webnovel

Bab 8. Pengakuan Lev

Vipera menatap Lev lama, membuat suasana diantara mereka terasa begitu sunyi. Alis gadis itu bertaut, bagaimana bisa seseorang yang berpacaran selama lima tahun lebih mengatakan ia tidak pernah mencintai kekasihnya?

"Kau mabuk?" cetusnya, "kau pikir aku bakalan percaya dengan kata-kata itu? Kalian pacaran lebih dari lima tahun dan kau bilang kau ngga cinta sama dia? Selama lima tahun ini kau sedang apa? Latihan jadi suami bucin?" suara gadis itu terdengar seperti sedang mengomel, membuat Lev mau tidak mau menyeringai.

"Siapapun yang melihat kalian selama ini pasti tahu betapa kau mencintai dia. Kau bahkan banyak yang bilang kau saking bucinnya membiarkan dirimu direndahkan kekasihmu sendiri," omelnya lagi.

"Tapi, aku serius," ujar Lev pelan. "Aku tidak pernah mencintainya."

"Kau sedang melampiaskan kekesalanmu karena ternyata dia tunangan saingan bisnismu kan?"

"Tidak Vipe. Aku sungguh-sungguh. Ini tidak ada hubungannya dengan Altair.

Vipera menghela nafas, "Baiklah, anggap aku percaya. Lalu kenapa kau bisa bertahan selama itu?" herannya.

Lev menatapnya lama. 'Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya?' 

"Kau sungguh ingin tahu?"

"Iya, mau tau banget!" semprot Vipera dengan nada kesal. Lev menyeringai.

'Jika aku memberitahu dia yang sebenarnya apakah dia akan marah? Apa yang akan terjadi dengan persahabatan kami? Aku tidak siap jika ternyata dia menjauh.'

"Woy, aku menunggumu."

"Aku melakukannya untukmu," jawab Lev akhirnya, memilih kalimat umum yang tidak menggambarkan perasaannya tapi hanya menyiratkan eratnya persahabatan mereka.

"Untukku?" Vipera mencoba mempercayai pendengarannya sekarang. Lev pacaran dengan Anjani selama itu untuknya? 'Apakah karena Anjani selalu jahat padaku? Jadi dia berpikir dengan pacaran, dia bisa mengontrol Anjani?'

"Dia selalu memperlakukanmu dengan buruk. Kupikir dengan menjadi kekasihnya dia tidak akan keterlaluan padamu tapi setelah bertahun-tahun ternyata masih tetap sama," suara Lev membuat Vipera tersentak.

"Kau mengorbankan dirimu sampai seperti ini untukku?" suara Vipera tercekat, Lev tidak siap dengan nada seperti itu tapi juga tidak siap untuk menyatakan bahwa ia bertahan dengan seluruh perlakuan buruk dan hinaan Anjani karena tidak ingin Vipera diperlakukan lebih buruk dari itu.

"Aku sudah bertahan selama ini, hanya menunggu momen yang tepat untuk mengakhirinya. Dan kupikir inilah momen itu, tapi sepertinya juga tidak tepat," imbuhnya.

"Maksudmu?"

"Ya, ternyata Altair pun memutuskan pertunangan mereka. Itu jelas membuat Anjani mengamuk, dia sangat berharap pada Altair. Dia bahkan menuding kau sebagai penyebab putusnya pertunangan itu. Kupikir Altair memutuskan pertunangan karena hubungan kami," suara Lev terdengar sedikit menyesal.

"Kau terdengar menyesal," ucap Vipera. Dalam hati Vipera merasa gondok juga dengan Anjani, sudah memiliki Lev yang speknya selevel dengan Altair masih mengejar pria itu. Lev dan Altair sering dihubung-hubungkan media sebagai saingan, keduanya sama-sama dikejar banyak perempuan. Lev lebih soft ketimbang Altair yang terkenal angkuh dan dingin serta kejam. Vipera awalnya berpikir itulah yang menjadi alasan Anjani memilih Lev sebagai kekasihnya.

"Aku menyesal karena saat aku membuat keputusan itu, Altair juga membuat keputusan yang sama. Itu membuat orang-orang berpikir kami benar-benar saingan cinta. Kau tahu, itu sangat menyebalkan," jawabnya. Vipera terkikik tertahan.

"Aku tidak peduli jika dia berpikir Altair memutuskan pertunangan mereka karenaku. Toh aku tidak melakukan itu. Altair dan aku hanya atasan dan bawahan tidak lebih dari itu. Semua orang juga tahu."

"Ya…untuk sementara mungkin kita bisa tenang. Kau juga sudah pindah dari rumah itu, sementara ini dia tidak akan bisa menemukanmu. Kecuali mungkin dia mencari masalah di kantor," ujar Lev. "Tapi, Dan bisa melindungimu disana."

"Aku akan belajar melindungi diriku lebih baik lagi," ujar Vipera. "Terima kasih, selama ini kau selalu melindungiku bahkan sampai mengorbankan perasaanmu. Aku berjanji akan menemukan perempuan yang baik dan mengenalkannya padamu."

Lev mengacak rambutnya lembut. "Kau hanya perlu hidup dengan baik," ia berucap pelan. "Kau memiliki aku juga Dan."

Kembali pada Altair, ia mencoba mencaritahu apa yang terjadi pada Vipera melalui Dan. "Bagaimana bisa Lev berpacaran dengan Anjani tapi dia juga membawa Vipera tinggal bersamanya?"

"Lev berpacaran dengan Anjani hanya karena ia ingin melindungi Vipera. Dia tidak ingin Vipe selalu menjadi sasaran kemarahan, kebencian dan kekerasan dari gadis itu. Berharap jika dia menjadi kekasih Anjani, gadis itu akan sedikit mengurangi kekejamannya. Tapi, ternyata tetap saja tidak berubah. Bertahun-tahun ia menahan banyak hinaan dan sikap buruk Anjani, sekarang Lev sepertinya sudah muak. Selama ini ia membiarkan Anjani memperlakukannya dengan buruk selama itu bisa membuat Vipera aman. Dia bahkan merelakan dirinya dipukuli jika itu bisa membuat Vipera terhindar dari kekerasan yang sama."

Altair terdiam mendengar penjelasan panjang itu, apa memang ada sahabat sehebat itu dalam membantu sahabatnya? Altair tidak pernah memiliki teman dekat yang bisa ia sebut sebagai sahabat, baginya apa yang dilakukan Lev sangat mengherankan. Dia membawa Vipera ke rumah itu untuk melindunginya dari Anjani. Tapi, jika Vipera kembali bekerja, gadis itu masih akan ditemukan oleh Anjani.

"Beritahu pada seluruh satuan pengamanan kantor, Anjani tidak diizinkan masuk ke gedung kita lagi," ujar Altair. Jika Lev mencoba melindungi Vipera di luar kantor, maka melindungi gadis itu di kantor adalah tugasnya, begitu Altair berpikir.

Dan meliriknya dari kaca spion, wajah Altair tetap datar seperti biasa. Tapi ia sedikit heran karena biasanya Altair tidaklah sepeduli itu pada karyawannya. Bahkan pada Dan yang sudah ada di sisinya selama hampir enam tahun saja, Altair tak sepeduli itu. Tapi bagi Dan, itu jauh lebih baik. Karena hanya Altair yang bisa menghalangi Anjani memasuki area kantor mereka. 'Itu juga kalau satpamnya ga dihajar dengan tas atau sepatu,' batin Dan.

Tapi ia tetap mengatakan "Baik Pak," atas perintah itu. Setidaknya mereka tetap harus mencobanya kan? Sekalipun gadis manja seperti Anjani bukanlah orang yang mudah dihentikan. Selama ini hanya Lev yang berhasil membuatnya sedikit jinak.

Selain Anjani, yang paling berbahaya dan harus mereka hindari sekarang adalah Felicia. Perempuan itu memiliki banyak pesuruh yang akan melakukan apa saja untuknya, orang yang bahkan bisa mengendalikan Afon, ayah Anjani. Dia yang sangat membenci Vipera sehingga mendidik anak-anaknya untuk ikut membenci. Tidak mudah menghadapinya, dalam hati Dan berpikir haruskah ia menceritakan tentang Felicia dan Va pada Altair?

"Dan, kau pasti tahu apa yang terjadi padanya?" tanya Altair tiba-tiba. "Lebam di wajahnya bukanlah luka memar karena jatuh di aspal."

Dan terdiam sebentar, menimbang apakah ia harus memberitahu Altair apa yang sebenarnya terjadi. Vipera tidak akan menyukainya, gadis itu tidak suka jika banyak orang yang tahu masalahnya. Selama ini, hanya Dan, Lev dan Bi Sumi yang benar-benar mengerti apa yang terjadi padanya. Hanya mereka bertigalah yang memahami luka batin gadis itu.

"Ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk didengar, Pak," jawab Dan dengan suara ragu. "Dan saya yakin, Vipe tidak akan menyukainya jika ini diketahui orang lain. Ini, mungkin aib keluarganya tapi saya rasa Bapak sebaiknya tahu."

"Aku tidak akan bertanya pada Vipe tentang itu nanti," ujar Altair setengah berjanji.

"Anda pasti mengenal Va bukan?" Dan melirik lagi sementara Altair hanya berdehem pelan. "Sejak remaja, Va selalu berusaha menyakiti Vipe dengan berbagai cara. Dia sepertinya tidak melihat Vipe sebagai adiknya, tapi dia melihatnya sebagai seorang perempuan."

"Maksudmu?"

Dan menelan salivanya, "ya, Va sering merayu Vipe untuk menjalin hubungan sebagai pasangan. Ia bahkan pernah memasuki kamar Vipe di tengah malam dan mencoba memperkosanya, beruntung Vipe berhasil kabur. Itulah awal mengapa dia tinggal sendirian di rumah warisan ibunya. Nah, kemarin saat tahu ia terluka karena jatuh dari motor, Va datang. Dia memanfaatkan sakit Vipe untuk menyerangnya. Setelah membuat Bi Sumi hampir pingsan, dia menyekap dan mengikat Va di kamar. Sekali lagi mencoba menodainya. Karena melawan, ia memukul Va sampai seperti itu, beruntung Lev datang dan berhasil menyelamatkannya."

Dada Altair bergemuruh mendengar cerita itu, 'keluarga macam apa mereka sebenarnya?' batin Altair geram. Ia benar-benar bersyukur memutuskan hubungan dengan Anjani sehingga bisa menjaga jarak dari keluarga bermasalah itu.

"Lev membawanya ke rumah sakit karena itulah dia kemarin tidak masuk," sambung Dan.

"Setahuku Va tidak bekerja?" tanya Altair.

"Ya, tapi dia memiliki sebuah dealer mobil."

"Kau tahu alamatnya?" tanya Altair lagi.

"Ya, tapi dia tidak akan Anda temukan disana. Lev sepertinya membuat Va babak belur karena ada informasi yang mengatakan bahwa Va ditemukan sekarat dalam mobil di depan gerbang rumah mereka. Tapi tidak ada informasi dia dirawat sepertinya mereka menutupi kejadian itu dan merawatnya di rumah," jawab Dan.

'Dia benar-benar melindungi gadis itu, apa tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya?' pikir Altair.

Vipera yang dikenal Altair adalah gadis dengan wajah datar. Ia tidak berusaha untuk terlihat menonjol sekalipun wajahnya yang sangat cantik akan membuat siapapun yang melihat akan menoleh sekali lagi untuk menatapnya. Dia lebih cantik dari Anjani yang full make up karena bercita-cita jadi artis. Vipera selalu tampil seadanya bahkan terkesan tomboy.

Tapi dia sangat brilian dalam pekerjaan, seorang perencana yang sangat sempurna. Karena itulah Altair jadi memperhatikan dia. Awalnya hanya karena ia tertarik pada kecerdasan gadis itu, tapi secara perlahan kemudian melihat gadis itu menjadi kebutuhan baginya. Dia yang hanya mengangguk hormat dan tersenyum seadanya setiap kali mereka bertemu. Dia yang bahkan namanya saja tidak pernah diketahui Altair tapi pria itu sangat menghargainya.

Altair tanpa ia sadari, matanya selalu berusaha menemukan gadis itu. Ketika dia tidak ada di sekitarnya, Altair akan merasa ada yang kurang. 'Sejak kapan aku seperti itu?' pikir Altair, merasa bodoh sendiri. Dalam hati ia berharap bisa melakukan sesuatu untuk mengurangi luka atau beban Vipera tapi dia bahkan tidak bisa mendekati gadis itu. Vipera membuat tembok sangat tebal diantara mereka.

Altair tersentak ketika ponselnya berdenting halus, ia mendecih ketika nama Afon tertera disana. Sebenarnya ia sangat enggan berurusan dengan keluarga ini lagi. "Ya, Pak Afon?"

Dan mengerlingnya ketika suara Altair menggema dalam kendaraan setelah beberapa lama mereka hanya berdiam diri. Memperhatikan ekspresi Altair ketika berbicara.

"Ke rumah Keluarga Afon," ujar Altair ketika menutup pembicaraannya. Dan hanya mengangguk, sekalipun dalam hati mengomel. Altair yang katanya sudah memutuskan hubungan dengan Anjani ternyata masih bersedia menerima undangan keluarga itu.

"Kau bisa pulang dari sini?" tanya Altair ketika mereka memasuki gerbang kediaman Afon. Dan lagi-lagi hanya mengangguk. Ia memberikan kunci kendaraan pada Altair dan menunggu pria itu memasuki rumah besar tersebut sebelum kemudian keluar dengan hati mengomel. Ia sebenarnya ingin tahu apa yang akan dilakukan Altair disana, setengahnya khawatir jika pria itu akan mengonfrontasi ceritanya tentang Va. Dan sangat mengenal bosnya itu, karena itu ia jadi cemas sendiri.

'Jangan sampai dia menimbulkan masalah baru bagi Vipe,' harapnya dalam hati.

*Bersambung*