webnovel

06. He's Wakeup

Setelah sarapan, Disya melakukan ritual duapuluh menit nya, kemudian menggunakan baju yang lebih casual, celana jeans dan kaos putih polos, tak lupa melapisinya dengan jaket. ini hari minggu, ada tempat yang harus dikunjungi.

Gadis itu membelah jalanan dengan mobilnya, kemudian menepikan mobilnya saat melihat toko bunga, tujuan pertamanya.

"Eh, kak Disya, apa kabar?" pekerja toko menyapanya dengan ramah.

"Baik mbak, mbak Vella apa kabar?"

"Baik juga, mau beli bunga yang kayak biasa nya?"

"Iya mbak." Disya menjawab dengan senyuman.

Jika kalian bertanya bagaimana penjaga toko bisa mengenal Disya? jawabannya karna Disya adalah langganan, gadis itu selalu datang setiap akhir pekan.

"Buket bunga mawar, lavender, hydrangea dan Lily siap." Disya tersenyum seraya meraih buket-buket bunga tersebut, kemudian menyerahkan uangnya.

"Makasih mbak."

"Sama-sama kak."

Disya kembali melajukan mobilnya, menuju tujuan utama. Disya turun dari mobilnya saat sudah sampai, tidak lupa membawa bunga yang ia beli tadi.

Gadis itu berjalan menyusuri beberapa makam, kemudian berhenti saat tiba di makam yang ia tuju. gadis itu meletakkan bunga mawar pada gundukan tanah pertama, kemudian tersenyum, tangannya mengelus tanah itu beberapa saat.

"Apa kabar ma? mama baik-baik aja kan? Disya kangen mama, hiks." gadis itu terisak kecil, kemudian bangkit, berjalan ke arah makam yang berada di sebelah makam milik mamanya.

Disya meletakan bunga hydrangea di atas makam itu "Papa apa kabar? tadi Disya udah ke makam mama, Disya juga bawa bunga mawar lagi seperti biasanya hiks, bunga kesukaan mama.

mama bilang bunga mawar itu lambang dari cinta. kalau bunga hydrangea artinya apa? Disya bener-bener pengen dengar jawabannya dari papa, tapi itu gak mungkin hiks. ya udah, Disya pamit ya, Disya mau ngunjungin teman-teman Disya dulu. Disya selalu sayang papa."

Seperti apa katanya, Disya akan mengunjungi teman-temannya. gadis itu berjalan melewati beberapa makan, hingga sampai pada tujuannya. Disya menatap sesaat dua gundukan tanah bersebelahan itu, kemudian menghampiri dan berjongkok di antara kedua nya.

Gadis itu menghadap sebelah kiri, meletakkan bunga lavender di sana "Hai Manda, lo baik-baik aja kan disana? gue ngak tau harus ngomong apa sama lo... harus nya malam itu gue ngak maksa lo buat datang, gue minta maaf hiks, gue minta maaf,

oh iya, gue ngak tau bunga apa yang lo suka, tapi gue tau lo suka banget sama aroma lavender, karna itu gue selalu bawa bunga lavender kalau kesini, hiks." gadis itu terdiam sesaat, kemudian berucap "Gue pergi dulu, gue akan datang lagi nanti."

Disya menghela nafasnya, kemudian membalikkan badannya. menghadap ke arah berlawanan.

Disya menatap makan terakhir "Bang Gara hiks, hiks Bang Gara, aaaa hiks, Bang Gara hiks Disya kangen." Gadis itu terisak hebat di makam terakhir.

"Bang Gara, Disya kangen. hiks kenapa Bang Gara tinggalin Disya? Abang bilang hiks ngak akan pernah pergi tinggalin Disya, kenapa Bang Gara ingkar janji, hiks.

Bang Gara selamatin Disya waktu itu, Bang Gara bilang, Disya harus hidup dengan baik, dan Disya udah coba itu demi Bang Gara. tapi kemudian, Bang Gara pergi tinggalin Disya,hiks.

maaf, Disya selalu nangis waktu kesini." Disya mengusap air matanya, menarik nafas, kemudian mengeluarkannya perlahan. mencoba menenangkan diri.

Gadis itu meletakkan bunga lily pada makan tersebut "Disya bawa bunga lily lagi, bunga kesukaan Bang Gara" gadis itu tersenyum, walaupun air matanya masih mengalir.

"Hiks, Disya harus pergi, Disya mau cek butik sama galery, Disya juga harus cek tanaman bunga lily. Disya pamit, nanti Disya datang lagi." perlahan gadis itu bangkit, kemudian pergi meninggalkan area makam.

Soal perkataan Disya yang tadi itu benar adanya. Disya memang punya galery lukisan yang dia bangun dua tahun yang lalu, dan butik yang dibangun enam bulan setelahnya. soal bunga lily, gadis itu memang menanamnya di halaman belakang rumahnya. ia sengaja, agar ketika gadis itu teringat sosok Gara, gadis itu hanya akan bermain dengan tanaman lily nya, seolah melepas rindu lewat bunga kesukaan Bang Gara nya itu.

☘☘

Hari minggu Gerald habiskan di dalam markas, bersama anggota lain tentunya.

"Eza mana?" ups, tanpa Eza ternyata.

"Gak tau, gue udah chat dia tapi ngak di bales." Kenzo menjawab sambil mengunyah cemilannya.

"Dia balik ke rumag nya dulu." ucap Kenzie santai, pria itu membuka mulutnya saat Kenzo menyuapi brownies pada nya "Udah, gue kenyang."

"Gak bisa, lo harus tetap makan, lo belum sarapan tadi pagi." jawab Kenzo seraya kembali memasukan brownies pada mulut adik kembarnya itu. begitulah seorang Kenzo, walaupun orang nya petakilan, pria itu sangat perhatian pada Kenzie, dan Kenzie, walaupun pria itu dingin, sedikit galak dan bermulut pedas, Kenzie tidak bisa membantah perkataan Kenzo sang kakak. oke, back to topic.

"Tumben tuh anak inget rumah." ucap Regan sedikit mendengus.

"Di suruh tante Rani." ucap Kenzie lagi.

"Dia chat lo? " tanya Arsa yang sedang bermain game.

"Ya, tadi pagi." Kenzie menjawab sambil mengunyah brownies nya.

"Kunyah dulu, baru ngomong." tegur Kenzo di angguki kenzie.

"Ger." Kenzo memanggil Gerald yang sedari tadi terdiam.

"Hm? " Gerald menjawab dengan deheman.

"Jessi balik, lo udah tau? " Gerald menggangguk singkat, sedangkan yang lain kembelalak kaget.

"Demi apa tuh uler balik? " Karel yang sedang bermain game bersama Arsa, menjatuhkan ponselnya, sedangkan Arsa tersedak ludahnya sendiri. "Lo serius? "

"Sejak kapan? " Regan menimpali.

"Kemarin sore dia sampai." ucap Kenzo yang masih menyuapi Kenzie, dan Kenzie hanya menerimanya tanpa berkomentar.

"Lo yakin Kenzie? " tanya Arsa pada Kenzie.

Kenapa Kenzie? karna mereka tahu Kenzie adalah sumber informasi nya, hacker handal kebanggaan Phoenix itu selalu tahu jika ada orang yang masuk kedalam wilayah kehidupan Phoenix.

"Ya, gue ngak sengaja liat dia di CCTV bandara." jawab Kenzie sekenanya.

"Disya? " tanya Gavin sedikit ambigu.

"Perketat keamanan, tingkatkan kewaspadaan kalian, dia bisa sewa pembunuh bayaran. itu ngak bahaya buat gue, karna target utama nya Disya, dan bisa jadi... kalian juga masuk dalam list target dia." Gerald berbicara dengan lantang.

Keadaan hening seketika, mereka dengan pikiran nya masing-masing, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

bagaimana jika wanita itu melukai Disya? bagaimana jika wanita itu melukai anggota Phoenix juga? bagaimana jika wan—

Brakk

"Anjing."

"Bangsat."

"Setan." Gerald Kenzie dan Regan mengumpat bersamaan, sedangkan Kenzo, Arsa, Gavin dan Karael mengelus dada nya. mereka serempak menoleh ke arah pintu yang baru saja di bukan secara kasar, kemudian mendapatkan Eza di sana.

Eza berdiri dengan nafas memburu, kemudian berlari ke arah Gerard dan yang lainnya.

"Lo ngagetin bego." sarkas Gavin.

"Guys... hah hah." eza berdiri tegak seraya mengatur nafas nya.

"Kenapa? " tanya Gerald penasaran.

"Bentar, gue nafas dulu. " Eza menarik nafas nya kemudian membuangnya perlahan.

"Jadi? " Gavin mengangkat sebelah alisnya.

"Oke... dia udah sadar." ucap Eza seraya tersenyum.

"APA?! "

☘☘