webnovel

Who You?

Perjalanan mereka akhirnya dimulai. Dengan jumlah orang yang lebih banyak, tapi dengan suasana yang lebih mencekam. Seperti ada tembok tak kasat mata di antara mereka. Lebih tepatnya, antara Eleanor dan Arthur.

Selama perjalanan, mereka tampak saling menjaga jarak. Lebih tepatnya, Ele pada Arthur. Gadis itu akan langsung melangkah menjauh, begitu Arthur mendekat. Seperti menjauhi wabah, ia merasa akan alergi jika terlalu dekat dengan Arthur.

Juliet menghela napas, kesal juga lama-lama melihat dua orang yang seperti anjing dan kucing begini. Tapi ia tak bisa memarahi Ele lagi. Ia sudah memperingati Arthur sebelumnya. Jangan memaksakan diri, atau Ele akan membakarnya hidup-hidup.

"Tolong!"

"Tolong!"

Suara teriakan minta tolong itu bersahut-sahutan dari seberang hutan. Mereka saling berpandangan, dan anak-anak refleks berlari memeluk kaki William. Sepertinya mereka ketakutan.

Arthur yang kakinya sudah membaik, berlari mendahului. Disusul oleh Juliet di belakangnya. Sedang Ele? Gadis itu memutar bola matanya, memberi isyarat pada Lucky serta Lucy agar mendekat padanya.

William menyuruh mereka menurut. Setelah melepaskan kakinya, kedua anak kecil itu berlari pada Ele. Membiarkan William berlari untuk menyusul Juliet serta Arthur.

"Kalian diamlah di sini, seperti biasanya ya?" Eleanor menunduk, menatap satu persatu wajah adik-adik kecil di hadapannya.

Mereka mengangguk, walau sebenarnya ketakutan juga. Mereka tidak suka ditinggal hanya berdua. Hutan ini menakutkan, dan penuh dengan hewan buas. Tapi mereka tak punya pilihan lain. Mereka tak ingin menghalangi langkah Eleanor.

Ele berdiri, mengeluarkan pedangnya. Berkilat dengan sangat menyilaukan, cahaya itu membentuk seperti bola. Menutupi tubuh kedua anak yang berdiri di atas tanah. Menyelusup di bawah kaki mereka, dan memayungi sekelilingnya.

Mereka aman, pelindung ini tak akan pecah meski seekor naga menginjak dan mencabik-cabiknya. Ele sudah menanamkan kekuatan besar di dalamnya.

"Aku pergi dulu, jangan melangkah ke mana pun, selain aku yang membuka pelindung ini!" Ele berlari setelahnya. Mengabaikan anggukan dari Lucy dan Lucky. Juga, genggaman tangan mereka yang mengerat satu sama lain.

****

Kini Eleanor terdiam. Menyaksikan tanah-tanah merah yang terbentang di hadapannya. Bukan karena jenis tanah di dalamnya, melainkan karena siraman darah dari orang-orang yang tewas di atasnya. Begitu banyak, begitu mengerikan.

Tubuh mereka saling bertindihan satu sama lain. Terkoyak dengan luka tikaman yang tidak rata. Juga, beberapa bagian tubuh yang tak lagi berada di tempatnya.

"Apa-apaan ini?" gumam Ele. William mendekat, lalu menunjuk ke arah yang cukup jauh. Seorang werewolf sepertinya, mampu melihat dan mendengar dalam jarak yang tidak mungkin bagi manusia atau penyihir.

"Ada naga di sana, juga beberapa monster liar," ucapnya dengan sorot mata dingin.

"Aku tidak akan menolong," perkataan Ele menarik perhatian Arthur. Lelaki itu menoleh, menemukan gadis itu berbalik dan melangkah kembali ke dalam hutan. Ia ingin bertanya padanya, tapi Juliet menarik pundaknya.

"Jangan bertanya padanya, dan jangan terburu menilainya," bisik Juliet. Sekali lagi Arthur menoleh dengan wajah bingung, alisnya menukik turun.

"Kalau Kau ingin membantu, ayo pergi! Jika tidak, Kau bisa bergabung dengan anak-anak!" suara William masuk ke dalam gendang telinganya. Ia benar-benar tak habis pikir, Ele bisa mengabaikan kekejaman di hadapannya.

Mengabaikan gemuruh di hatinya, ia mengangguk. Mengikuti ke mana William berlari setelah bertransformasi, juga Juliet yang kini memegang pedangnya. Ia akan menolong penduduk di sekitar sini.

Dan benar, begitu sampai, mereka menemukan beberapa monster tengah mengoyak tubuh manusia. Mencabik-cabik hingga tak terbentuk. Juga, seekor naga yang menggigit leher salah seorang manusia hingga tewas.

Mencium aroma kehidupan di sekitar mereka, monster berbentuk gorila dengan tinggi 2 meter menoleh. Meraung ganas, menampakkan giginya yang tajam. Saliva berjatuhan ke tanah, menimbulkan gas panas yang berdesis.

"Juliet, awas!" teriak Arthur, lelaki itu baru saja akan berlari untuk melindunginya, tapi ia terhenti. Seekor serigala besar telah menubruk gorila yang berlari ke arah Juliet. Itu Will, yang sudah bertransformasi dengan cepat.

Bau mereka menarik perhatian, monster-monster yang sibuk dengan mangsanya kini beralih tatap. Bergerak cepat untuk mendekat, dan menghabisi. Mata mereka merah, seperti darah yang dipenuhi ambisi.

Arthur bersiap, menarik keluar pedangnya dari punggung. Ketika seekor naga mendekat, membuka mulutnya dan menyemburkan api. Lelaki itu menghindar, karena bisa saja ia terbakar.

Tak lagi bisa memberi perhatian pada kedua rekannya yang lain, Arthur disibukkan dengan naga yang ukurannya dua kali lipat lebih besar dari pada ia atau William. Naga itu menyerangnya dengan membabi buta. Berusaha mencabik bagian tubuh Arthur yang mampu diraihnya.

"Akh!" Arthur memekik, tak sengaja tubuhnya terlempar dan menabrak tembok rumah penduduk yang nyaris ambruk. Sayap naga itu telah menghempasnya, membuatnya terpelanting dengan punggung yang mendarat lebih dulu. Untung bukan kepalanya!

Ia berusaha berdiri, memasang kembali kuda-kudanya dengan pedang yang siap di depan. Kakinya belum sembuh betul, jadi ia agak gemetaran.

Tapi kemudian, telinganya menangkap suara yang mencurigakan. Seseorang bergerak di belakangnya, di antara puing-puing yang berserakan. Ia melirik ke sana, memindai setiap tempat yang mampu dijangkau matanya. Dan kemudian, matanya membola! Seorang anak kecil tengah bersembunyi di sana!

Lengah, naga itu terbang dengan cepat. Menyemburkan api dari mulutnya. Arthur kaget, dengan refleks berguling. Mendekati gadis kecil di balik sana, dan memeluknya erat. Membiarkan api memanggang armor yang sandang di punggungnya.

"Arthur!" teriak Juliet dan William bersamaan. Melihat Arthur yang dibakar hidup-hidup oleh naga di belakangnya. Api itu begitu besar, bahkan menjilat-jilat ke setiap penjuru terdekat.

Pssh!

Suara api yang padam berdesis, sedikit demi sedikit padam. Menyisakan asap tipis yang mengepul dari satu tempat. Dan itu bukan punggung Arthur. Tapi telapak tangan Eleanor.

"Apa Kau pikir, aku akan diam saja saat Kau ingin menghabisi teman-temanku?" suaranya menembus gendang telinga Arthur. Ia menoleh ke belakang, menemukan Ele tengah berdiri. Jantungnya berdegup cepat, angin yang berembus menerbangkan rambut Ele. Menampakkan telinga runcing milik gadis yang menyerap api yang hampir melahapnya.

"Groar!" naga itu menyemburkan kembali api dari mulutnya. Berniat membakar Ele yang berdiri begitu dekat dengannya. Tapi gadis itu hanya menyeringai, membuka kembali telapak tangannya. Dan api itu terserap masuk.

Dalam satu kedipan, tubuhnya melayang di udara. Naik ke atas leher naga hitam yang meliukkan badannya. Ada tali yang membelenggu lehernya, Ele memasangnya sebelum menariknya dengan kuat. Mencekiknya hingga kulitnya terkelupas.

Tak lama, naga itu jatuh dari angkasa. Suara dentuman dari tubuh besar yang terhempas, mengguncangkan tanah. Naga itu sekarat, matanya setengah terbuka dengan napas yang tersendat-sendat.

Ele turun dengan kedua tangan yang masih memegang tali yang berlumuran darah. Sebuah cahaya terang menyelimuti talinya, yang kini berubah menjadi pedang kecil dengan ujung yang runcing.

Ele mendekati naga tersebut, menusuk tepat di nadi sang naga. Mengabaikan darah yang menciprat ke wajahnya, ia menusuk lebih dalam. Membiarkan naga itu semakin dekat dengan ajalnya, sebelum menariknya.

Darah tersembur deras, membasahi jubah hitamnya. Ia abai, dan memegang kepala naga yang masih bernapas. Memejamkan matanya dengan khidmat, ia menelisik isi pikiran sang naga. Berniat mencari tahu, apa penyebab naga ini menyerang pedesaan.

Dalam benak Arthur berpikir, "siapa Kau sebenarnya?"