webnovel

Dibalik Kata Teman

Kata teman menjadi awal dari kisah ini, rasa nyaman hadir diantara pertemanan, seolah memberi harapan tapi sangat sukar dijangkau karna adanya batasan. Berteman dekat dengan lawan jenis tidaklah masalah, tapi perasaan kerap menjadi korban untuk tidak egois. Berusaha mengalah dengan ego sendiri agar tetap bisa selalu bersama tanpa ada penghalang. Tapi sejauh apapun kita berusaha, pasti ada kata lelah dan ingin mengungkapkan. "Lo pikir ada, laki-laki sama perempuan, murni berteman dekat tanpa ada rasa suka? ngak bakalan ada Del. Karna salah satu akan ada rasa suka, dan itu adalah Gue!" ~Alvaro Pramugraha "Bukan tak peka dan tak mengerti, hanya saja tak ingin salah dalam menafsirkan arti rasa, karna rasa yang ada dalam dirimu dan diriku adalah milik -Nya." ~Adela Magfira Rasa cinta hadir karna adanya rasa nyaman, rasa tak ingin kehilangan pun membuat diri tak ingin berjauhan. Tapi bagaimana cara mengatasi rasa cinta yang terlanjur hadir diantara pertemanan. Ingin mengungkapkan tapi tak mau ada kata penolakan. Akankah kisah pertemanan ini bisa terus berjalan jika ada salah satu pihak yang menaru hati, atau sebaliknya pertemanan ini akan berakhir karena ke egoisan hati yang tak bisa dimengerti.

Ade_Irma_Suryani_5358 · Teen
Not enough ratings
25 Chs

Bocah

"Kemana dia?" Gumam Varo.

"Kakak lagi cali siapa?" tanya Nina, pasalnya dari tadi Varo seperti orang linglung yang mencari-cari seseorang. Dan yang ia cari tentunya Riky. Ya, sebenarnya tadi pagi dia kerumah Ilham ayahnya, untuk menjemput Nina. Nina minta diajak jalan sama Varo berhubung hari ini adalah hari minggu. Dan kalian pasti tau kalau Varo tidak bisa menolak permintaan adik kesayangannya ini.

"Ngak, kakak ngak lagi cari siapa-siapa kok," bohong Varo, " Kalau gitu Nina tunggu bentar di sini ya kakak mau ambil kunci mobil dulu."

Nina mengangguk patuh.

Kali ini Varo menggunakan mobil sport nya, karna jika dia menggunakan mobil BMW nya, nanti dia bisa kena masalah, kerena kemarin malam mobil itulah yang dia gunakan untuk membantu Riky.

Dan dengan seenak jidat Riky meninggalkan apartemen Varo tanpa pamit dan berterimakasih padanya.

Mobil sport berwarna hitam, yang Adela tidak tau berapa ratusan juta harganya itu tiba-tiba berhenti di sampingnya. Adela pikir mungkin pemilik mobil itu juga ingin membeli batagor, sama seperti dirinya. Tapi jika dipikir-pikir apa orang kaya mau jajan sembarangan di tepi jalan, biasanya orang kayakan paling anti dengan jajanan sembarangan. Tak mengindahkan lagi Adela tetap melanjutkan aktivitasnya membeli batagor kesukaannya.

"Nih neng Adela," senyum Pak Mahmud penjual batagor langganannya.

Adela tersenyum, "Terimak__"

Seseorang menarik baju Adela, dan ia langsung melihat ke arah belakangnya. "Hay, kakak Adel,"ucap nya.

Adela tak menyangka ternyata orang yang menarik baju ya adalah Nina.

"Ehh, kesini sama siapa?" tanya Adela.

"Sama gue." Varo yang menjawab, dan tanpa disuruhpun Nina membenarkan ucapan Varo dengan me- mangut-mangut kan kepalanya, entah sudah berapa kali Nina mengulanginya, dan tentu Adela tertawa melihat tingkah unik anak tersebut

"Udah," Varo menahan kepala Nina dengan tangannya, "mau entar kepalanya copot." Dan Nina langsung menghentikan aksinya karna takut kepalanya copot.

"Abang Nina juga mau!" Tunjuk Nina pada batagor yang dipegang Adela.

"Bang, batagornya satu ya," ucap Varo.

Setelah membeli batagor tadi kini Adela tidak tau dirinya akan dibawa kemana. Nina menarik paksa dirinya tanpa memperbolehkan Adela menolak permintaannya, dan lihatlah betapa keselnya Adela saat dia bertanya pada Varo dirinya akan dibawa kemana pria itu malah mengatakan "Lo tanya aja Nina, kan dia yang ngajak."

"Nina kakak diajak kemana sih?"

"Kakak tanya Abang aja, kan abang yang bawa mobil." Oh astaga, adik sama abang ternyata sama, sama-sama nyebelin.

Like brother, like sister.

Adela memanyumkan bibirnya pertanda ia sudah kesal karna tidak ada satupun yang mau mengatakan padanya dirinya akan di bawah kemana. Bibir Varo tertarik ke atas membentuk bulan sabit, ia melihat ekspresi Adela yang sudah kesal.

"Taman hiburan."

"Ha?"

"Kita mau ke taman hiburan, Nina mau mandi bola katanya."

Adela membulatkan mulut nya membentuk huruf O, tapi persekian detik kemudian barulah dirinya menyadari sesuatu. "Ihhhhh, kenapa ngak bilang dari tadi sih," kesel Adela.

Kening Varo berkerut,"Emang nya kenapa?"

"Ihh kakak, kalau tau gitu aku kan bisa pulang kerumah bentar buat ganti bajuuu!" Adela melihat dirinya sendiri yang hanya menggunakan baju kaos hitam polos dengan celana kulot berwarna coklat, nampak sekali Adela keluar rumah hanya untuk membeli batagor kesukaannya.

"Mana ada orang pigi main ke taman hiburan pake baju rumahan kayak gini." Memanglah perempuan, selalu mengedepankan penampilan.

"Emangnya kenapa kalau pake baju rumahan?"

"Kan ngak cantikkkk kakk," Adela gemes sendiri pada Varo. Gimana jadinya kalau nanti orang kira dirinya salah kostum kan ngak lucu, apalagi dia tak ada berhias sedikitpun, walau hanya pakai bedak baby langganannya.

"Udah, gitu aja gak papa," Varo memelankan volume suaranya "Kamu pakai baju apa aja tetep cantik kok,"

"Hah, apa? Tadi kakak bilang apa?" Adela tidak mendengar kalimat terakhir Varo, karna jaraknya dari Varo agak jauh. Ya, Adela dan Nina duduk di bangku belakang sedangkan Varo sendiri menjadi supir dadakan untuk kedua wanita itu, ditambah Nina yang ada disampingnya dari tadi bicara-bicara sendiri dengan boneka Barbie yang dia miliki dan tak peduli dengan perbincangan keduanya.

"Ngak, ngak ada apa-apa kok." Dan jawaban Varo sungguh tak menguntungkan Adela sama sekali.

***

"Ini pak." resepsionis dari wahana tersebut memberikan sebuah kartu izin masuk untuk mereka pada Varo, "semoga anak bapak dan ibu suka dengan pasilitas yang kami sediakan.

Varo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mendengarkan perkataan wanita tersebut, tapi tak urung ia juga menganggukkan kepalanya.

"Udah dapat?" tanya Adela yang langsung berdiri dari tempat duduk nya setelah melihat Varo menghampiri mereka.

"Nih." Adela menerima tiket masuk yang Varo beri, dan mengajak Nina untuk masuk.

"Yokk Nina kita masuk." Adela segera menarik tangan Nina masuk dan meninggalkan Varo sendiri.

Sebelum benar-benar memasuki wahana, Varo mengejar langkah dua wanita di hadapannya. "Woy, gue juga ikut kali," ucap Varo yang sudah berada di hadapan Adela.

"Lo ngak liat tiketnya itu untuk tiga orang?" Adela melihat kembali tiketnya, dan benar saja tertera 3 orang. Adela tersenyum memandang Varo, bukan apa, ia hanya merasa geli, ternyata orang model kayak Varo mau memasuki wahana permainan anak-anak. Memang sih wahana ini diperuntukkan untuk anak-anak tapi orang dewasa juga boleh memasuki wahana ini, asalkan ia adalah pendamping dari anaknya atau wali dari anak yang bermain di sana dan terlebih wahananya sangatlah besarrr.

"Lo ngak usah senyum gitu, ngak usah ngejek gue deh." Dalam hati Varo melanjutkan kata-katanya, "gue mau ikut masuk, ya karna lo juga ikut,"

"Hahahahahha,"tawa Adela pecah, "ini serius kakak mau ikut." Nina yang mendengar sontak buka suara.

"Abang ngapain ikut? tadi katanya waktu di lumah ngak usah kesini karna abang ngak mau masuk, tadi pun abang bilang cuman mau pantau Nina aja?" Nina berkacak pinggang, "jangan-jangan kalna kak Adel ikut ya makanya abang mau ikut juga?" Satu mata Nina menyipit seolah mengintimidasi Varo yang sedang pdkt.

Astaga anak kecil ini tau apa coba tentang maksud Varo, tapi ngak boleh, Varo ngak boleh ketahuan, ngak boleh dong nanti martabat Varo jadi lelaki cool jadi turun. Dan itu tidak boleh.

"Enak aja, abang ikut ke dalam tuh karna disana rame," tunjuk Varo kedalam wahana, dan kedua wanita dihadapannya melihat kearah tunjuk Varo dan membenarkan ucapannya apalagi hari ini adalah hari libur dan memang sangat rame. "nanti kalian kenapa-napa gimana, banyak orang jadi harus hati-hati."

"Kan, kak Adel udah besal jadi bisa jaga Nina dong," ucap Nina polos.

"Kak Adel itu masih kecil, masih bocah kayak Nina, masih suka nangis di tempat umum, jadi abang harus ikut untuk jagain dua bocah." Varo langsung menggandeng tangan Nina yang masih nganggur, tanpa memperdulikan tatapan tajam Adela padanya.