webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

Janggal

Keheningan malam yang terasa sangat mencekam seakan-akan dinginnya dapat menusuk kulit. Seseorang sedang berjalan tanpa memperdulikan pekatnya malam yang terasa sangat mengerikan. Hanya terdengar suara ranting yang patah karena terinjak atau suara jangkrik yang saling bersahutan satu sama lainnya. Orang itu nampak tidak memperdulikan rasa takutnya atau bahkan ia tidak memiliki perasaan itu sama sekali sekarang, bahkan ketika sepasang kakinya melewati pemakaman tua ditengah hutan yang mungkin tidak ada yang mengunjungi lagi ia masih berjalan dengan santai sembari menghisap sebilah rokok ditangannya. Orang itu berhenti melangkah saat dirasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya dan benar saja ketika ia menoleh kearah pemakaman tua itu ia mendapati ada yang berdiri diantara batu nisan itu. Bukan satu atau dua, tapi ada ditiap batu nisan seakan mereka siap menggrogoti orang itu beramai-ramai.

Sosok itu menyeringai dibalik jubah yang ia pakai, ia membuka jubahnya menampakkan diri kepada mereka yang sudah siap menyerangnya. Para arwah itu terdiam, mereka semua menatap sosok itu takut ketika melihat siapa sebenarnya yang ada dibalik jubah itu. Mereka semua bergegas menghilang dihadapan orang itu, sedangkan orang itu kembali melanjutkan perjalanannya ke tempat yang semula ia tuju. Sosok itu sampai disebuah pohon besar ditengah hutan, tangannya mengeluarkan cahaya kemerahan dan mengarahkannya pada pohon itu. Perlahan ada sebuah pintu yang terbuka menampilkan dimensi lain didalam pohon itu. Sosok itu masuk kedalam pohon tersebut, ketika ia sudah masuk pintu itu perlahan tertutup rapat seakan tidak ada pintu disana.

Sosok itu berjalan hingga sampai disebuah ruangan, didalam sana sudah terdapat orang-orang yang duduk dikursi bak singgasana di tujuh arah. Sosok itu berjalan kearah kursi kosong diantara yang lainnya, tanpa memperdulikan tatapan dari semua orang yang ada diruangan tersebut. Beberapa dari mereka memberi salam dan hormat tapi beberapa lagi ada yang mencemooh.

"Ku pikir kau tidak akan datang," ucap seseorang disalah satu singgasana yang tidak dibalas sosok itu.

"Kenapa kita harus memilih dia sebagai raja diantara kita. Aku lebih layak dari dia," ucap sosok lain.

"Huh, memang pantas disebut sebagai kecemburuan. Prilaku itu menunjukkan dirinya," balas seseorang lagi sembari mengelus rambut gadis dipangkuannya.

"Apa maksudmu Asmodeus? Kau yang hanya berfokus pada gairahmu itu merasa lebih tinggi dari aku?" balas sosok itu.

"Leviathan hentikan, jangan mengacaukan pertemuan ini karena kecemburuanmu yang mendaging itu," ucap sosok lain.

"Aku tidak bicara padamu Mammon, urus saja harta-hartamu itu," balas Leviathan.

"Bajingan ini, biar aku potong lehermu itu," ucap sosok lain.

"Beelzebub tenang lah, dan kau Leviathan. Apa kau berpikir karena kecemburuanmu itu bisa menggeser aku sebagai raja diantara kalian? Hanya aku yang paling agung disini dan mampu mengendalikan seluruh neraka hanya dengan gerakan jariku. Kau pikir kau bisa bersaing denganku hanya dengan sebagai pejaga gerbang neraka? Akulah raja, dan kalian harus tunduk denganku," balas sosok yang dipanggil raja itu menggema diseluruh ruangan.

Semua yang ada diruangan itu bersimpuh dilantai, tidak terkecuali Leviathan walau dia masih mendendam akan kesombongan yang dikatakan raja mereka itu. Meskipun begitu, Leviathan memang tidak bisa menang melawan sosok yang baru saja mempermalukannya itu.

"Hormat kami kepada raja neraka, Lucifer!" ucap seluruh orang serentak.

"Bangunlah, sekarang mari kita mulai rapat ini," ucap Lucifer duduk disinggasana utamanya.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Gloria memandang kesal kearah Giovani yang sedang menyeringai setelah berhasil mengalahkan Gloria saat bermain game. Ini sudah yang ketiga kalinya Gloria kalah dari Giovani dan itu membuatnya sangat jengkel. Seusai kembali dari menengok Whitney dan ibunya, ia dan Giovani kembali kerumah. Mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur dan sepakat untuk berduel dalam bermain game. Sesuai perjanjian mereka, yang kalah harus memasak malam ini, dengan malas Gloria berjalan ke dapur dan diikuti Giovani dibelakangnya. Tangan Gloria bergerak melihat bahan makanan yang ada di kulkas sedangkan Giovani duduk dimeja makan memperhatikan adiknya itu. Giovani nampak sangat senang melihat wajah menderita yang dipasang oleh Gloria, siapa suruh dia nekat melawan Giovani.

Gloria mengambil beberapa potong daging salmon dan sosis yang ada didalam kulkas, tidak lupa dengan telur dan kentang. Tangannya bergerak untuk menggoreng mereka dan menyajikannya untuk makan malam. Tengkuk Gloria tiba-tiba merinding saat merasakan hawa disekitarnya berubah. Ia menatap kearah Giovani yang menatapnya tajam, tidak Giovani bukan menatap Gloria tapi sesuatu yang ada dibelakang Gloria.

"Jangan berpaling Glo, tidak masalah ada aku. Lanjutkan saja acara memasakmu," ucap Giovani tanpa memalingkan pandangannya.

Gloria menuruti kakaknya itu dan melanjutkan acara memasaknya. Setiap kali makhluk aneh muncul ia akan selalu berusaha berprilaku wajar, seolah-olah dia tidak melihat apapun. Ia akan aman selagi makhluk itu tidak tahu Gloria bisa melihat mereka. Giovani mendekat dan mengeluarkan cahaya keemasan dari tubuhnya, sebuah pedang terbentuk dari cahaya itu dan ia menusuk makhluk yang ada dibelakang Gloria. Hawa jahat itu menghilang seketika, tergantikan dengan rasa aman yang menyelimuti Gloria. Makhluk itu telah mati.

"Tak apa, sekarang sudah aman," ucap Giovani sambil mengelus rambut Gloria dan tersenyum.

Gloria tersenyum menatap kakaknya itu dan melanjutkan acara memasaknya, sedangkan Giovani kembali ke meja makan. Tidak lama makanan siap dan mereka berdua menyantap makanan itu bersama.

"Gio, menurutmu bagaimana dengan Whitney. Terdengar sangat menyeramkan saat dia menghadapi makhluk itu sendirian," ucap Gloria menyantap kentang gorengnya.

"Yeah memang benar, untung saja makhluk itu sudah tidak ada. Setidaknya itu kata Whitney," balas Giovani.

"Kenapa Asenath bisa hidup kembali?" tanya Gloria.

"Dia tidak akan hidup begitu saja tanpa pemacu Glo, sepertinya ada yang berniat membangkitkannya," balas Giovani.

"Begitukah?"

"Glo, kau tidak merasa aneh pada Whitney? Menurutmu sekuat apa pelindung Clara hingga bisa menghancurkan kebencian sekuat Asenath?" tanya Giovani sambil memasukkan sosis goreng ke mulutnya.

"Lihat kau mulai lagi, berhenti terlalu paranoid Gio. Kita harus bersyukur Whitney baik-baik saja sekarang," balas Gloria.

"Itu bukan paranoid Glo, hati-hati pada Whitney. Setidaknya sampai kau benar-benar yakin dia temanmu. Bisa saja mumi itu memakan Whitney yang asli," balas Giovani.

"Ish, berhenti menuduh temanku. Dia adalah Whitney, kalau dia mendengarnya dia pasti akan sangat sedih. Kau tahu dia masih sangat syok akan apa yang terjadi," balas Gloria.

"Baiklah, terserahmu. Setidaknya kakakmu ini sudah memberitahu," ucap Giovani.

"Tentu saja, siapa yang tidak syok melihat mayat hidup dihadapannya," ucap Gloria.

"Yeah, kau benar. Sama seperti dirimu yang meraung ketakutan kala itu," balas Giovani.

Gloria mendelik kesal, "Diam atau aku akan menyumpal mulutmu dengan salmon ini."

Giovani terkekeh, ia sangat suka menjahili Gloria seperti sekarang. Mereka berdua menyantap makanan itu hingga habis. Kemudian sama-sama memutuskan untuk tidur karena malam semakin larut. Besok mungkin adalah hari yang berat jadi mereka harus menyiapkan tenaga dengan baik. Gloria telah terlelap beberapa saat yang lalu dikamarnya, sedangkan Giovani memastikan kamar terkunci rapat disegala sisi. Namun ketika memastikan jendela Gloria terkunci rapat, Giovani mendapati sosok berjaket hitam berdiri diluar jendela dan saling tatap dengannya. Giovani tidak melihat jelas wajah yang tertutup masker itu, namun yang pasti sosok itu membawa kapak ditangan kirinya.