webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

None

Kalau diingat-ingat sudah sangat lama sejak Giovani dan Gloria mengunjungi kakek mereka, terakhir kali mereka melakukan itu ketika libur musim panas yang mereka lalui. Suasana pedesaan yang masih segar tanpa tersentuh gedung-gedung pencakar langit, serta suara pukulan kapak saat kakek mereka menebang pohon untuk membuat persediaan kayu bakar ketika malam hari. Benar-benar sangat indah untuk dikenang, entah kenapa Giovani mengingat hal itu ketika kakinya melangkah maju menemui sosok misterius yang menatap kamar Gloria sejak tadi. Demi apapun Giovani tidak takut, ia harus segera menyelesaikan ini bahkan jika harus membunuh sosok dihadapannya ini. Perlu Giovani tegaskan, dia bukan orang baik yang bisa memaafkan kesalahan apapun. Giovani itu dingin tak tersentuh, namun ketika kalian menyentuhnya maka kalian akan membeku karena dinginnya. Giovani tersenyum menatap sosok dihadapannya sekarang, senyum yang bisa membuat orang lain merasakan aura dingin yang Giovani keluarkan. Giovani tidak akan kalah, bahkan ketika kapak itu berusaha melayang pedang cahaya milik Giovani akan menembus jantung orang dihadapannya ini.

Sosok itu memiringkan kepalanya kekiri, entah raut wajah seperti apa yang sedang ia pasang dibalik masker wajah itu.

"Berani juga kau menunjukkan wajahmu dihadapanku? Aku tidak akan panjang lebar, apa maumu?" tanya Giovani tenang.

Sosok itu tidak menjawab, ia mengangkat tangannya dan menunjuk kearah kamar Gloria. Giovani tahu maksud bajingan dihadapannya ini, ia tersenyum dan kemudian-

Buagh...

-ia memukul bajingan itu hingga tersungkur di tanah. Rasa jengkelnya sudah naik ke ubun-ubun sejak si tidak tahu diri itu datang ke rumah mereka. Sosok itu berusaha bangun, tubuh tegap dengan perawakan kekar itu dapat Giovani pastikan bahwa orang ini adalah laki-laki. Sosok itu berlari menerjang Giovani. Sayangnya ketika kapak itu akan mengenai kepala Giovani, sebuah pedang sudah menembus perut sosok misterius itu.

Sosok itu tersungkur tidak percaya, ia menatap Giovani aneh. Tubuh Giovani yang dipenuhi cahaya keemasan, sepasang sayap yang tiba-tiba muncul dan sebuah pedang di tangan kirinya. Hal yang belum pernah Giovani perlihatkan didepan umum demi menjaga identitasnya, sekarang malah ia perlihatkan pada sosok misterius ini. Giovani mendekat, ia berjongkok dan menarik masker wajah orang itu dengan paksa. Tubuh Giovani membeku saat melihat sosok didepannya ini, orang yang sangat tidak ia curigai sama sekali.

"Sialan, Dave?" ucap Giovani dengan emosi, cahaya disekujur tubuhnya menghilang dan ia mulai kembali ke mode normal.

"Uhhuk, bajingan. Siapa kau sebenarnya, bagaimana seorang manusia bisa mengeluarkan penampilan seperti itu?" tanya David, ia masih memiliki cukup tenaga sekarang bahkan untuk sekedar mengumpati Giovani.

"Kau yang meneror Gloria?" tanya Giovani sambil menarik kerah baju David.

"Cih, menurutmu siapa? Seharusnya aku singkirkan kau dulu, bagaimana kau bisa berubah menjadi sangat merepotkan," ucap David.

"Kau mengkhianati aku Dave? Dengar aku tidak akan membunuhmu, kau temanku," balas Giovani sembari berjalan kembali kedalam rumahnya.

"Pulanglah, dan hentikan terormu. Aku akan anggap kau tidak pernah melakukan apapun," tambah Giovani.

"Hah, benarkah? Dengar Gio, aku sudah sangat sakit karena mencintai adikmu. Malam ini, karena identitas kita berdua sudah terbongkar. Entah kau atau aku yang harus mati," ucap David lalu berlari berusaha menyerang Giovani dari belakang.

Brakk...

Tubuh David terpental ketika Giovani berbalik dan mengibaskan tangannya ke arah David. Cukup jauh hingga tubuh itu tertabrak pohon dibelakangnnya. David terduduk, ia mulai mengalami batuk darah dan sepertinya beberapa organ dalamnya dalam masalah akibat serangan Giovani. Siapa sebenarnya orang yang sedang kau hadapi Dave? Bukankah seharusnya ia yang Giovani takuti sekarang, hey David adalah peneror disini. Giovani mendekat, hatinya sedikit tak tega melihat temannya sedang menahan sakit. Apapun yang sudah terjadi, Giovani masih sangat menghargai David.

"Dave, tenanglah! Aku tidak akan melukaimu, kita lupakan semua ini. Kau temanku," balas Giovani.

David terkekeh, melupakan? Tidak segampang itu melupakannya, Giovani sangat naif dimata David. Ia sudah sejauh ini, tidak ada tempat lagi untuknya kembali. "Gio, kau terlalu naif. Sampaikan salamku pada Gloria ya."

David mengambil pisau di saku celananya dan menusukkan pisau itu dengan cepat keperutnya beberapa kali. Mata Giovani terbelalak, ia berlari kearah David tapi sayang ketika tangannya berhasil menyentuh badan David. David sudah menghembuskan nafas terakhirnya, David sudah pergi. Giovani terdiam, bagaimana ini? Apa ini kesalahan Giovani? Hatinya benar-benar terusik sekarang.

Giovani masih terbuai dengan lamunannya hingga sebuah tepuk tangan mengalihkan atensinya. Dibelakangnya telah berdiri seorang laki-laki dengan topeng di wajahnya, entah dia datang darimana tapi aura yang orang ini keluarkan membuat tubuh Giovani spontan mengeluakan kewaspadaan. Bukan hanya Giovani, Lucy dan Lucius pun menampakkan diri mereka kehadapan sosok yang baru datang ini. Mereka berdua dengan sigap melindungi Giovani dan berdiri dihadapannya sebagai tameng.

"Wah-wah, aku benar-benar takjub melihatmu mengendalikan kekuatan supranatural itu. Aku sempat heran bagaimana kau bisa melatih kekuatan itu, tapi ketika melihat dua sosok yang sedang berdiri dihadapanmu. Keherananku jadi hilang," ucap sosok itu menyeringai.

"Orang itu!"

"Aura pekat yang ia keluarkan itu, menguar sangat busuk jika tercium. Dia adalah rasa malas yang sedang membuncak, Belphegor," ucap Lucy tajam.

"Ouh, kalian mengenalku? Hahaha, benar-benar anak dari raja para iblis," balas sosok yang ternyata adalah Belphegor itu.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Lucius kesal. Pasalnya selama ia dan Lucy menjadi arwah gentayangan, tidak pernah ada kaki tangan Lucifer yang mencari mereka. Sekarang kaki tangan itu muncul dan pastinya itu karena mereka mengincar Giovani.

"Yah tentunya aku tidak ada urusan dengan kalian makhluk lemah. Jiwa itu, aku menginginkannya," balasnya sembari menunjuk Giovani.

"Kau tidak berpikir kami akan menyerahkannya dengan mudahkan," balas Lucius.

Belphegor terkekeh, "Tentu saja, lagipula kedatanganku kesini bukan untuk bertarung. Aku hanya ingin melihat bagaimana titisan dari malaikat surga ini, tapi aku malah melihat sesuatu yang tidak terduga."

"Karena kita akan bertemu lagi, aku akan memberimu sedikit hadiah," balas Belphegor.

Tiba-tiba tubuh David yang mulai mendingin terangkat ke udara, tubuh itu perlahan lenyap menjadi abu. Giovani membelalakkan matanya, tubuh David berubah menjadi debu tepat didepan matanya. Giovani tetap bersikap tenang, Belphegor jelas sedang memprovokasinya sekarang dan ia harus hati-hati. Belphegor menyeringai melihat Giovani yang diam saja, ia perlahan menghilang meninggalkan kediaman Giovani.

"Sial, dia sudah menemukanmu Gio," ucap Lucius mengumpat.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lucy.

"Kau pikir apa? Kita harus kabur, sangat beresiko melawan pasukan neraka dengan jumlah kita sekarang," balas Lucius.

"Kau benar, Gio dari sekarang hentikan penggunaan kekuatanmu dulu. Itu bisa memancing hal-hal yang tidak diinginkan mendekat," balas Lucy.

Giovani terdiam, ia sedang berpikir sekarang. Otak jeniusnya itu mencerna setiap kejadian, identitasnya sudah ditemukan makhluk-makhluk biadab itu. Sekarang ia dan keluarganya terancam oleh pasukan neraka yang ia sendiri tidak ketahui jumlahnya. Belum lagi para manusia bodoh abdi setia peyembah iblis-iblis itu. Giovani harus memikirkan matang-matang apa yang akan ia rencanakan kedepannya. Ia tidak boleh salah langkah, sedikit saja salah mungkin akan ada nyawa dalam bahaya.

"Apa yang kalian lakukan disana?"