webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

Takdir

Siang ini teman-teman Gloria dan Giovani datang berkunjung untuk melihat keadaan Gloria. Sebenarnya mereka semua membolos dan berniat membuat kegaduhan dirumah sakit dengan datang beramai-ramai pada kamar rawat Gloria namun Owen lebih suka menyebutnya refreshing. Tentu saja saat kau merasakan kepalamu hampir meledak akibat pelajaran Fisika dan jangan lupa dengan guru yang memberikan 30 soal untuk percobaan setiap jam pelajaran. Ngomong-ngomong tentang kepala, ayah Owen kemarin menemukan sebuah kepala yang masih dengan darah segar yang mengalir dan perlu di garis bawahi itu hanya kepala. Belakangan pembunuhan semakin marak terjadi dan jangan lupakan korban-korban remaja seusia dengan mereka, mungkin saja ketika kalian berjalan sendirian saat malam hari kalian sudah menjadi incaran dari orang gila haus darah ini. Bajingan memang, tapi apa boleh buat berjaga-jaga memang penting terlebih kalau kalian adalah wanita lemah maka jangan lupakan bawa penyetrum berkekuatan 500 volt. Jika begitu besoknya kau akan mendengar kabar kematian psiko itu, ya tentu saja itu lebih baik daripada mendengar kau mati dan menjadi korban yang kesekian. Perlu ku garis bawahi, kesekian.

Tak banyak yang datang berkunjung, setidaknya ada Owen, Whitney, serta David dan Matt, mereka teman-teman Giovani jika kalian lupa. Sejujurnya mereka cukup terkejut mendengar penyataan Gloria tiba-tiba masuk rumah sakit hari ini, pagi hari mereka sudah disibukkan dengan telpon rumah yang berdering bahkan mereka masih ingat nada bicara Hillary seolah dia sudah menyiapkan pemakaman. Ya, nyatanya manusia seperti Gloria berumur panjang artinya itu hanya kurang darah akibat begadang bukan kecelakaan. Terlebih sebenarnya Whitney beniat membolos sejak pagi bahkan meminta izin pada ibunya dengan alasan menemani Gloria di rumah sakit. Bukannya mendapat izin, gadis muda itu malah diberi sebuah jimat. Sebenarnya bukan untuk Whitney, itu untuk Gloria karena nyonya White merasa kejadian ini tidak dalam batas wajar. Nyonya White memberikan sebuah kalung dengan liontin seperti yin dan yang satu lagi diminta berikan pada Giovani sebenarnya, meskipun begitu Whitney lebih suka menyebutnya jimat.

Sesampai di ruang rawat Gloria, mereka masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu ya anak muda memang kadang melupakan tata krama. Didalam terdapat sepasang kembar itu sedang bermain game dengan handphone mereka masing-masing dan jangan lupa kantung darah yang selangnya terhubung pada tangan Gloria.

"Hey girl, ku kira kau mati," ucap Owen sembari duduk di tepi ranjang Gloria.

" Maaf mengecewakanmu nona, seperti yang kau lihat aku masih bernafas," balas Gloria sarkas.

"Wow, apa menyenangkan berada di rumah sakit? Kamar ini nampak nyaman," ucap Matt.

"Kau mau menggantikannya? Aku bisa membantumu untuk itu," ucap David sembari menunjukkan kepalan tangannya.

"Bukan begitu bodoh," balas Matt mendengus kesal.

Whitney memutar mata bosan melihat kelakuan dua orang itu, ia bergerak mendekati Gloria dan mengeluarkan titipan ibunya.

" Hey, ibuku menitipkan ini untukmu dan Giovani. Dia tak enak hati karena berpikir kalian mendapatkan nasib buruk setelah pulang dari rumah kami," jelas Whitney sambil memberikan kalung itu.

Gloria mengambil kalung itu, yang hitam. Dia merasa warna itu lebih cocok untuknya dan biarkan saja Giovani mengenakan warna putih, " Aku jadi merasa tak nyaman pada ibumu, katakan ini bukan salahnya. Kami yang terlalu ceroboh."

"Ya, kuharap kau memakainya," balas Whitney sambil menyerahkan satu lagi pada Giovani.

"Meski aku tak percaya, aku harap benda ini benar-benar melindungi kalian," tambah Whitney.

"Terima kasih," balas Giovani.

"Ow, apa tak ada yang ibumu titipkan untuk Matt? Ayolah aku juga menantikan salah satu barang antik itu," ucap Matt.

"Hentikan itu Matt, jangan buat keributan di kamarku," balas Gloria membuat Matt murung.

"Oh ya Glowie, kau tahu ada murid pindahan dikelas kita dan ya itu anak laki-laki yang kau tolong kemarin, sebentar aku lupa namanya Jielle atau Glad ya?" ucap Owen.

" Itu disebut Nielle," balas Whitney.

"Nielle?"

"Ya dia benar, anak itu bahkan langsung disukai gadis-gadis dihari pertama dia sekolah. Ugh aku mengutuk wajah tampan itu," ucap David mengiri.

"Itu karena kau tidak sepopuler dia, kau jelek dan kau harus sadar itu," balas Owen.

"Tunggu, apa? Nielle masuk ke sekolah kita?" tanya Gloria kaget.

" Benar, bahkan kita sekelas sekarang."

"Sangat kebetulan ya Glowie," ucap Giovani yang sedari tadi mendegarkan.

Giovani sudah merasa aneh pada anak itu sejak dia diselamatkan Gloria tempo hari. Warna jiwanya berbeda, warna itu seperti merah bukan untuk waktu sesaat melainkan memang benar-benar warna jiwanya. "Kau berlebihan Gio, ini hanya kebetulan."

" Yeah, dan aku harap tidak ada kebetulan-kebetulan lain yang seperti ini Glowie. Tidak ada salahnya berjaga-jagakan," balas Giovani kembali pada gamenya.

Gloria mendengus, kakaknya itu hanya cemburu karena Gloria dekat dengan seseorang yang lebih tampan dari Giovani. Setidaknya itu yang ada dipikiran Gloria, kalau Nielle lebih dari Giovani. Ngomong-ngomong soal Nielle, sebenarnya mereka menjadi lebih akrab belakangan ini. Nielle sering mengirimi Gloria pesan yang entah darimana dia mendapatkan nomer ponsel Gloria. Gloria tak ambil pusing masalah itu, toh selagi dia menyukai perlakuan Nielle ia tak masalah bisa saja kan Nielle mendapatkannya dari teman sekolahnya. 'Entahlah Glo kau terlalu naif, bagaimana kalau dia mendapatkannya dengan masuk ke kamarmu dan mengecek langsung ponselmu?' Ugh sial, kata-kata Giovani terlalu mempengaruhi Gloria, ia jadi merinding sekarang.

"Hey, kalian percaya hantu?" tanya Gloria tiba-tiba pada teman-temannya.

"Aku lebih percaya soal pembunuhan oleh manusia, kau tahu belakangan ini hal itu marak terjadi. Tadi pagi ayahku mendapatkan sebuah kepala dalam penyelidikannya dan itu hanya sebuah kepala," ucap Owen.

"Apa?! Itu gila!" ucap Gloria hampir berteriak jika saja Whitney tak membungkam mulutnya tepat waktu.

" Sialan, jangan berteriak. Kau lupa ini rumah sakit," ucap Whitney.

"Oppsy, maaf aku kelepasan tapi itu benar-benar gila. Kau yakin itu sebuah kepala?"

"Ayahku yang lihat, bukan aku tapi sepertinya iya."

"Apa korbannya remaja lagi?" kali ini Giovani yang berucap.

"Ya, tapi kali ini sungguh sadis. Mungkin dia memberi peringatan untuk penyidik kasus ini," balas Owen.

" Itu gila, bagaimana pembunuh bisa berkeliaran di kota ini. Aku bahkan merasa tak nyaman tinggal di kotaku sendiri," ucap David.

"Setidaknya kau harus berhati-hati sebelum pembunuh itu di tangkap dave."

"Kalian yakin itu ulah manusia," ucap Matt yang membuat Gloria menegang. Benar, bagaimana kalau sebenarnya itu bukan ulah manusia melainkan hal lain.

"Kau terlalu banyak berpikir, ini ulah manusia. Memangnya siapa yang dapat menyebabkan teror seperti ini?" balas Giovani.

Gloria merenung, entahlah cukup sulit memastikan itu bukan ulah manusia tapi entah mengapa ia yakin akan hal itu. Bisa saja Giovani menutupi hal ini dan menyakinkan teman-temannya itu ulah manusia tapi tidak dengan Gloria, dia bukan gadis sebodoh itu. Kalau memang teror ini dilakukan oleh hal yang bukan manusia maka Gloria harus berbuat sesuatu. Ia tak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja, bagaimana dengan nyawa orang-orang tak bersalah itu. Hentikan Glo! Kau bahkan belum menyelesaikan masalahmu sendiri dan bagaimana kau akan menyelesaikan masalah orang lain?!

Gloria menghela nafas lelah, kepalanya kembali pening seketika. Giovani melirik adiknya itu, "Kau hanya perlu tidak memikirikannya Glo," ucap Giovani pada Gloria. Kalimat itu sukses membuat Gloria menegang.

Apa Giovani bisa membaca pikiran? Entahlah, tapi Giovani hanya merasa Gloria terlalu gundah sejak tadi. Jangan lupakan insting anak kembar yang kuat, mereka saling bisa merasakan kondisi masing-masingkan. Sudahlah, lebih baik sekarang dia beristirahat. Masih ada hal penting yang perlu dia selesaikan sekarang, ia harus sembuh dan belajar mengendalikan ketakutan ini terlebih dahulu.