webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

Twins

Giovani menutup pintu kamarnya usai makan malam keluarga bersama. Ia mendudukan diri dikursi meja belajarnya dan mencari sebuah buku, entah itu novel, komik, atau buku pelajaran. Apakah Giovani terdengar sebagai seorang kutu buku? Memang setiap hari yang ia habiskan tak pernah melewatkan buku sebagai pengisi waktu luangnya. Jika kalian berpikir Giovani adalah laki-laki culun dengan kacamata tebal yang menyukai animasi asal Jepang kalian salah. Owen, Whitney, bahkan Gloria pernah bilang kalau Giovani sangat tampankan walaupun Gloria enggan mengakuinya. Tapi lihatlah, gadis sekelas Augine bahkan dengan terang-terang mengejar Giovani didepan semua orang. Itu semua semata-mata hanya karena pesona Giovani.

Giovani memandang tangan kirinya yang terbalut oleh perban tanpa arti. Ia kemudian memilih kembali membaca sebuah buku berbahasa Prancis yang entah apa isinya. Namun tetap saja fokusnya kembali terarah pada kejadian tadi malam. Dimana arwah bernama Charlie itu menyerangnya secara tiba-tiba seperti kegirangan saat menemukan Giovani. Charlie bahkan berusaha untuk membunuhnya walau akhirnya Giovani berhasil mengusir arwah penasaran itu pergi, dan sialnya ia harus mengorbankan tangan kirinya. Tak masalah, asalkan Gloria bisa aman dari hal-hal yang mengganggunya karena sejak kecil Gloria selalu diincar oleh hal semacam itu.

Giovani menghela nafas lelah, ia tak bisa memfokuskan diri untuk membaca. Pikirannya kembali pada pembicaraan yang ia lakukan dengan Clara seminggu yang lalu. Tentang dimana Clara mengatakan bahwa akan sangat berbahaya baginya dan Gloria jika terus berkeliaran tanpa perlindungan.

Rasanya kepala Giovani menjadi pening, apa yang dikatakan Clara benar. Lambat laun pasti akan datang sesuatu yang mencari mereka. Tapi bagaimana ia memberitahu Gloria. Memberitahu bahwa mereka terlahir dengan warna jiwa istimewa. Bahkan, Lucifer sendiri mencari warna jiwa seperti mereka untuk melahapnya.

"Ada apa Gio? Wajahmu nampak suram," tanya seorang gadis yang duduk diranjang milik Giovani. Gadis yang nampak cantik dengan setelan gaun selutut miliknya.

"Katakan pada kami, ini soal Gloria lagi?" tanya seorang laki-laki yang bersandar pada lemari.

"Entahlah, aku hanya bingung. Kalian tahu sendiri akhir-akhir ini Gloria banyak memancing roh jahat mendekat," ucap Giovani dengan nafas lelah.

"Bukankah sejauh ini masih aman? Kau punya kami, dan kami juga akan membantu melindungi adikmu."

"Semuanya tak sesederhana itu Lucy. Sejenak terlintas bahwa aku harus memberitahu Gloria," ucap Giovani.

"Kalo begitu beritahu saja semua," ucap laki-laki yang bersandar pada lemari.

"Tentang apa?!"

"Tentu saja tentang kau yang punya kemampuan khusus dapat melihat arwah, tentang warna jiwa kalian yang menjadi incaran para roh jahat, dan-"

"Dan tentang sepasang hantu kembar yang menjadi penjagaku untuk melindungi aku dan dia?!" ucap Giovani memotong ucapan laki-laki itu dengan sedikit meninggikan suara.

"Jangan aneh Lucius, bagaimana jika dia syok dan gila," tambah Giovani.

"Kau hanya perlu menjelaskannya pelan-pelan Gio," ucap Lucy menyentuh bahu Giovani.

"Benar kata Lucy, Gloria harus tahu. Atau dia tidak akan selamat nanti," ucap Lucius.

Lucius dan Lucy, sepasang kaka beradik kembar yang mati 80 tahun yang lalu akibat menjadi tumbal sekte penyembah satan. Mereka ditangkap dan jiwa mereka diberikan pada satan untuk dimakan. Sedangkan ibu mereka mati mengenaskan oleh para penyembah satan itu. Akibat jiwa mereka yang dimakan oleh satan, mereka berdua tak dapat mencapai peristirahatan abadi dan akhirnya menjadi roh penasaran yang pergi kesana kemari. Hingga suatu ketika mereka menemukan Giovani yang berusia 4 tahun. Wujud mereka yang terjebak dalam bentuk hantu anak kecil berusia 10 tahun memudahkan mereka berteman dengan Giovani yang tak tahu apa-apa.

Giovani memang terlahir dengan keistimewaan yang lebih dari Gloria. Ia bisa melihat hal mistis yang tak dapat dilihat orang biasa dan melihat warna jiwa seseorang. Giovani akan tahu semuanya jika kalian mencoba membohonginya, karena jika seseorang berbohong aura disekitar mereka akan berubah menjadi merah dalam sesaat. Hal ini juga memudahkan Giovani untuk melindungi dirinya dan Gloria yang menjadi sasaran empuk para roh jahat yang berusaha melahap jiwa mereka.

Ia dan Gloria terlahir saat terjadi gerhana bulan yang hanya muncul dalam seratus tahun sekali. Dan tepat dimalam itu juga seluruh api penyembahan satan yang menyala mati. Itu berarti pertanda buruk untuk para pemuja satan. Api itu bahkan tak pernah padam saat Lucy dan Lucius jadi persembahan lalu padam saat kelahiran mereka.

Begitulah kira-kira yang Lucy dan Lucius ceritakan pada Giovani, dan berakhir dengan mereka dilindungi oleh Lucy dan Lucius. Walau begitu mereka juga harus berhati-hati, para pemuja satan bahkan anak buah raja iblis itu masih mencari mereka.

Brak!

Suara gebrakan pintu mengalihkan perhatian mereka. Disana terdapat Gloria yang menatap mereka aneh, bukan mereka tapi hanya Giovani.

Gloria mendekat dan duduk di ranjang Giovani tepat disebelah Lucy.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Gloria yang membuat Giovani menatapnya. Bahkan, Lucius dan Lucy ikut menatap kearah Gloria.

"Hentikan itu Gio," tambah Gloria.

Giovani mengangkat sebelah alisnya, "Ada apa Glo?"

"Apa yang kalian lakukan?"

"Kalian?" tanya Giovani.

"Ya, maksudku kau dan buku-bukumu. Kenapa kau berbicara sendiri? Daddy pernah bilang kau punya teman khayalan tapi Gio sekarang kau sudah besar, hentikan ok? Bahkan itu terlalu keras hingga aku mendengarnya dari kamar sebelah."

"Apa maksudmu?" tanya Giovani lagi.

"Berhenti berlaku seperti anak-anak. Kau tahu aku memang pernah dengar orang yang suka berbicara sendiri itu jenius," ucap Gloria.

"Jadi?"

"Jadi?" tanya Gloria mengulangi perkataan Giovani.

"Jadi aku jenius, tentu saja," ucap Giovani membuat Gloria mendelik kesal.

"Oh lupakan saja, lakukan sesukamu. Biar kutanya, apa kau benar-benar didorong oleh hantu?"

"Ya."

"Bagaimana wujudnya?"

"Anak kecil."

"Apa menyeramkan?"

"Apa kau hanya menanyakan hantu? Oh ya Tuhan lihat Glo tanganku terkilir," ucap Giovani tak percaya.

"Eum, jadi menyeramkan?"

"GLO!"

"Baiklah-baiklah, maksudku bagaimana tanganmu?"

"Terkilir."

"Whats! Sial kau bajingan!" ucap Gloria kesal. Ia sudah berbaik hati menanyakan kabar. Dan Giovani malah mengatakan hal yang membuatnya kesal. Gloria jelas tahu kondisi tangannya yang terkilir. Jadi bukan itu jawaban yang Gloria inginkan.

"Kau yang mulai gadis kecil," balas Giovani.

Gloria diam memperhatikan bahu lebar Giovani dari belakang. Giovani masih membaca buku-bukunya dan nampak tak berniat menghentikan kegiatan itu walau ada Gloria disana. Lucy dan Lucius pun masih berada disana, duduk disisi kanan dan kiri Gloria walau ia tak menyadarinya.

"Gio kau tahu, kadang aku selalu merasa seperti kau memendam sesuatu sendirian," ucap Gloria lembut dengan pandangan kebawah. Perkataan itu langsung menghentikan kegiatan Giovani dan mulai serius mendengarkan Gloria.

"Kau tahu, kita ini saudara kembar. Banyak yang bilang anak kembar itu memiliki satu jiwa walau dalam dua raga yang berbeda."

"Jika kau mengalami kesulitan, aku pasti juga merasakan rasa sakitnya. Jadi jangan pendam apapun sendiri. Segila apapun dirimu kau masih punya aku sebagai tempatmu menjadi diri sendiri," ucap Gloria lirih.

Giovani menghela nafas dan bangkit dari kursinya. Ia kemudian memilih berjongkok dihadapan Gloria dan menatap wajah adiknya itu.

"Ada apa? Ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Giovani lembut, sisi dari seorang pangeran es yang hangat. Sisi yang hanya Giovani tunjukkan pada Gloria, bahkan tidak pada orang tuanya. Walaupun ia sangat jarang mengekspresikannya.

"Ya aku tahu aku bukan adik yang baik, tapi pundak selebar ini jangan kau gunakan untuk menyimpan beban sendiri," ucap Gloria menyentuh kedua bahu milik Giovani.

"Jangan simpan apapun oke."

"Sekarang saat yang bagus untuk memberitahunya Gio," ucap Lucy yang sedari tadi memperhatian bersama Lucius.

Giovani nampak acuh tapi Lucy yakin kalau Giovani mendengar ucapannya. Memang tidak mungkin kalo Giovani bereaksi berlebihan, bukan gaya Giovani sekali.

"Baiklah katakan, ada apa?" tanya Giovani pada Gloria.

"Bukan aku tapi kau, baiklah kalau kau masih belum mau bercerita. Tapi, terima kasih untuk hari ini. Kau membelaku didepan orang-orang," ucap Gloria. mengingat kejadian tadi siang.

"Glo."

"Baiklah saatnya kau tidur, aku akan kembali kekamarku. Selamat malam pria dewasa," ucap Gloria berjalan pergi.

Gloria berusaha meraih gagang pintu namun suara Giovani menghentikan aktivitasnya. Kata-kata yang dikeluarkan Giovani berhasil membuat tubuh Gloria mematung.

"Glo, aku bisa melihat hantu."

Beberapa saat kemudian saat ia ingin mengejek Giovani karena menjadi pembual, mata Gloria malah menangkap sosok Lucy dan Lucius yang tiba-tiba muncul disisi kiri dan kanan Giovani.

"Tunggu, siapa mereka?! Gio ada orang di belakangmu!" ucap Gloria panik, bahkan hampir berteriak jika Giovani tak membungkam mulutnya dengan tangan.

"Tenang oke?! Jangan berteriak! Aku akan jelaskan, dan kau hanya perlu mendengarkan. Mereka tidak berbahaya, mereka baik."

Gloria mengangguk tanda paham. Giovani menuntun Gloria untuk duduk dikursi. Ia mulai menceritakan semuanya tak terkecuali. Sejak saat mereka kecil hingga saat mereka beranjak dewasa semuanya memang tak jauh dari roh jahat. Gloria hanya diam mendengarkan, entah apa yang ada dalam pikirannya Giovani tak bisa menebak itu.

"Sekarang kau mengertikan?" tanya Giovani.

"Jadi maksudmu jiwa kita mengundang hantu untuk datang. Dan kau bilang akhir-akhir ini banyak roh jahat berusaha mendekati aku?!" ucap Gloria heran dengan wajah aneh.

"Ya belakangan ini begitu. Setiap kali kau membaca cerita horormu itu pasti ada sesuatu yang mendekatimu. Oleh sebab itu setiap kali aku akan bangun dan menyuruhmu tidur. Terakhir kau membacanya aku melihat sosok yang melayang di belakangmu," jelas Giovani. Gloria mendengarkan dan beberapa saat raut wajahnya berubah kagum.

"Benarkah?!" tanya Gloria antusias.

"Ya!"

"Apalagi?!"

Bukannya kaget atau takut, Gloria malah bersikap seolah-olah ini bukan hal besar. Oh Tuhan, memang apa yang Giovani harapkan. Gloria itu memang bodoh, bahkan tak akan sadar kalau bahaya mengintainya.

"Ish hentikan, kau sekarang sudah tahu semuanya. Jadi rahasiakan ini ok?!"

"Aku janji! Tapi kau tak ingin mengenalkan temanmu?" tanya Gloria melihat Lucy dan Lucius antusias.

Lucy dan Lucius hanya memasang wajah datar. Mereka sudah terbiasa dengan sikap Gloria yang seperti ini. Giovani menarik Gloria untuk kembali ke kamarnya. Ia sedang malas menjawab semua kegembiraan Gloria sekarang. Ini jauh dari ekspektasi Giovani, salahnya terlalu berharap Gloria tumbuh pintar.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••