webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

Aku kencan?

Sekarang adalah hari dimana Gloria dan Giovani kembali ke sekolah, tentu saja setelah melewati hari di rumah sakit akibat dirawatnya Gloria. Jika kalian bertanya soal Gloria, dia sudah kembali ceria seperti semula tapi tetap saja sekarang sudah berbeda. Gloria menjadi lebih terbuka dan berani sekarang, dapat dilihat ketika ia berada di kamar mandi. Gadis itu bahkan tidak sungkan menantang mahkluk yang ia lihat di dalam sana. Lupakan soal makhluk-mahkluk aneh itu, sekarang Gloria dan teman-temannya sedang berada di kantin sekolah melakukan rutinitas mereka yaitu makan siang, tentunya dengan di bumbui beberapa gossip di atas kentang goreng mereka.

"Kau tahu, ada diskon di toko baju langgananku akhir pekan ini. Kalian mau kesana bersamaku?" tanya Whitney pada dua temannya itu.

"Maksudmu toko baju dengan warna-warna terang dan menggemaskan itu? Oh ayolah Whitney, kau tahu itu bukan gayaku. Aku lebih suka warna gelap seperti hitam dan ungu," ucap Owen.

"Itu disebut warna pastel gadis bodoh, dan apa-apaan warna suram yang kau sebutkan itu," balas Whitney.

"Aku tidak mengerti apa yang kalian perdebatkan, tapi setahuku ungu itu termasuk warna terang," tambah Gloria.

"Ugh Glo bukan itu intinya," ucap Whitney.

"Yeah benar, itu tergantung value dari warna tersebut," balas Owen.

"Tunggu, apa? Value?"

"Argh, sudahlah lupakan. Kau tidak akan bisa memahaminya dalam waktu singkat gadis muda," balas Owen.

"Baik, baik lupakan. Oh ya, aku ingin cerita. Sekarang aku benar-benar bisa melihat hantu," ucap Gloria antusias. Astaga Glo, kemana kau buang rasa takutmu kemarin.

Whitney dan Owen menghela nafas lelah, "Baiklah gadis kecil kami percaya itu."

"Ya benar, tentu saja kali ini bukan bualan belakakan?" balas Owen.

"Aish, kenapa nada kalian berdua seperti itu. Hey itu terdengar merendahkan," balas Gloria jengkel.

"Tenang Glowie, kami percaya. Kami bahkan percaya hantu-hantu itu akan menuangkanmu susu atau membuat sandwich ketika kau akan sarapan pagi," ucap Owen.

"Yah, bahkan menyelimutimu ketika kau tertidur tanpa selimut," tambah Whitney.

"Ugh, kalian menyebalkan. Lihat saja jika kalian ditarik hantu di dalam toilet aku tidak akan-"

"Oh lihat Glowie, itu Nielle dan sepertinya dia menuju kesini," ucap Whitney antusias yang bahkan memotong ucapan Gloria.

Gloria berpaling dan melihat Nielle sedang menuju ke arah meja mereka, sebenarnya ia tak terkejut mendapati Nielle di kantin ini terlebih ini adalah kantin sekolah. Saat mata pelajaran pertama Gloria sudah melihat Nielle di dalam kelasnya, mereka bahkan duduk berdampingan sekarang. Gloria mengamati pangeran kucing itu dengan seksama, itu sebutan Gloria untuk Nielle karena telah menyelamatkan kucing dari sandwichnya. Nielle itu tampak bercahaya, tubuh tinggi, hidung mancung, bibir merah, dan jangan lupakan otot-otot yang ada ditubuh pria tampan itu terlebih dengan aura merah yang menyelimutinya. Tidak, tunggu merah? Tidak mungkin, Nielle adalah orang dengan warna aura berbeda. Ah sudahlah memangnya kenapa? Toh Gloria menyukai perbedaan ini, dia jadi terlihat lebih menawan dengan warna itu.

Nielle duduk di samping Gloria yang sedang asik dengan lamunannya, gadis itu nampak melamun seperti memikirkan konspirasi dunia yang menyulitkan. Benar, itu terlihat ketika wajah polos itu mengernyitkan alis dan kemudian tersenyum. Nielle terkekeh melihat tingkah gadisnya itu, tentu saja Gloria itu miliknya. Ia bahkan lupa kapan ia mengklaim Gloria untuk dirinya sendiri, gadis ini terlalu unik untuk dilewatkan. Disamping itu, Whitney dan Owen sudah memasang wajah yang sangat sulit dijelaskan sekarang, yang ada dipikiran mereka adalah mengumpati kebodohan Gloria di depan seorang pria tampan berdarah Italia ini.

"Ayolah Glowie, hentikan wajah bodohmu itu. Lihat, kau diperhatikan oleh Nielle sekarang," ucap Owen.

Perkataan Owen sukses membuat Gloria tersadar dari lamunannya, ia menoleh kesamping dan mendapati Nielle sedang tersenyum kearahnya.

"Ough, maafkan aku. Aku kehilangan diriku sesaat," ucap Gloria walaupun sekarang ia sedang mengumpati kesalahan bodohnya diam-diam.

Nielle terkekeh pelan, "Tak masalah, kau terlihat menggemaskan."

Menggemaskan katanya? Oh sial, bagaimana Nielle bisa dengan santai mengeluarkan rayuan itu. Apa semua pria Italia seperti itu? Lihatlah wajah Glowie kami jadi memerah seperti tomat matang, sedangkan Whitney tesedak jus apel yang ia minum oh jangan lupa dengan Owen yang tak bisa menutup mulutnya.

"Glo, kau sibuk akhir pekan ini?" tanya Nielle.

"Eum, sepertinya tidak tapi aku ada janji dengan game onlineku," balas Gloria.

"Benarkah? Bagaimana kalau menonton sebuah film yang ramai di bioskop saat ini? Kau dan aku," tanya Nielle.

"Apa maksudmu dengan kau dan aku? Maksudmu kau mengajakku kencan?"

"Sebenarnya iya, tapi lebih sederhananya nonton bersama," balas Nielle.

"Jika itu artinya aku mendapat satu box popcorn berukuran besar serta segelas soda aku setuju," balas Gloria. Sebenarnya dia terlalu gengsi untuk langsung menyetujui hal tawaran Nielle, walau sebenarnya dia menginginkannya. Siapa yang tidak mau kencan dengan pria tampan?

"Sepakat, ku jemput jam 7 malam. Jangan lupa kenakan pakaian tebal, akhir-akhir ini udara malam begitu dingin," ucap Nielle mengelus rambut Gloria dan kemudian beranjak pergi. Lupakan sebentar tentang Whitney dan Owen yang sekarang saling gigit jari, ini terlalu manis untuk mereka.

Gloria menutup wajahnya dengan kedua tangannya, perlakuan Nielle sukses membuat bungsu Wang itu merona. Ini pertama kalinya Gloria berkencan, baiklah apa yang harus dia pakai untuk akhir pekan ini? Sepertinya dia harus membeli beberapa pakaian baru. Perlakuan-perlakuan itu tak luput dari sepasang mata Giovani, ia dengan jelas menyaksikan bagaimana pria jangkung itu menggoda adiknya dan bodohnya Gloria langsung meng-iyakan semuanya.

"Lihat itu Gio, bagaimana bajingan itu bisa mengajak kencan Glowieku," ucap Dave meringis.

"Siapa yang kau sebut Glowiemu sialan," balas Giovani tajam. Jangan tanya reaksi Matt, dia bahkan tertawa terbahak-bahak melihat betapa tertohoknya David akibat perkataan Giovani sekarang.

"Ah sudahlah, pulang sekolah ayok bermain vidio game bersama di rumah Gio," ajak Matt.

"Ide bagus, aku ikut."

"Hey, siapa yang mengundang kalian kerumahku," balas Giovani malas.

"Ayolah, aku akan ajak Nielle," ucap Matt.

"Sejak kapan kau akrab dengan bajingan itu?" tanya Dave.

"Kau tahu, kami tetangga. Ibunya benar-benar orang yang ramah, dan karena itu kami akrab," jelas Matt pada mereka.

"Hanya itu?"

"Kue mufin buatan ibunya juga enak."

"Apa? Bagaimana... Ah lupakan, aku bisa gila jika terus-menerus bicara denganmu," balas Dave.

Giovani tak bicara, ia hanya diam mendengarkan persetruan antara teman-temannya. Kalau dipikir-pikir tak ada salahnya menarik Nielle dalam lingkup jangkauan Giovani. Ia jadi bisa dengan leluasa mengamati pria mencurigakan itu, setidaknya jika memang pria itu berbahaya ia tak akan membiarkan Gloria tersakiti sedikitpun. Tidak ada yang bisa menyakiti keluarganya selama Giovani ada disini.