webnovel

Xiao Xing Xing

" Pfffttt ... Kamu bilang ini jahat? Aku tak menyangka kamu senaif ini! Neraka ini kamu yang menciptakan! Kata Feng Jiang Ming Malam itu, Xing Xing berjalan dengan gemetar lalu jatuh di lantai. Sangat sulit mengingat apa yang baru saja terjadi. Pantulan cermin memperlihatkan wanita berpakaian compang camping dengan noda darah. Wajahnya sungguh amat berantakan. Beberapa tanda merah dan lebam ada di tubuhnya. Ya, dia telah pergi dari sejam yang lalu. Pada awalnya Xing - Xing berusaha tegar menghadapi yang barusan di alami. Matanya melekat begitu pintu itu terbuka dengan paksa. Tiga laki - laki bertubuh tegap menggendongku paksa. Belum sempat membuka mulut, milik lelaki itu masuk kedalam semua yang lubang yang ia miliki. . . . Pantulan cermin memperlihatkan kecantikanku yang begitu menawan. Aku sudah siap dengan baju perangku. Xiao Xing Xing ... Itulah namaku! Akulah ratu pertama di kerajaanku. Tiada siapa yang berani menolakku. Bahkan banyak raja yang mendengar tentangku datang untuk berusaha meminangku atau menginginkanku melayani mereka di ranjang. Taktik mereka sungguh kotor dan menjijikan! Mereka akan berakhir bersujud di kakiku meminta pengampunan atau pergi ke liang kubur! . . . Aku berlindung dibalik topeng ini selama hidupku. Aku terperangkap dalam istanaku yang megah yang dibuat ayah dan ibunda. Ibunda telah memutuskan meminum racun begitu Baginda raja gugur di perjalanan menuju medan perang. Kakiku lemas mendengar semua ini. Aku tak punya keberanian mengatakan ini. Akulah sang putra mahkota bertopeng, Feng Jiang Ming yang akan membalas dendam pembunuh Baginda Raja.

lodaniella · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

Berjuang untuk mati (3)

Sudah bulan kedua Jiang Ming pergi. Tidak ada kabar dari Jiang Ming dan pasukannya. Tidak ada pula yang tau keberadaan mereka.

Xing Xing menyibukan diri selama masa itu. Dia melakukan berbagai macam upaya agar rakyatnya tidak kelaparan. Xing Xing pun berinovasi.

Lahan istana yang kosong mulai di sulap menjaga perkebunan. Pada dasarnya, apa yang ada di perkebunananya sebagian besar adalah apa yang Xing Xing dan orang tuanya tanam sejak kecil. Xing Xing jelas tau betul tentang perkebunan.

Pembukuan istanapun Xing Xing pegang sendiri. Semua orang yang berada di istananya maupun kerajaan kerajaan kecil di bawah kerajaannya hanya boleh makan 3 macam dalam piringnya. Setiap perayaan yang tidak perlu akan di kurangi.

Awalnya banyak yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Tapi mereka tak bisa berkata banyak karena kekacauan sedang terjadi dan Ratu mereka sudah berkehendak. Hukuman penggal sudah di depan mata bagi mereka yang melawan.

Selain itu, itu menanggulangi bencana kelaparan. Xing Xing memberikan resep membuat bubur bagi setiap pegawai istana. Xing Xing memerintahkan beberapa kerajaan kecil juga ikut membantu pembagian bubur itu segara gratis setiap hari. Bahkan, Xing Xing membuka istananya untuk menjadi tempat pembagian bubur.

Di waktu luangnya, Xing Xing akan membantu membagikan sendiri bubur bubur itu untuk rakyatnya. Rakyatnya begitu gembira dengan hal ini.

Dunia terasa berputar dengan cepat. Xing Xing tiba tiba jatuh pingsan. Semua rakyatnya menjadi kacau. Mereka semua ingin membantu tapi di halangi para prajurit.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Wei Su kawatir.

"Nadinya masih lemah. Mungkin umurnya baru bulan kedua." Ucap tabib yang memeriksa Xing Xing.

"Apa maksudnya?" tanya Wei Su tidak mengerti

"Saya tau, tak perlu kau jelaskan lagi. Tinggalkan saja kami."

Tabib segera pergi dari kamar Xing Xing. Xing Xing berusaha duduk dengan sisa kekuatannya.

"Ada kehidupan di sini." mengelus perutnya.

"Bagaimana bisa semudah itu menjadi benih?" Wei Su benar benar terkejut tak menyangka

"Bila kau tak bertanya siapa ayahnya, aku menganggap kau telah tau semuanya."

"Apakah dia tau ada kehidupan di perutmu? Kalau bulan kedua telah berlalu artinya dia masih disini"

"Aku memang tak ingin memberitaunya."

Kemarahan menghinggapi Wei Su. Apa yang dilakukan Xing Xing benar benar ceroboh dan bodoh.

Dia menyarankan kepergian dirinya menghadapi bahaya kemudian tidak menggantikan ayah si bayi pergi menghadapi bahaya.

Wei Su hanya dapat mengepalkan tangan dengan erat menahan amarah. Di satu sisi merasa sakit hati. Wei Su jadi merasa bersalah karena tidak membantu Jiang Ming terakhir kali. Bagaimanapun dia ayah bayi itu.

Dia tak menyangka itu akan menjadi ada kehidupan baru yang muncul.

Bulan terus berganti, kehamilan Xing Xing semakin besar. Kebingungan menghinggapi semua orang. Dari dewan rakyat hingga semua rakyatnya tidak ada yang berani mempertanyakan atau mempersoalkan siapa ayahnya.

Yang mereka tau, itu akan menjadi pemegang kekuasaan selanjutnya.

Semua orang hanya bisa menyambut calon pewaris kerjaan mereka dengan gembira.

Hari ini adalah ulang tahun Xing Xing.

Semua orang mempersiapkan perayaan besar besaran. Termasuk Xing Xing sendiri dengan bantuan Wei Su.

Wei Ping pun yang sedang belajar berjalan, tertatih tatih berjalan untuk meberikan permen yang ia miliki untuk menjadi kado bagi Xing Xing.

Ciuman langsung mendarat kedua pipi menggemaskan gadis kecil itu. Itu menghangatkan hati Xing Xing.