berkumis itu bernama Jaffar.

Mendengar perbincangan mereka Varo sedikit penasaran siapa yang sedang mereka perbincangkan.

"Pak, ini pesanannya." Suara pramusaji yang mengantar pesanan Varo membuyarkan pikirannya prihal dua pria tadi.

"Terimakasih, mbak." Pramusaji mengangguk dan beranjak dari hadapan Varo.

Tut.tut.tut.tut

Suara smart phone terdengar di pendengaran Varo, tapi kali ini bukan smart phone nya yang bunyi, melainkan salah satu dari pria di sampingnya.

"Hallo, selamat pagi Tuan."

....

"Kami masih belum menemukan jejak Tuan muda, Tuan."

....

"Maaf Tuan. Tapi kami akan berusaha sampai menemukan Tuan muda."

....

"Baik, Tuan."

Pria bernama Jaffar itu mematikan ponselnya. Lalu menatap pria berkumis, temannya.

"Dalam waktu 2 kali 24 jam kita sudah harus menemukan Tuan muda, kalau tidak kita akan terkena masalah lagi." Jaffar menghembuskan napas kasar.

Varo sebenarnya kurang tertarik dengan pembahasan keduanya,  apalagi Tuan muda, Varo tak tau siapa yang mereka maksud. Tapi karna jarak mereka dekat, mau tak mau Varo jadi mendengar semua perbincangan mereka.

"Tapi kemarin malam gue sempat fotoin plat mobil yang membawa Tuan muda pergi," ucap pria berkumis.

"Benarkah? Kenapa lo ngak bilang dari tadi?"

Pria berkumis tebal itu segera mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto plat mobil yang dimaksud.

"BK 412 DA "

"Uhuk uhuk uhuk." Varo terbatuk dan ia langsung memukul dadanya untuk meredakan batuknya, walaupun cara tersebut tidak mempan, dan masih membuat dia terbatuk.

"Minum dulu mas, makanya kalau makan hati-hati." Pria bernama Jaffar tadi memberikan segelas air putih milik Varo kepadanya. Entah karna panik mendengar plat mobil yang dibaca pria berkumis tadi Varo lupa kalau meredakan batuk atau keselek itu harus minum dulu.

Varo meraih minuman yang di sodorkan padanya. "Terimakasih Pak." Pria bernama Jaffar tadi mengangguk dan kembali ke kursinya.

Sekarang Varo tidak bingung lagi, siapa orang yang sedang di perbincangkan keduanya tadi.

Dan yang membuat Varo sangat bersyukur adalah motornya rusak di saat yang tepat. Sebenarnya tadi pagi dia sempat bimbang antara menggunakan mobil atau motornya. Dia sudah memutuskan membawa mobil tapi setelah di garasi Varo baru sadar kalau dia membawa kunci motor bukan mobil dan karna Varo malas kembali ke apartemen untuk menggambil kunci mobil maka jadilah ia hanya mengendarai motornya.

Jadi ini maksud Alloh, kenapa Varo harus menggunakan motornya pagi ini. Padahal tadi pagi dia sempat merasa sangat sial karena menggunakan motor yang mendadak mati ditengah jalan. Tapi sekarang Varo sangat bersyukur karena jika dia menggunakan mobil dia pasti tidak tau siapa yang akan mengincar Riky dan mungkin dirinya juga akan terkena masalah sudah ikut campur dengan masalah Riky, dan yang lebih fatal mungkin ia juga sudah menjadi target incaran, karena mobil yang mereka maksud adalah mobil Varo sendiri.