Chapter 10
Athanasia melihat bunga teratai yang ada di danau
'Ng?'
'Apa itu?'
'Uwah,apa ini?'
'Teratainya warna biru?'
'Ah bukan,itu karena air danaunya berwarna biru, kelopak bunganya sendiri bening,memangnya bunga teratai juga mekar di danau ya?'
'Aku mau punya bunga itu!'
Athanasia mengulurkan tangannya untuk mencapai bunga teratai yang ada disitu
'Uhh,sedikit...'
'Sedikit lagi.'
Blub
Byur
'?!!'
"Huah!"
"Uhuk!"
'Apa ini? kenapa begini!'
"To,tolo..."
"To..."
Athanasia terus meminta tolong sedangkan Claude hanya menatap dingin Athanasia tanpa bergerak dari tempat duduknya
'Dia nggak akan menolongku?!'
'Laki-laki itu gak akan menolongku!'
Ceplas
'Aku akan jatuh ke dasar air.'
'Seperti sekarang,'
'Tanpa suara...'
'Walau begitu tetap saja...'
'Dasar!'
'Bajingan tengik!!'
"Hosh"
"Hosh"
"Uhuk,Uhuk!"
"ASTAGA TUAN PUTRI!" terlihat jelas wajah Lilian sangat panik
"TUAN PUTRI SADARLAH!" pinta Lilian
"Felik!" panggil Claude
"Ya,yang mulia?"
"Mulai besok ajarkan Athanasia cara berenang di air,'
"Bukankah akan memalukan kalau anak raja mati cuma karena tenggelam di danau." ucap Claude berlalu meninggalkan danau
"Tuan putri...Tuan putri..."
"Uhuk."
"Tidak apa-apa." Lilian menenangkan Athanasia
"Uhuk."
"Sekarang sudah tidak apa-apa tuan putri." ucap Lilian memegang pipi Athanasia dengan lembut
"UKHH!"
"HUWAAAA!"
•••
Athanasia sedang membaringkan tubuhnya diatas kasur
'Memang dasar psikopat kejam sialan,'
'Anak berumur 5 tahun jatuh ke danau,bagaimana bisa dia melihat dengan mata seperti itu?'
'Aku harus mengumpulkan emas lebih banyak dan langsung cepat meninggalkan tempat ini.'
'Bodoh amat deh plan C,'
'Dengan cara apa aku bisa mendekati manusia keji itu?'
"...mau makan coklat'
'Coklat! aku tidak bisa membuang hasrat pada coklat!'
'Tapi aku yang di kenyataan'
'Boro-boro coklat,'
'Untuk isi perut sehari sekali dengan kimbab mini market yang sudah kadaluarsa saja sudah susah payah!'
'Bahkan memimpikan makanan favorit seperti ini pun terlalu mewah!'
Athanasia membuka guci tempat coklat
'?!'