webnovel

Chapter 11

"TUAN PUTRI!"

"Sepertinya anda harus segera keluar." ucap Lilian dengan wajah panik

•••

"Suatu kehormatan bagi kami untuk melayani tuan putri." ucap puluhan pelayan yang berada diluar dengan memberi hormat(membungkukkan badan)

'A,apa in?!'

Felik datang lalu berlutut didepan putri Athanasia,

"Nama hamba adalah Felik Rovein." ucapnya memperkenalkan diri

"Mulai hari ini hamba mendapat perintah untuk menjadi ksatria tangan kanan sementara putri Athanasia." sambungnya

"Ka-kami berterimakasih atas kebaikan yang mulia,tapi sampai tuan Roven..." Lilian mengentikan ucapannya

'Dia sok berbaik hati setelah membuatku sakit?'

'Padahal kemarin cuek walau aku jatuh ke air.'

"Bagaimanapun juga,yang mulai itu menyayangi tuan putri." ucap Felik tersenyum

"Be-begitu ya." jawab Lilian

"Yang mulia sekarang sedang mempertimbangkan ksatria tangan kanan resmi yang akan ditentukan untuk tuan putri,jadi mungkin saya tidak akan lama berada disini." jelas Felik

"Mohon bantuannya mulai hari ini tuan putri."

•••

"Aku kangen Hanna dan Seth." ucap putri Athanasia cemberut

"Kalau tuan putri menginginkannya,pasti tuan putri dapat bertemu mereka kembali." jelas Lilian

"Kapan?" tanya Athanasia cepat

"Hm,setelah sepuluh hari?" jawab Lilian tidak tahu kapan Athanasia bisa bertemu dengan Hanna dan Seth

'Claude sialan!'

'Bukannya menambahkan orang istana,dia malah menukar para pelayan lama!'

'Tahu-tahu semuanya sudah ditugaskan di istana lain?!'

'Bahkan kakak pelayan yang baru datang tidak bereaksi pada keimutanku,para kakak pelayan yang selama ini aku luluhkan susah payah...'

'Padahal dia sama sekali tidak melirik saat pelayan para pelayan mengeruk hartaku.'

'Kenapa baru sekarang seperti ini?!'

"Nah tuan putri,jangan marah..."

"Bagaimana kalau anda coba mengatakannya pada yang mulia?" Felik memberi ide

"Kebetulan sekali pada waktu santap hari ini,yang mulia ingin menghabiskan waktunya bersama tuan putri." jelas Felik dengan senyuman dan diikuti dengan ekspresi kaget putri Athanasia dan Lilian

'Biar bagaimanapun,bukankah akan lebih baik kalau aku mati satu kali lalu lahir kembali?'

'Kalau menurut kata Felik,bunga teratai yang ada ditengah-tengah pinggir danau itu adalah tanaman sihir.'

'Tanaman mengerikan yang menyedot intisari manusia setelah memperdaya dan membuatnya jatuh ke air.'

'Dasar Claude si anak guguk itu!'

'Bisa-bisanya dia diam saja melihat itu!'

"Tuan putri anda harus ganti pakaian." terlihat ada beberapa baju ditangan Lilian

"Gak mau!" jawab Athanasia bersembunyi di belakang tubuh Felik

'Untuk apa aku tampil cantik untuk orang itu.'

"Tuan Rovein,tolong katakan sesuatu." pinta Lilian

"Dengan pakaian apapun tuan putri Athanasia tetap tampil menawan,tentu saja yang mulia juga akan berpikir demikian." jelas Felik

"Walau itu hal yang sudah pasti,tapi..." jawab Lillian ragu

'Kenapa malah percaya sama hal itu? Claude mana mungkin begitu.'

"Nah,mari berangkat tuan putri." ucap Felik menggendong putri Athanasia

"Pergi dulu." ucap Athanasia melambaikan tangan kepada Lilian

"Sampai nanti,tuan putri." jawab Lilian

•••

"Yang mulia,tuan putri Athanasia sudah datang." ucap Felik

"Kakak,kakak." panggil putri Athanasia

"Ya?" jawab Felik

"Kenapa di istana papa tidak ada kakak ksatria dan kakak pelayan lain?" tanya Athanasia

"Alasan mengapa tidak ada orang di istana adalah karena yang mulia lebih suka melakukan segalanya sendiri,lalu tidak adanya ksatria yang melindungi istana ini adalah karena hal itu tidak dibutuhkan." jawab Felik

"Lalu anda tidak boleh memanggil saya seperti itu,tolong panggil saya Felik atau Rovein,bicaranya juga kasual saja." sambung Felik

"Iya." Athanasia mengiyakan pernyataan Felik

*Felik dan putri Athanasia berada di depan pintu kamar raja Claude

"Sepertinya yang mulia sedang tidur."

'Sudah panggil orang dia malah tidur? Benar-benar nggak ada sopan santun,nggak dong malah lebih bagus.'

"Kalau begitu Athi pulang saja." ucap Athanasia

"Jangan begitu,bagaimana kalau anda coba masuk kedalam?" Felik memberi ide

'APA?!'

"Kalau tuan putri sendiri yang membangunkan,yang mulia pasti akan lebih senang."

'Nggak!'

'Tu-tunggu.'

"Kalau begitu saya akan menunggu diluar." ucap Felik mendorong Athanasia masuk kedalam kamar Claude

'Wah dasar Felik jahat!'

'Ah,jangan-jangan dia nggak terbangun gara-gara suara aku masuk kan?'

'Pokoknya diam dulu seperti tikus mati.'

'Tapi maksud saya...'

'Apakah sebenarnya saya perlu membangunkan Claude?'

'Kalau tidak ada kabar,dia akan mencari sendiri kan.'

'Tapi...'

'Kenapa kamar tidurnya sederhana begini?'

'Ranjang dan pintunya pun sejajar...'

'Yang aku dengar raja terdahulu memerintah semena-mena dan juga sangat boros.'

'Apa bukan kamar ini ya?"

'Apa benar ini istana ra-'

"Hah?" ucap putri Athanasia terkejut melihat pajangan peta emas yang terukir di dinding kamar raja Claude

'Ternyata benar...'

'Dari seluruh hidupku di masa lalu ataupun sekarang,baru pertama kali kulihat yang seperti ini.'

'Kalau ada satu ini saja,aku tidak butuh lagi tempat lilin emas atau kerincingan emas,masa yang digantung di dinding sana juga emas?'

'Astaga senangnya.' Athanasia berlari sambil melihat pajangan emas yang lainnya

"Hm?" Athanasia menghentikan langkahnya dan melihat ke sebuah lukisan,di situ terdapat lukisan seorang wanita berambut coklat

'Itu juga emas?'

'Sepertinya aku tahu siapa,'

'Seharusnya aku nggak lihat.'

Athanasia berbalik,hampir jantung putri Athanasia keluar dari tempatnya melihat raja Claude sedang tertidur di sebuah sofa

'Ke-kenapa dia tidak tidur di ranjang dan malah ada disini?!'

'Wah dia tertidur seperti pangeran dalam cerita dongeng.'

'Kalau sedang seperti ini boleh juga dilihat.'

'Apa kau nggak bisa selamanya saja tertidur?'

'Nggak bangun.' Athanasia menyentuh pipi Claude dengan tangannya

'Dia benar-benar tidur pulas ya?'

Athanasia terdiam beberapa detik

'Apa aku coba pukul satu kali?'