webnovel

Chapter 2

"Kau adalah pilihan."

"Kau adalah pilihan."

Tulip membuka matanya lebar. Masih menatap langit-langit ruangan ini. Tulip bangkit duduk di atas ranjang dengan keadaan syok.

Ia merasa ada suara yang berbisik di telinganya. Ia seperti mendengar suara aneh. Tulip menatap sekeliling. Apakah ia sudah sampai di desa bersama teman-temannya? Lalu mereka membiarkannya tidur di sini? Tulip mengerutkan dahinya. Semalam ia mimpi buruk.

Tulip ingin menggerakkan kakinya untuk turun dari tempat tidur. Wajahnya memucat. Tulip masih berharap ini mimpi buruk, kaki kanannya terdapat luka goresan panjang. Mengingat monster semalam, membuat Tulip sadar jika ini bukan mimpi.

"Agacia."

Tulip berbalik menatap pintu kamar yang terbuka. Ia baru sadar jika kamar ini terkesan kuno tapi mewah.

Tulip berhenti dan berbalik. Matanya menatap takjub perempuan dengan gaun putih menjuntai di lantai. Rambutnya digulung sebagian seperti princess Belle. Tulip menatap beberapa pelayan di belakangnya. Mereka tampak menundukkan kepala mereka. Apakah wanita ini pemilik tempat ini?

"Kau sudah sadar?" Tulip menatap takjub kecantikan di depan matanya. Suara itu juga lembut. Bagai sihir Tulip hanya mengangguk tanpa berujar.

"Kenapa kau pergi begitu saja. Lihatlah tubuhmu terluka."

Tulip mengerutkan keningnya Kenapa wanita ini seakan mengenalnya?

"Maaf, kau siapa?"

Tirani tampak syok.

"Gacia apa yang terjadi padamu?"

"Panggilkan Erens." Teriak Tirani penuh kekahwatiran.

Tulip menatap binar panik di mata Tirani, mungkinkah mereka sangat dekat?

"Baik puteri."

Tulip masih menatap aneh sekitar, pakaian yang aneh, dan kelakuan mereka yang aneh. Walau tampilan mereka terlihat tidak menor, alami dan cantik

. "Dimana teman-temanku?"

Tulip dan Tirani saling saling tatap. Tulip yakin jika Tirani menatapnya aneh.

"Agacia kau kenapa?"

"Agacia siapa?" Tanya Tulip memperjelas.

Tulip bingung, wanita ini terus menyebut Agacia.

"Kau melupakanku?" Tulip menatap wanita cantik ini aneh. Kenapa ia harus mengenalnya? Lalu siapa Agacia itu?

…..

Pintu kamar kembali terbuka. Pria berambut cokelat masuk dengan seorang pelayan. Menatap pria ini dengan teliti ia yakin, ini yang namanya Erens.

Tulip mengerutkan keningnya saat dipaksa untuk diperiksa. Tulip membasahi bibinya, ia haus. Tapi mereka benar-benar masih menahannya.

"Ini mungkin akan terasa menyakitkan."Tulip menatap pria berambut cokelat ini. Tidak mengerti.

Erens menyentuh kaki Tulip, dia merapalkan sesuatu tanpa bersuara, seketika tulip berteriak kesakitan. Sinar putih itu seperti membakar kakinya. Seperti menembus di kulit tanganku. Mulutku terbuka lebar. Kilasan memory dimana pria itu berubah menjadi serigala besar terbayang.

Tulip berteriak kesakitan. Pria ini memiliki kekuatan. Luka di kakinya perlahan menyusut tak ada bekas. Sekarang ia sadar jika ini bukan mimpi. Dunia ini dunia penuh sihir dan makhluk aneh.

"Bagaimana keadaanya Erens?" Tirani menatap Tulip dan Erens bergantian.

"Lukanya sudah hamba sembuhkan, sepertinya kepala Agacia terbentur sesuatu sehingga melupakan ingatannya, dan seperti yang semalam, aromanya masih samah."

Tulip masih syok dengan semua ini.

"Tuan puteri, Raja ingin bertemu anda."

"Siapa Tulip?" Tulip menatap wanita yang dipanggil Tuan puteri ini syok, sambil menunjuk dirinya sendiri. Memastikan jika pemikirannya betul, jika ada yang mirip dengannya.

"Agacia kau melupakanku? Kau adalah pelayan dan sahabatku sejak kecil."

Tulip menutup mulutnya. Ia tidak mungkin masuk di tubuh perempuan bernama Agacia. Ini adalah tubuhnya.

"Pelayan?" Tulip menarik sudut bibirnya ingin tertawa. Tidak lucu samah sekali.

"Benar Agacia, kau adalah pelayan khusus tuan puteri. Ku harap kau tidak melupakan rasa hormatmu pada keluarga kerajaan dan bangsawan."

Tulip menelan ludah kasar, tatapan matanya bersitatap dengan perempuan dewasa berusia tigapuluhan, sedang menatapnya datar. Mungkin dia adalah kepala pelayan.

Takdir yang lucu. Di dunianya ia adalah seorang pengangguran, dan di dunia ini ia adalah seorang pelayan.

Setelah puteri bernama Tirani itu pergi, Tulip kembali terbaring, menutup matanya sebentar. Tulip memukul kepalanya seolah percaya ini hanya mimpi. Tidak menyadari satu pelayan masih berada di sini dan melihat kelaukannya.

"Gacia, apa yang terjadi padamu?" Tulip menatap salah satu pelayan yang mendekatinya dengan perasaan kahwatir. Sepertinya mereka seusia.

"Aku Lesia. Tulip temanmu sejak kecil, ibuku berteman dengan ibumu, mereka pelayan Kerajaan Alceena. Kerajaan terbesar dunia Alceena. Kerajaan terbesar diantara semua kerajaan."

"Dunia Alceena?" Dimana letaknya? Apakah ia benar nyasar di tempat lain? Ah, bukan tepatnya dunia lain?

"Apa ini masih planet bumi?"

"Planet? Benda apa itu?"

Tulip menutup mulutnya lagi, apakah ini bukan bumi? Lalu dimana ini? Tulip tertawa hambar.

"Apa yang terjadi tadi malam?" Tulip menatap Lesia yang menatapnya kahwatir dan penasaran.

"Tadi malam?" Tulip mengerutkan dahinya.

Bagaimana ia tahu? Semalam yang dingat, ketika terbangun ia sudah berada di pinggir kolam, dan ada pohon besar. Kolam kecil itu bercahaya. Tulip masih tenggelam dalam pikiranku, berarti kejadian semalam nyata. Pria itu adalah nyata.

Sejenak Tulip tersadar, ibunya pasti mencarinya.

"Dimana handphoneku?" Tulip menatap sekitar berharap mendapat benda persegi itu dan mengabari orang rumah atau teman-temannya.

"Handphone? Benda apakah itu?"

Tulip menatap penuh ke arah Lesia. Mereka bahkan tak tahu apa itu hand phone.

"Benda persegi yang bisa menghubungi seseorang."

Lesia mengerutkan keningnya bingung. "Apa maksudmu semacam ilmu untuk bertelepati, semacam mantra?"

Tulip mendesah berat. Dunia mereka berbeda.

"Apakah di sini ada semacam cermin ajaib yang bisa menembus ke dunia lain?"

Tulip pikir Lesia akan menganggapnya gila.

"Ah, ku pikir kepala mu memang terkena benturan." Lesia menggeleng maklum.

"Kau tahu, kepergianmu semalam membuat raja Alex murkah. Raja Dominic sampai mengutus putera paling mengerikannya mencarimu."

Tulip mengerutkan keningku, kenapa ada dua raja?

"Siapa raja Alex? Lalu siapa Raja Dominic?"

Lesia menatap terkejut. Tapi karena kalimat Erens yang mengatakan jika Tulip hilang ingatan, dia maklumi.

"Kau tahu, dunia Alceena adalah tempat dimana, werewolf, vampir, mermaid, drakula, fairy, dan makhluk immortal lainnya hidup. Raja Alex adalah raja yang memimpin kerajaan Wizard, dia ayah puteri Tirani. Sedangkan Raja Dominic adalah pemimpin immortal ini, pemimpin dunia Alceena, raja berketurunan iblis, dengan semua darah mengalir di tubuhnya."

Kepala tulip benar-benar pening mendengar cerita Lesia. Mengapa Agacia pergi dari sini? Lalu mengapa Tulip yang menggantikannya di sini? Ia harus hidup menggantikan Agacia?

"Jangan menangis Gacia, ada aku di sini."

"Aku rindu ibuku. Aku ingin pulang."

Tulip benar-benar menangis. Makhluk immortal itu mengerikan baginya.

Jika bisa memilih, lebih baik ia diomeli ibuna sepanjang hari karena menjadi seorang pengangguran, dari pada nyasar di anta-beranta tidak jelas. Ini bukan bumi, ini dunia lain. Lesia memeluk tubuh Tulip. Menepuk bahunya pelan.

"Kau harus kuat menghadapi ini semua."

Tulip mengerutkan keningku. Semuanya seperti potongan puzzle yang berantakkan.

"Semoga kau cepat sembuh. Aku ada bersamamu."

Tulip hanya diam.

Jika dunia Alceena adalah dunia imortal, dunia dimana makhluk menyeramkan dan mitologi hidup, maka ia harus mencari cara untuk pulang.

Pertama yang harus ia cari tahu, siapa wanita bernama Agaciaa itu?

Menatap pantulan cermin di samping kamar, wajah tidak berubah, ini wajahnya.