webnovel

What's That?

"Graah!" seekor monster yang terlihat seperti harimau mengaum buas. Taringnya yang tajam menyembul keluar, bersama liur yang menetes ke tanah. Matanya berwarna merah, dengan sebuah tanduk yang menghiasi kepalanya. Tingginya lebih dari dua meter, dan berjalan dengan 4 kaki.

"Apa itu?" gumam Arthur. Ia belum pernah melihat monster semacam ini sebelumnya. Sangat besar dengan cakar-cakar yang berkilat di bawah sinar matahari.

"Aku juga belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," jawab Will setengah berbisik. Werewolf muda itu mendekati Juliet, memintanya untuk mundur dan mengamankan 3 manusia yang bersama mereka. Yakni Lucky, Lucy, juga Arthur. Lelaki itu baru saja melewati masa sulit, ia mungkin akan kesulitan jika sampai di serang makhluk yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

"Siapa pun Kau, aku akan tetap menebas kepalamu jika Kau berani mengusik kelompokku!" Eleanor, si tidak sabar. Elf muda itu langsung melayang di udara ketika monster itu berlari untuk menerjang mereka. Memunculkan sebuah pedang dari seberkas cahaya di tangan, Ele menggores punggungnya sampai mendekati ekor.

Monster itu meraung, darah membasahi tubuhnya. Tapi itu tidak bertahan lama, luka robek itu sembuh dengan cepat. Bahkan tidak meninggalkan sedikit pun bekas! Ele sampai terpana dibuatnya.

"Apa dia beregenerasi?" hanya itu yang bisa dipikirkan oleh Ele. Ia sampai termenung ketika melihat Will menerkam monster itu. Mereka saling bergelut, mencakar dengan kukku mereka yang tajam dan runcing. Menciptakan lautan darah yang mengalir dengan cara yang sangat mengerikan.

Ketika geraman Will terdengar, Ele baru tersadar. Ia tidak boleh berdiam diri dan membiarkan Will bertarung sendiri. Juliet juga tidak boleh maju, ia harus melindungi tiga orang. Jadi, sudah seharusnya ia memanfaatkan kesempatan ini.

Perlahan, Ele mengitari dua ekor serigala dan harimau jadi-jadian itu. Mengubah pedangnya menjadi belati dengan gagang permata, ia menggenggam senjata tajam itu kuat-kuat. Matanya dengan tajam memicing, memastikan jika ia tak akan salah menikam.

Mundur satu langkah, ia maju kembali dengan gerakan seringan angin. Mengambil loncatan dari tanah, ia mendarat di punggung sang monster. Menusukkan bagian tajam belatinya pada leher, ia memastikan benda itu bersarang sebelum mengubahnya menjadi pedang.

"Graah!" meraung buas, monster bercula itu melepaskan Will dari cengkeramannya. Berguling ke samping, Ele bisa melihat pedangnya menembus keluar. Semakin menyayat bagian dalam daging dalam lehernya, ketika monster buas bergerak tak beraturan.

Kini ia menghampiri Will yang tergeletak di tanah. Bernapas putus-putus, lelaki itu kembali ke wujud manusianya. Darah segar mengalir di beberapa bagian tubuhnya. Yang gawatnya, tak bisa sembuh dalam waktu singkat. Werewolf saja tidak memiliki tingkat regenerasi secepat monster bercula itu.

Tapi kemudian, ketika Ele pikir ia sudah menang, sesuatu di luar pemikirannya terjadi. Harimau bercula yang harusnya telah meregang nyawa, tiba-tiba berlari dengan cepat dan melompat untuk menerkam Ele yang jongkok. Gadis itu melihat bayangannya di tanah, memanggil senjatanya untuk kembali, dan menggenggamnya erat.

Ia berbalik, makhluk buas itu sudah ada di depan matanya. Gerakannya yang cepat hampir saja mampu menebas kepala hewan itu hingga putus.

Crash!

Darah segar membasahi wajah putih Ele. Elf itu memejamkan mata, mendengar suara gedebuk keras dari hewan yang tumbang. Di balik bayang-bayang, Arthur berdiri dengan pedangnya yang berlumuran darah. Napasnya tersengal, berlari dengan keadaan tidak baik ternyata tidak mudah.

Mereka saling bertatapan dalam beberapa sekon, dengan 1001 pemikiran yang berbeda. Ketika Ele memutuskan pandangan dan melihat ke arah hewan yang tergeletak, Arthur mengikutinya. Monster besar itu sudah tak bergerak seolah kehilangan nyawanya.

"Gila, cakarannya sakit sekali! Untung aku tidak mati!" umpat Will sambil mendudukkan tubuhnya. Semua perhatian tertuju padanya, bahkan Juliet dan anak-anak langsung berlari ke arahnya. Wajah mereka terlihat sangat panik.

"Will, apa Kau bisa menangani ini? Apa Kau perlu bantuan?" Juliet memeriksa setiap sisi tubuh William yang mampu dijangkaunya. Will hanya meringis, ketika tanpa sengaja Juliet menyentuh bagian dengan luka yang menganga.

"Ini akan memakan waktu yang cukup lama, cakarannya dalam sekali." Jawabnya dengan kenyitan di dahi. Ia tidak akan merepotkan Juliet, ia tidak akan meminta gadis itu untuk menyalurkan tenaga penyembuhnya. Mereka butuh seseorang yang bisa menyokong Ele ketika ada keadaan gawat.

Saking paniknya, mereka tidak menyadari bahaya yang mengancam. Monster harimau yang seharusnya mati itu perlahan menggerakkan kakinya. Matanya terbuka perlahan, lukanya mengering dengan cepat. Dalam waktu kurang dari 10 detik, monster itu kembali berdiri tegak.

"Groam!" Arthur yang berdiri paling belakang, tak bisa menghindar. Ia diterkam ketika ia baru saja berbalik. Tubuhnya jatuh menghantam tanah, menghamburkan debu-debu kering bersama terpelantingnya rekan-rekannya yang ada dalam jarak dekat.

Mereka memekik kaget, tapi tak kuasa menolong. Mereka terlempar cukup jauh ketika harimau bercula itu menerjang mereka yang bergerombol. Menyisakan Arthur yang kondisinya belum cukup bagus untuk menahan cabikan yang mungkin akan membunuhnya dalam sekejap.

Arthur sadar, ia sudah menyarungkan kembali pedangnya ke balik punggung. Ia hanya memiliki kedua lengannya untuk menahan serangan, bahkan kepala hewan buas itu masih berusaha menjangkau wajah Arthur.

Ele, satu-satunya yang masih bisa berdiri langsung maju untuk menolong Arthur. Lelaki itu tampak sangat kesulitan, nyawanya bisa saja habis jika tangannya tak kuat menahan tekanan sang monster.

Memanggil belatinya, Ele berancang-ancang untuk menusuknya. Tapi saat sudah dekat, ia berhenti. Bukankah ia telah mencoba itu sebelumnya? Tapi hewan besar ini tak mati jua. Ia kembali hidup seolah memiliki nyawa cadangan.

Seharusnya, hewan besar ini memiliki kelemahan. Paling tidak sesuatu yang bisa membuatnya tak bisa bergerak. Tapi apa? Hewan ini sangat kuat! Memiliki daya regenerasi yang sangat hebat, mengalahkan kaum werewolf yang baginya sudah paling ajaib!

Meneliti setiap bagian tubuh, ia harus melihat dengan jeli juga cepat. Arthur tak akan bisa menahan lebih lama. Bahkan mulut bertaring penuh liur itu sudah berada sangat dekat dengan wajah Arthur.

"Ele, tikam saja dia! Terserah di mana, kita butuh dia untuk mundur lebih dulu!" pekik Arthur. Lelaki itu sudah hampir sampai pada batasnya, ia akan mati jika Eleanor tidak membuatnya mundur!

"Aku memang berencana membuatmu mati bodoh! Jadi diam saja, aku akan melihat sampai mana Kau bisa bertahan!" sinis Ele. Elf cantik itu masih merasa Arthur adalah biang masalah. Rasa kesal pada manusia masih mendominasi.

Arthur ingin menghela napas, tapi tidak sanggup. Ele benar-benar ingin melihatnya menderita sepertinya. Sial, ia patah hati sebelum menyatakan!

Ele berdecap, wajah memelas Arthur sangat tidak enak dilihat. Ia ingin melihat lelaki itu mati dengan wajah takut dan menderita! Bukan wajah konyol menahan pipis begitu. Ah, Ele harus berpikir lagi sekarang!

Tapi kemudian, ia mengernyit. Ada satu bagian tubuh hewan besar itu gang terlihat aneh. Bahkan, sedari awal hal itu juga yang menarik perhatiannya, tapi ia tak bisa menyerangnya. Apa jangan-jangan itu?