webnovel

Situasi Tak Terduga

… …

Peter yang mendengarkan apa yang 04 katakan sentak terkejut, karena beberapa orang yang mendengar celotehannya, termasuk Gavin, cenderung hanya terdiam, bingung dan ragu untuk mempercayai perkataannya atau tidak.

Meskipun ada beberapa yang sesungguhnya menanggapi perkataan Peter dengan serius.

...

Peter yang terlihat kebingungan itu lantas disadarkan oleh 04 yang lagi menyatakan agar Peter meneruskan perkataannya.

"Teruskan." Said 04.

"… Baiklah." Jawab Peter yang kemudian melanjutkan,

"Ketika Rick membawa kami ke Pemakaman, dia masih dalam keadaan yang sama. Sesampainya disana, memang ada kabut di Pemakaman yang ku lihat. Tapi, mengenai Batu Nisan hitam itu. Saya. ummm." Peter melirik Gavin yang diam, menyimak apa yang ia sampaikan.

Terlepas dari hal-hal yang Gavin tak percayai, dia adalah seseorang yang condong suka mendengarkan, dan berpendapat di dalam pemikirannya sampai dia yakin betul atas rangkaian kata-kata yang ia susun dan tata sedimikian rupa, hanya untuk seringkali melewatkan waktu pembicaraan orang-orang disekitarnya.

Jika suatu topik memusingkan dan membuatnya bingung, dia cenderung akan menutup matanya, mengerutkan dahinya, melipat tangan di bawah dadanya, kemudian dengan wajah serius, pura-pura mendengarkan sambil terkadang menganggukkan kepalanya.

Sedangkan apa yang terdapat di dalam benak pikirannya, tentulah hal-hal yang serampangan dan tak karuan. Yang mana Peter pernah menanyakan apa yang sedang ia pikirkan, berakhir dengan dirinya yang kebingungan bagaimana bisa Gavin berbicara tentang kereta, hanya untuk sesaat kemudian menyambung dengan puisi mengenai jauh melayang dalam langit biru menakjubkan, lalu diteruskan dengan hal-hal aneh lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pokok bahasan awal yang ia sampaikan saat menjawab pertanyaannya.

… …

Peter lalu melanjutkan dengan hati-hati dan seksama, mengingat apa yang dilihatnya tengah malam di Pemakaman itu,

"Saya melihat lebih banyak hal di Batu Nisan ketimbang apa yang Gavin lihat. Ummmh. Meskipun ada goresan, menurutku, itu bukanlah berasal dari paku. Melainkan seperti. Seperti cakaran dari kuku manusia yang putus asa. Ada juga sesuatu yang tertancap di sana. Seperti kuku jari yang panjang, beserta darah yang terciprat kesana kemari. Batu Nisan itu juga memiliki berbagai kata-kata aneh seperti, 'Mereka yang ingin, bayar harganya', 'Di sini terletak janji', 'Arah terbalik, berlawanan denganmu', 'Tumpahkan darahmu, dan terimalah berkatnya', dan banyak hal acak lainnya yang sama seperti itu. Pada dasarnya, saya terjebak mengabiskan waktu membaca tulisan-tulisan tersebut, sebelum Rick meminta kami kembali pulang.

Saat aku mendengar Rick, aku segera menoleh ke belakang. Yang mengejutkan saya adalah, tidak ada lagi benjolan besar di tubuhnya. Tidak ada bisikan. Tidak ada apapun, seakan-akan itu hanyalah khayalan semata. Akan tetapi walaupun begitu, entah mengapa saya tidak merasa lega sama sekali. Saya mengikuti yang lain untuk masuk ke mobil. Kemudian dia awal pertamanya mengantar saya dan Gavin kembali ke Mansion. Sedangkan Josh dan Glen tetap tinggal di dalam mobilnya."

Peter menghela napas, lalu dengan mulut yang gemetar dan tangan yang mulai mengepal, nada bicara Peter mulai mengandung rasa takutnya, "Aku dan Gavin, turun dari mobil. Lalu mataku sekilas tidak sengaja melihat ke kaca pintu mobil itu. Demi Tuhan, malam itu saat dia menjemput kami pergi ke Pemakaman, saya tidak menyimak dengan seksama. Akan tetapi ketika dia mengantar kami pulang, saya baru sadari... kaca pintu mobilnya adalah cermin reflektif hitam. Saat itu juga malam, remang dan tak banyak cahaya kecuali lampu tiang di depan pagar Rumah Gavin.

Tidaklah mungkin bagi saya untuk menilik apa yang ada di dalam mobil. Tapi saya dapat melihat Rick. Hanya dia. Dan dia melihat ke arah kami berdua dengan senyum dan leher bengkok terpulas hampir ke arah belakang. *Tarikan nafas panjang*. Saya hampir saja berteriak saat itu. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlihat takut. Karena sepanjang pengalaman saya, setiap kali saya terlihat ketakutan, mereka selalu mengalihkan pandangan ke arah saya. Saya bahkan tidak berani pergi ke toilet atau kamar saya sendiri setelah melihat itu." Semakin dia berbicara, semakin dia menjadi takut, terutama di bagian leher yang bengkok itu.

'Tidak heran dia terlihat kaku saat itu. Kemudian bersikeras tinggal di kamar ku untuk memeriksa CCTV memastikan keadaan Josh dan Glenn.' pikir Gavin.

...

"Saya...", Gavin dengan tangannya yang gesit meraih cepat, segera menutup mulut Peter. 'Itu di bagian ketika aku meretas ke Database Polisi. Sial,,, ada seseorang dari The Central di sini. Siapa yang tahu apa yang terjadi pada kami berdua jika dia mengatakannya. Mungkin kami sebaliknya malahan akan berakhir dihukum. Dengan alasan dan iming- iming seperti, 'Kamu bermalam di sini ya, jadi kami bisa melindungi kalian berdua dengan lebih baik. Tentu saja, masa tinggalnya sampai pemberitahuan lebih lanjut.' Pikir Gavin di benaknya.

Dengan wajah tenang sembari senyuman tipis yang santai, Gavin mengambil alih dan melanjutkan perkataan Peter yang ia tinggalkan, bersamaan dengan melepaskan tangannya dari mulut Peter, kemudian kembali duduk dengan sikap badan yang sopan, "Dia takut, jadi dia tidur di kamar saya. Bukan di tempat tidur melainkan di sofa kamar saya. Dekat dengan sofa juga terdapat sebuah komputer. Saya memberinya nasehat agar memainkan beberapa permainan komputer untuk menenangkan dirinya."

Peter yang tampaknya juga baru menyadari bahwa dia hampir membeberkan hal yang tak sepatutnya di ucapkan, hanya mengangguk setuju atas jawaban Gavin.

"Baiklah, tapi sekarang, sekali lagi aku ingin menanyakan kalian berdua untuk memastikan, jika tak ada detail lain yang kalian lewati.

Tidak ada lampu yang tiba-tiba padam, kemudian menyala kembali.

Beberapa bagian engsel pada jendela atau pintu mengalami masalah, sehingga mengakibatkannya terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Ada suara-suara aneh seperti roda berputar, piring atau kaca pecah, ketukan pintu, ataupun langkah kaki seseorang tiba-tiba bergema entah darimana asalnya. Atau kalian entah mengapa dapat menduga, bahwa ada seseorang bersembunyi di sudut gelap ruangan?", 04 lalu kembali bertanya dengan suara lunak akan tetapi juga dalam, seperti layaknya kebanyakan suara laki-laki dewasa.

Dan entah dalam perantaraan yang bagaimana. Peter dan Gavin yang menyimak dan mendengar suara 04, mendapati diri mereka seperti terhanyut dalam keheningan, pada lingkaran ingatan yang berputar dan terkadang bergejolak, tenggelam dalam haluan arus air yang memfokuskan pemikiran dan perhatian pada apa saja yang terjadi di malam, dimana mereka sudah berada di Mansion.

Walaupun pada rentang terakhir saat mereka keluar dari pengalaman aneh itu, Gavin dan Peter seakan-akan secara otomatis dan normal mengabaikan hal tersebut.

Seperti mimpi. Yang mereka ingat dan sadari hanyalah pertanyaan dari 04.

'Ahli... Bagaimana dia tahu makhluk-makhluk itu suka melakukan hal-hal tersebut. Selalu berusaha menggerakkan apa pun atau mencoba mengejutkan ku. Memastikan jika aku benar-benar bisa melihat mereka. Jika aku lalai menahan ekspresi atau menunjukkan bahwa aku takut. Mereka akan tertawa dan mengamuk, berusaha mendekati dan menyentuhku.

Beruntung, tampaknya makhluk-makhluk itu secara fisik hanya dapat mempengaruhi hal-hal tertentu dengan batasan. Poin plus yang juga dapat ditambahkan adalah, mereka tidak bisa meninggalkan orang yang mereka hinggapi atau terkadang terbatas pada area tertentu. Jadi melarikan diri dari mereka adalah alternatif terbaik untuk hati dan jiwaku yang malang dan lemah.' Setelah tersadar, dengan cepat Peter mengaitkan apa yang ditanyakan 04 dengan pengalamannya yang seringkali membuatnya gugup dan gelisah.

Gavin, 04, dan Kepala Inspektur sekarang menatap Peter yang pikirannya seperti mengembara entah kemana.

*ahem* singgung 04 dengan sebuah batuk, ingin membangunkan Peter dari lamunannya.

"Tidak,, Tidak Pak. Tidak ada. The coast is clear." Tersentak bangun, Peter membalasnya dengan kata-kata permainan yang biasa ia dan Gavin mainkan.

Gavin menambahkan dengan anggukan, tak mengindahkan kelakuan Peter.

"Baiklah Nak, kalian berdua silahkan istirahat dulu di lobi kehadiran. Kami akan beri tahu kapan kalian berdua bisa kembali ke rumah." Kepala Inspektur tersebut membubarkan mereka dari ruangan.

Kemudian Gavin dan Peter memohonkan diri, kemudian berjalan keluar.

... ...

"Apa asumsimu mengenai ini?" tanya Chief Officer kepada 04.

*Sigh*

"Saya tak tahu banyak. Tapi satu hal yang pasti. Kami celaka. Tak pernah menduga hal seperti ini dapat terjadi. Kelimanya sudah berada di bawah pengawasan kami sejak Umur Kebangkitan. Lima dari 13 kandidat Egrius berada dalam kelompok yang sama, wilayah yang sama, dan kota yang sama. Tapi sekarang kami kehilangan tiga orang. Salah satunya bahkan dari garis Kebangsawanan Murhall. Seorang Paladin. Uhhhh." Memegang topengnya dengan tangan kirinya, 04 mengeluh dengan nada penuh rasa sukar dan kesal.

Kepala Inspektur itu hanya meliriknya dengan ekspresi acuh tak acuh, "Kudengar anak yang bernama Rick itu, memiliki seorang paman yang merupakan anggota Sanguine Pine. Dan banyak sepupu yang juga menjadi Ranker."

"uhh... Sir George. Tolong lepaskan saya." 04 kali ini membalas dengan nada tertekan.

"Ceritakan padaku kronologis kejadiannya?" tanya Sir George mengabaikan perkataannya.

"Kami sudah memperhatikan di hari pertama, ketika Rick Benisson sudah memiliki masalah.

Energi Kematian melekat, berada di sekelilingnya. Jadi pada malam hari, kami membantunya untuk tertidur. Kemudian kami mencoba melakukan Exorcise. Tapi tetap gagal. Beberapa dari mereka yang pertama kali mencoba menggunakan Rune Banish, malah terluka. Jadi kami tahu, yang berada dalam tubuh Benisson pada dasarnya adalah Singularitas Zeta Rank Spirit. Kami mencoba mengidentifikasinya dengan Gaze. Tapi yang dapat kami lihat hanyalah warna hitam pekat, kosong tanpa secercah cahaya sedikitpun. Saya segera mengirim permintaan ke Markas Besar, agar mendapat bantuan Sanctifier Specialist. Dan tak disangka, Lady Fayra juga bergabung dalam tim yang mengambil alih tugas tersebut." 04 menjawab dengan keheranan dan juga penuh rasa penasaran.

"Lalu kenapa mereka belum datang? Bukankah pada dasarnya sudah selesai, jika seorang Priestess yang mengambil alih." Jawab Sir George. Juga bingung dan penasaran, mengapa salah satu Igniter penting, terutama seperti seorang Priestess, ikut ambil alih dalam pekerjaan Pengusir Setan.

"Pada dasarnya, itu juga salah satu masalah utama kami. Saya sudah kembali memberi panggilan ke Markas Besar, ketika Tim Pendukung tidak datang pada 3 jam dari waktu yang dijadwalkan. Jawaban mereka menyatakan bahwa, tim yang mengambil pekerjaan itu termasuk Lady Fayra sendiri sudah berangkat. Saya segera melaporkan bahwa mereka melewati batas 3 jam. Setelah menunggu lebih dari 5 jam, kami mendapat balasan bahwa tim tersebut diperkirakan akan tiba sekitar 3 sampai 4 hari. Mereka memberi tahu kami, bahwa Pesawat yang membawa Tim Exorcist itu terjebak di Hocus Mist. Beberapa yang berusaha membantu juga ikut terjebak didalamnya."

'Meskipun Lady Fayra di dalamnya, mereka masih membutuhkan waktu 3-4 hari. Aku sangat yakin mantra dan ruang lingkupnya pastilah cukup besar.' Pikir 04 di antara penjelasannya.

"Awalnya saya tidak yakin, apakah itu terjadi dikarenakan mereka mencoba datang ke mari untuk mengusir Roh di dalam Benisson. Akan tetapi semuanya terjadi, ketika kami mengikuti mereka ke Pemakaman. Tiba-tiba saja ada Kabut. Muncul secara tak terduga seolah-olah sudah ada di sana. Hanya menunggu kami terpisah dari kelima remaja itu.

Saya tertegun sadar bahwa kabut itu pada dasarnya juga adalah Mantra Iblis. Ini benar-benar bukan kebetulan, dan mungkin masalahnya lebih dari apa yang saya khawatirkan. Saya menyuruh anggota Tim untuk menyelidiki Pemakaman di sekitar, tetap waspada dan menjauh dari Kabut. Lalu saya datang mengikuti mereka ke dalam." Dia menjelaskan.

Pada akhir penjelasannya, terdapat nada bersalah bercampur di dalamnya.

Dengan kemarahan di matanya, Sir George menjawabnya dengan menggertakan gigi, "Jadi kamu! Sebagai pemimpin dan satu-satunya High Ranker, meninggalkan bawahan mu dengan instruksi seadanya, lalu sembarangan masuk ke dalam Kabut itu tanpa pikir panjang. Sendirian. Kamu bahkan sudah sampai pada kesimpulan, bahwa Organisasi yang berhasil menjebak Priestess selama berhari-hari, kemungkinan juga adalah Organisasi yang sama. Tapi kamu masih masuk ke dalam. Bagaimana jika itu adalah jebakan untuk menahan kamu di sana. Jauh dari timmu? Jebakan untuk membunuh mu.

Kamu juga bisa meminta bantuan dari High Ranker di Wilayah lain. Wow, Nak. Bukankah kamu terlihat sangat baik sekarang? Kamu bahkan tidak memberi tahu bawahanmu, jika ada sesuatu yang melebihi dari apa yang terdapat didalam Deskripsi Misi, mereka dapat memanggil, meminta pertolongan dariku." Semakin lama dia berbicara, semakin keras nadanya. Dengan nada yang dalam dan lantang seperti Guru menegur muridnya, Sir George memaki 04 dengan muka yang mulai masam. Karena dia tahu betul, betapa berbahayanya terkadang tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada Igniters.

Salah satu kakinya yang digantikan dengan kaki robot metal, juga merupakan salah satu bukti pengalaman panjang Karirnya sebagai seorang Rune Master.

"Tapi anda sudah pensiun..." Dengan suara lemah, 04 menjawab mencoba membenarkan dirinya sendiri, tetapi dipotong oleh desahan dalam.

*Sigh*

"Bagaimana orang-orang di The Central memberi izin untuk menempatkanmu di Kursi. Jangan bilang sekarang mereka hanya menawarkannya kepada Igniter mana pun yang bisa bertarung di Elysium." Sir George menatap 04, sambil mengeluh dengan kekecewaan tertulis di seluruh wajahnya.

04 hanya dapat melihat ke bawah.

Bahkan dengan topeng yang menutupi wajahnya, orang yang mendengar percakapan mereka pastinya dapat membayangkan ekspresi 04.

*Cough*

"Lanjutkan. Apa saja yang berada di dalam kabut?" Sir George batuk untuk melegakan tenggorokannya, lalu kembali bertanya.

"Setelah saya masuk ke dalam. Saya masih bisa melihat bocah-bocah itu. Kemudian saya mencoba buru-buru menghentikan mereka. Tetapi saya terhenti, karena suatu serangan dari Mayat Hidup."

... ...

Adegan pada saat 04 menyadari bahwa dia masih dapat melihat dan menentukan posisi mereka.

Dengan cepat dia mencoba untuk bergegas dan mengejar kelima remaja itu.

Akan tetapi, Sense-nya menangkap sesuatu yang ganjil di sisi kiri belakangnya.

Sebuah serangan.

04 dengan gesit menghindar dengan menarik bahunya, kemudian melompat kesamping untuk menciptakan jarak.

04 kemudian mengarahkan pandangannya kepada sang penyerang.

Mourning Templar. kemudian dia juga serentak mengamati sekelilingnya.

'Sialan', gerutu 04 dalam hati.

Ada juga beberapa Roh lainnya.

2 Raging Shade, dan 1 Howling Widow.

Dan hal yang paling mengagetkan dan tak diduga. Yang juga merupakan salah satu faktor, yang bisa dibilang hampir merusak seluruh keseimbangan dari pertarungan yang akan terjadi.

Seorang Demon.

Demon ini juga merupakan salah satu yang tak pernah terlihat atau di catat sebelumnya.

"Tenanglah, tolong jangan menaksirkan kemampuanku terlalu tinggi?" Keluh 04 dengan keringat dingin yang mulai keluar dari pori-pori tubuhnya.

Dia bisa menangani beberapa Roh ini. Tetapi dengan tambahan Demon. 'Dan bagaimana jika masih ada serangan lain yang siap menyergap waktu aku lengah. Apa-apaan ini. Bukankah kasus ini termasuk dalam ciri-ciri perilaku Setengah-Iblis. Tapi mengapa ada seorang Demon juga di sini', pikir gugup 04.

Dia juga khususnya mengkhawatirkan keselamatan beberapa remaja tadi.

... ...