webnovel

Xiao Xing Xing

" Pfffttt ... Kamu bilang ini jahat? Aku tak menyangka kamu senaif ini! Neraka ini kamu yang menciptakan! Kata Feng Jiang Ming Malam itu, Xing Xing berjalan dengan gemetar lalu jatuh di lantai. Sangat sulit mengingat apa yang baru saja terjadi. Pantulan cermin memperlihatkan wanita berpakaian compang camping dengan noda darah. Wajahnya sungguh amat berantakan. Beberapa tanda merah dan lebam ada di tubuhnya. Ya, dia telah pergi dari sejam yang lalu. Pada awalnya Xing - Xing berusaha tegar menghadapi yang barusan di alami. Matanya melekat begitu pintu itu terbuka dengan paksa. Tiga laki - laki bertubuh tegap menggendongku paksa. Belum sempat membuka mulut, milik lelaki itu masuk kedalam semua yang lubang yang ia miliki. . . . Pantulan cermin memperlihatkan kecantikanku yang begitu menawan. Aku sudah siap dengan baju perangku. Xiao Xing Xing ... Itulah namaku! Akulah ratu pertama di kerajaanku. Tiada siapa yang berani menolakku. Bahkan banyak raja yang mendengar tentangku datang untuk berusaha meminangku atau menginginkanku melayani mereka di ranjang. Taktik mereka sungguh kotor dan menjijikan! Mereka akan berakhir bersujud di kakiku meminta pengampunan atau pergi ke liang kubur! . . . Aku berlindung dibalik topeng ini selama hidupku. Aku terperangkap dalam istanaku yang megah yang dibuat ayah dan ibunda. Ibunda telah memutuskan meminum racun begitu Baginda raja gugur di perjalanan menuju medan perang. Kakiku lemas mendengar semua ini. Aku tak punya keberanian mengatakan ini. Akulah sang putra mahkota bertopeng, Feng Jiang Ming yang akan membalas dendam pembunuh Baginda Raja.

lodaniella · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

Jendral Su (2)

Jendral Wei Su teramat sangat ingin menggengam tangan Paduka Ratunya. Niat tersebut akhirnya di urungkan. Jendral Wei Su sadar dia hanya seorang hamba yang harus setia pada tuannya.

Beberapa tahun yang lalu ketika Jendral Wei Su muda belum menjadi siapa siapa. Ia hanyalah seorang pemuda desa yang tinggal di tepi lembah.

Wei Su terbiasa menjalani hidup yang keras tanpa orang tua. Ia tinggal di gubug yang hampir rubuh sendirian.

Setiap hari Wei Su berkeliaran seorang diri di lembah untuk mencari makanan.

Setiap hari dia berjuang untuk hidup dan melawan binatang buas di lembah.

Suatu hari ia bertemu gadis kecil yang akan di gigit ular besar di lembah. Wei Su menolongnya dan membawanya ke gubug kecilnya.

Gadis kecil itu tanpa ekspresi hanya diam saja. Dia tidak menangis. Tidak ada juga rasa takut dalam dirinya. Wei Su telah lelah bertanya pada gadis kecil itu. Gadis itu hanya tetap diam tanpa bicara.

Berbeda dengan baju Wei Su yang senantisa compang camping dan tubuhnya dipenuhi luka. Gadis kecil ini sungguh terawat. Kulitnya putih bersinar. Matanya biru seperti batu rubi. Dengan jubah mewah seperti seorang bangsawan.

Keesokan harinya Wei Su dan gadis itu pergi ke kota. Wei Su ingin mencari orang tua dari gadis kecil itu.

Di perjalanan berulang kali mereka di hadang rampok  dan berulang kali Wei Su di tawari sejumlah emas untuk di tukar dengan gadis kecil itu.

Wei Su tetap pada tujuan awalnya untuk mengantarkan gadis kecil itu pada orang tuanya. Walaupun gadis itu sepertinya tak dapat bicara, Wei Su tau rasanya sebatang kara.

Melihat keteguhan Wei Su, gadis kecil itu akhirnya memegang tangan Wei su.

"Xiao Xing Xing ..." Ucap gadis itu berbisik.

"Apakah kau berbicara gadis kecil?" Wei Su kaget langsung melihat gadis itu

"Ya, Xiao Xing Xing. Itulah namaku.

Keluarlah kalian semua!"

Seketika itu keluarlah puluhan bala tentara berbaris setelah keluar dari dipersembunyiannya.

"Hormat kami Putri Mahkota" jawab mereka serempak.

" Salam dari kami Putri Mahkota " semua rakyat langsung bersujut menyambut Putri Mahkota kerajaan mereka.

" Aku sedang berlatih mengambil bisa ular tapi kau datang menolongku. Aku hargai pertolonganmu. Maka mulai sekarang ikutlah denganku. Kau akan menjadi Jendralku di masa depan. "

Kaki Wei Su seketika itu lemas. Begitu banyak yang terjadi dan diluar dugaan Wei Su.

" Tapi mengapa bala tentara tidak hadir menolong kita? " Tanya Wei Su tergagap setelah sadar.

" Mereka hanya bergerak atas perintahku."

Begitu selesai mengenang masa lalunya, Jendral Wei Su baru saja akan pergi. Tiba - tiba terdengar jeritan Ni Yu.