webnovel

The Journey Of Life: Lost Memories

Ini adalah cerita tentang karakter utama dari cerita ini, Fura. Seorang laki-laki berumur 18 tahun yang hidup ketidakjelasan di dunia yang berada di tahun 1401. Zaman kerajaan yang penuh dengan penyihir dan juga orang-orang jahat yang ingin berusaha mendapatkan kekuatan luar biasa dari batu kristal yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Ini adalah pilihan yang sangat sulit baginya, menjadi orang baik di dunia ini atau menjadi orang jahat.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
6 Chs

Pahlawan Yang Mengorbankan Segalanya

"Fura....! Apa yang kau lakukan....!?" Leo pun bertanya atas apa yang telah dilakukan oleh Fura terhadap Faza.

"Bukankah sudah jelas?" jawab Fura dengan suara yang lirih. Pedang listrik dengan tegangan yang cukup membuat organ tubuh atau bahkan saraf mengalami kerusakan. "-Setidaknya aku harus melenyapkan orang ini, huh... Dan akan kuambil apa yang menjadi miliknya.

Kedua mata Faza terbelalak setelah mendengar kata-kata Fura yang ingin mendapatkan Enderarl dari dalam dirinya. "Kau.... Ergh...." lirih Faza sambil menahan rasa sakit.

"Akan kulenyapkan kau sekarang!" Ucap Fura yang menutup mata kanannya, dan pola mata kirinya berubah menjadi Eyenous Eye.

"Hentikan!" teriak Leo yang sekujur tubuhnya tercharger, berlari menghampiri Fura dengan tangan mengepal. Fura tidak tinggal diam, ia pun mengarahkan telapak tangan kirinya ke arah Leo hingga membuat pergerakannya terhenti dan tidak bisa bergerak sama sekali.

"Hah...." Tiba-tiba Leo terpental jauh ke arah belakang dengan kecepatan tinggi lalu menghantam dinding kawah dengan keras hingga membuat tanah hancur berserakan. "Merepotkan..." ucap Fura.

Eyenous miliknya bersinar terang lalu menyorotnya ke pandangan Faza yang semakin lemah hingga membuat Faza terkena Efek dari Mata Eyenous milik Fura. Sebuah tempat dengan sebuah penjara laser raksasa. Tempat dimana sebuah Makhluk bangsa End bersemayam, Enderarl

"Kau...!" geram Enderarl.

"Sudah berapa lama kau disini? Hm?" tanya Fura berbasa-basi. "Hah, haha.... Aku kesini bukan untuk melihat atau menghantarkan hadiah, tapi untuk mendapatkan seluruh kekuatanmu! Enderarl!" sambungnya dengan senyum menyeringai

"Cih... Tidak akan kubiarkan kau semena-mena denganku!" geram Enderarl.

"Semena-mena? Semena-mena bagaimana? Huh... Toh aku cuman mengeluarkan kau dari kurungan ini, kau cerewet sekali...." sahut Fura lalu mengeluarkan rantai yang bercahaya berwarna biru.

"Jangan-jangan... Dreadlord Seal...!? Kau ingin menyegelku!?" kejut Enderarl seakan tidak percaya.

"Huh... Benar. Tepat sekali, ternyata kau pintar untuk seekor Naga" Ungkap Fura.

"Seekor?!"

Fura mengarahkan telapak tangannya ke arah sebuah objek yang dimana itu adalah kunci segel untuk penjara Enderarl. Bentuknya mirip dengan sebuah mercusuar yang dikelilingi sebuah batu sihir.

"Alohomora!" ucap Fura.

Eyenous miliknya bersinar terang, penjara yang terbuat dari laser tersebut lenyap dan membuat Enderarl terbebas dari kurungan tersebut. Rantai-rantai biru itu pun langsung melesat dan menusuk tubuh Enderarl bersiap untuk menyegel Enderarl.

"Ergh... Kau!" geram Enderarl.

"Colloportus!" ucap Fura yang tiba-tiba rantai-rantai tersebut ditarik dan berusaha untuk menyegel Enderarl kembali kedalam tubuh Fura. Pedang listrik yang Fura gunakan sebelumnya berubah menjadi Aura Kekuatan Enderarl yang masuk kedalam tangan kanannya.

"Arghhhh..." jerit Fura menahan rasa sakit akibat perpindahan kekuatan Enderarl ketubuhnya. Sekujur tubuhnya terdapat garis aliran abstrak yang mengeluarkan asap dan perlahan cacat menahan gejolak kekuatan Enderarl.  "Ergh... Kekuatan ini terlalu besar... Aku tidak menyangka akan sesakit ini..." lirih Fura. Tiba-tiba penyaluran kekuatan terputus yang artinya Enderarl sudah berada didalam tubuh Fura dan proses penyegelan berhasil.

"Heal..." Luka-luka dan aliran abstrak ditubuhnya perlahan menghilang dan tubuhnya kembali seperti semula.

Tubuh Faza tersungkur keatas tanah dengan keadaan sekarat antara jurang kematian.

"Hmhmhm... Hahahaha! Hah... Tidak Kusangka! Aku berhasil mendapatkan kekuatan besar seperti ini!" teriak Fura dengan tawa jahat. "Dan mudah saja... Dunia yang gagal ini akan kuhancurkan!"

"Jangan menungguku, aku tidak akan pernah kembali. Tapi bohong...." ucap Fura lalu berjalan membelakangi mereka.

...

Terlihat Faza terbaring dalam keadaan sekarat dan koma.

"Sial.... Apa yang terjadi pada Fura...." selidik Leo dengan kepala yang dibalut balutan luka, menemani Faza yang sekarat. "Faza.... Padahal aku sudah memberikan ramuan penyembuh kepadanya, tapi kenapa dia malah semakin parah dan tidak sadarkan diri?"

"Sepertinya aku perlu memanggil orang bisa menyembuhkannya...." sambungnya sambil keluar dari rumah tersebut.

Leo membanting pintu dengan keras lalu pergi meninggalkan Faza sendirian.

...

Terlihat seseorang berjalan menuju sebuah banguna tua dihutan belantara sambil membawa sebuah Kapak, namanya Alto. "Huh... Semakin jauh aku malah tersesat. Bangunan apa ini....?" Ia pun masuk kedalam Temple tersebut, keadaan sangat gelap bahkan kelelawar tidak terlihat disorot pandang.

"Huh, gelap sekali tempat ini...." ucap Alto sambil menyipitkan kedua matanya. Tiba-tiba dia malah tersandung disebuah Tali yang terikat dari dinding ke dinding. "Ergh, apa itu tadi...."

Tanah bergetar sangat hebat membuat lantai-lantai yang ia gunakan sebagai pijakan runtuh, membuatnya terjatuh kedalam sebuah ruangan raksasa yang sepertinya ditinggalkan. Tampak obor yang hampir padam menerangi sebagian ruangan tersebut. Seakan menambah kesan suram.

"Aduh.... Eh? Ruangan apa ini....?" bingungnya lalu mulai berdiri membersihkan baju miliknya.

Terlihat seseorang berjubah hitam samar-samar duduk di sebuah tempat yang khusus seperti singahsana seorang Raja.

"Si....siapa kau....?" tanya Alto kepada orang itu.

"Huh!? Hahahaha"

Orang itu malah tertawa mendengar ucapan Alto barusan.

"Apa yang lucu!?"

"Aku juga bertanya apa yang lucu" Sahut orang itu yang terlihat kilauan ungu kebiru-biruan tampak dari mata kirinya.

Detak jantung Alto tiba-tiba berdetak sentak setelah melihat mata itu. Orang berjubah hitam itu berdiri sambil tersenyum menyeringai.

...

"Luka ditubuhnya membaik, apakah kau memberikannya sebuah ramuan?" tanya seorang wanita berbaju penyihir, namanya Abelia.

"Iya, padahal harusnya dia sudah sadar daritadi" Jawab Leo. "Apakah ada suatu hal yang terjadi padanya?"

"Sudah kuduga"/"Menduga apa?"

"Aku tidak tau dia menderita apa, tapi yang jelas sesuatu telah terjadi pada dirinya. Jika tidak ditangani dengan cepat, dia akan kehilangan nyawa... Aku belum pernah melihat penyakit seperti ini sebelumnya!" jelas Abelia sambil merenyitkan dahinya.

"Aku tidak mengerti, tapi separah itukah?" tanya Leo.

"Iya, tapi sebelumnya aku harus memeriksa...." sahut Abelia. Kedua telapak tangannya mengeluarkan semacam energi cahaya berwarna hijau ia terapkan diatas perut Faza. Abelia pun menutup kedua matanya untuk fokus.

"Ada apa?"

"Aku merasakan ada sebuah segel, tapi segel itu semakin lemah dari tubuhnya, dan sebuah ruangan? Ruangan itu kosong, aku merasakannya!" ungkap Abelia.

"Apakah itu Naga Enderarl?" tanya Leo.

"Tidak... Tempat itu kosong tidak terdapat apa-apa, ah tidak... Aku merasakan ada kekuatan kecil disana yang masih bertahan" jawab Abelia.

"Hah? Apa yang terjadi pada Enderarl?!" kejut Leo. "Apakah Fura berhasil mendapatkan Enderarl....." batin Leo.

"Huh, Enderarl itu apa? Apakah itu berpengaruh besar terhadap dia sebelumnya?"

"Seekor Naga yang disegel lama didalam tubuhnya, jika Naga itu segelnya dilepas atau diambil paksa, orang yang menjadi wadahnya akan mati" jelas Leo. "Tapi, Enderarl sudah tidak ada? Sial! Sepertinya Fura berhasil mengambil Enderarl darinya!"

"Dia masih memiliki kemungkinan untuk hidup tanpa Enderarl!" ungkap Abelia sambil membuka kedua telapak tangannya kearah Faza.

"Bagaimana caranya?"

"Aku merasakan ada Energi tertinggal disana... Yang mungkin itu adalah pecahan kekuatan makhluk yang bernama Enderarl! Jika ada yang berhasil memecah jiwanya mungkin, dia bisa selamat!" jelas Abelia.

"Jika itu bisa membantu, apakah kau bisa memecah jiwa Enderarl?"

"Yang pasti dengan bayaran yang besar" sahut Abelia dengan ekspresi sombong.

"Itu tidak masalah yang penting Faza bisa diselamatkan!" tegas Leo.

"Sayangnya aku tidak bisa melakukannya, hanya orang yang sudah di level tinggi yang bisa melakukan sihir semacam itu, aku bahkan belum menguasainya" ungkap Abelia dengan ekspresi suram.

"Ini sungguh rumit!" lirih Leo.

"T-Tolong!"

Seorang anak laki-laki tiba-tiba menyerobot masuk kedalam rumah Faza. Nafasnya tidak karuan seakan ada sesuatu yang terjadi.

"Apa yang terjadi? Ada apa denganmu?" tanya Leo.

"Tolong, war- warga bertingkah seperti zombie! Matanya mereka hitam pekat. Ayah dan Ibuku juga ikut menjadi zombie! Huhuhuwaahhh..." ungkapnya lalu menangis.

"Zombie?!" kejut Leo.

Terlihat kota mengalami kekacauan, orang-orang ketakutan, sedangkan yang lain menjadi zombie-zombie menyerang warga tak bersalah dan menjadikan mereka zombie juga. Infeksi aneh bertebaran ke penjuru kota.

"Apa yang sebenarnya terjadi...." ucap Ryl.

Tiba-tiba hujan turun mengguyur, hal ini menjadi kesempatan untuk para zombie semakin meresahkan. "Mereka adalah warga kota juga, tapi mereka menjadi seperti ini, karena apa....?" ucap Leo sambil menghampiri Ryl.

"Yang jelas mereka semua telah kukendalikan!"

Tiba-tiba sebuah kepulan asap menyatu membentuk seseorang, dia adalah Alto. Terlihat wajahnya memiliki garis-garis abstrak dengan mata hitam pekat.

"Siapa kau....?!" tanya Ryl.

"Aku Alto.... Aku yang telah membuat warga kota menggila! Hahaha..."

"Sialan kau!" umpat Leo.

"Memangnya apa yang akan kalian lakukan!? Melawanku? Itu percuma! Aku tidak suka berlama-lama disini" ucap Alto. "Oh ya, kota ini akan hancur malam ini juga, Hahahaha!" Sambungnya lalu menghilang menjadi kepulan asap.

"Sepertinya ancamannya begitu serius! Kenapa masalah lain selalu datang disaat masalah yang lama belum selesai" selidik Ryl.

"Sepertinya, kita harus meng-evakuasi warga yang tidak terinfeksi!" ucap Leo.

"Hm!"

Ryl pun mengangguk menyetujui ajakan Leo.

...

Terlihat Abelia sedang duduk disebuah kursi didekat Faza yang terbaring sekarat. "Andai saja aku bisa menggunakan sihir itu untuk memecah jiwa Enderarl...." ucapnya. "Tapi bohong, jika aku mendapatkannya mungkin aku bisa mendapatkan keuntungan besar... Dan lagipula sepertinya Naga ini berarti penting bagi mereka semua..."

"-Walaupun sebenarnya aku tidak tega melakukan itu...."

Sorot tajam melesat kearah sebuah ruangan yang terletak dibawah bangunan rahasia. Seseorang berjubah hitam terlihat duduk menyandar disebuah kursi singgasananya.

"Sepertinya rencanaku berjalan dengan lancar... Hmhmhmhm..."

...

(19 Tahun yang Lalu, negara Ednaria)

Terdengar suara bayi menangis terdengar di seluruh penjuru ruangan kerajaan. "Tuan, bayinya lahir..." ucap seorang biarawati sambil memegang sebuah Bayi yang baru saja lahir.

"Akhirnya aku menjadi ayah!" Ucap seorang raja yang bernama Denith Earl sambil menjulurkan tangan hendak merangkul bayi tersebut. "Tidak... Ibunya harus melihat bayi ini lebih dulu!" Ucap Biarawati tersebut yang langsung menuju ke ibunya bayi tersebut.

"Ealah..." ucap Raja Denith berekspresi datar.

Biarawati tersebut langsung membawa bayi tersebut kehadapan ibunya, Amaranthine Earlier. Raja Denith juga menghampiri bayi tersebut dengan sang Ratu Amaranthine.

Wajah imut bayi tersebut meluluhkan hati kedua Raja dan Ratu tersebut. "Denith, apakah kau sudah tau nama yang bagus dengan bayi kita?" tanya Amaranthine.

"Hmm... Bagaimana kita namakan dia Far Earlier? Bagaimana?" jawab Denith.

"Far? Nama yang bagus, jadi namanya adalah Far Za Earlier ya...." ucap Amaranthine sambil tersenyum.

"Ya, walaupun aku merasa aneh dengan nama itu" batin Denith sambil merenyitkan matanya.

Tiba-tiba tanah bergetar dengan keras, membuat Denith dan Amaranthine terkejut. "Hah!? Apa yang terjadi!?" kejut Denith bertanya-tanya.

Langkah kaki terdengar dilantai, terlihat seorang prajurit berlari menghampiri mereka berdua. "T-tuan, bahaya! Seekor Naga menyerang kota kita!" Ungkap Prajurit itu dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Apa!? Suruh Tentara yang lain untuk mengusir atau jika bisa untuk membunuh naga itu!" perintah Denith kepada prajurit itu.

"Laksanakan tuan!" sahut Prajurit itu lalu meninggalkan lokasi.

"Denith.... Kumohon...." ucap Amaranthine lirih.

"Amaran.... Aku akan kembali! Aku akan melindungi orang-orang.... Dan juga anak kita!" ucap Denith lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Bayi itu pun tiba-tiba menangis seakan mengerti akan sesuatu. Amaranthine mencoba untuk menenangkan Far agar berhenti menangis.

Groaahhh... Suara geraman naga tersebut bergemuruh di penjuru kota. Naga tersebut nenghancurkan segala yang ada didekatnya.

"Cih... Kenapa dia bisa ke kota ini....! Apa yang sebenarnya terjadi...." selidik salah seorang Komandan Tentara kerajaan.

"Komandan! Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya marah, tapi apa itu" cerocos salah satu prajurit disampingnya.

Naga tersebut akhirnya melihat mereka berdua lalu menyemburkan nafas miliknya kearah mereka.

"Oh sial...." umpat Komandan itu.

Ledakan dahsyat terjadi, menewaskan hampir seluruh orang disana. Suasana suram dan kesedihan terasa di kota, membuat anak-anak ketakutan. Terlihat Denith berada di puncak sebuah menara jam yang berada di pusat kota sambil mengepalkan tangannya. Angin pun berhembus membuat jubah miliknya berkibar-kibar.

"Enderarl..."

...

Udara dingin menusuk tulang rusuk, kekacauan besar pun terjadi, orang-orang ketakutan berlarian kesana-kemari berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Malam yang suram, tatkala Denith mempersiapkan diri untuk melawan Naga setinggi lebih dari 70 kaki, lebih besar dari yang dibayangkan.

"Fuu..."

Denith pun berdengus dengan beberapa uap dingin mengikuti nafasnya. Jubahnya berkibar-kibar terkena angin yang lumayan kencang akibat geraman Enderarl.

"Pertama aku harus membawanya pergi dari kota sebelum kekacauan yang dia perbuat semakin tidak bisa dihindari" lirih Denith sesambil mengeluarkan sebuah pedang yang melekat dipunggungnya. "Dan aku akan mencari tau apa yang dia inginkan!"

Denith pun mengerahkan pedangnya kedepan dan  sedang meratapi mantra yang ia miliki. Tubuhnya mengeluarkan partikel ungu, lalu ia berteleportasi kepundak Enderarl. Partikel keungu-unguan menyebar kesana kemari, lalu menjadi satu dan masuk kedalam tubuh Denith.

"Hahhhhh!"

Denith lalu memindahkan Enderarl dari kota ke tempat tinggal Enderarl berada

"Apa?! Naganya menghilang? Apa yang telah terjadi!?" ucap beberapa warga menyaksikan Enderarl yang menghilang secara tiba-tiba.

"Denith..." ucap lirih Amaranthine berkaca-kaca melihat dari sebuah jendela tertinggi di istananya.

"Groaahhh!"

Geram Enderarl.

Denith pun menghempaskan Enderarl, lalu menghantam sebuah menara sampai hancur.

Pedang itupun berdenging dengan keras, Denith pun mengarahkan pedang tersebut kearah Kepala Enderarl yang hendak beranjak dari tumpukan bangunan menara tersebut.

"Harggghh!"

Ekor Enderarl menghempaskan Denith membuatnya terpental hingga menghantam permukaan tanah dengan keras. Enderarl mempersiapkan sebuah bola raksasa berwarna ungu kearah Denith. Denith pun mulai berdiri, ia menggenggam erat pedang tersebut.

Denith pun berlari menuju Enderarl, secepat kilat Denith mampu membelah Bola serangan Enderarl.

"Errmmmm...."

Geram Enderarl.

Sabetan pedang Denith mengenai kepala Enderarl dan membuatnya tersungkur di tanah, refleks dari serangan tersebut. Puluhan rantai berwarna biru tiba-tiba keluar dari tanah melilit tubuh Enderarl sehingga membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.

"Sebelumnya aku ingin tau, kenapa kau tiba-tiba menyerang kota End...?!" tanya Denith namun tidak dijawab oleh Enderarl.

Enderarl mencoba berdiri dari lilitan rantai ditubuhnya, membuat rantai-rantai tersebut hancur sehingga Enderarl bebas dari jeratan. Enderarl pun mengerahkan tangannya ke arah Denith berniat untuk menyerangnya.

Kobaran api meledak keluar menepis tangan Enderarl. Denith pun mengerahkan seluruh kekuatannya kearah Enderarl. Enderarl pun menghindari serangan tersebut dengan cara terbang menjauhinya. Enderarl kembali sambil mengerahkan nafas endernya.

Serangan Enderarl meledak di tanah, hampir mengenai Denith yang menghindari serangan tersebut.

"Akan ku bunuh kau!" teriak Denith yang melompat sambil mengerahkan pedangnya kearah Enderarl.

...

"Ahhhhhh!"

Teriakkan menggema dikerajaan, sesuatu telah terjadi.

Seseorang membuka pintu kamar, Amaranthine yang sedang melihat keluar jendela terkejut dengan kehadiran orang tersebut. "Siapa kau!?" tanyanya.

Orang itu menghampiri Amaranthine lalu menamparnya dengan keras sehingga membuatnya tersungkur ke lantai.

"Ergh..." rintih Amaranthine menahan rasa sakit.

Orang itu mengangkat Amaranthine lalu menendang kepalanya yang membuatnya terpental menghantam dinding dengan keras. Amaranthine mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.

Orang itu mengeluarkan sebuah besi hitam lalu ia panaskan menggunakan api yang keluar dari telapak tangannya. Besi tersebut memerah yang menandakan bahwa besi tersebut panas membara. Orang itu lalu mengarahkan besi tersebut lalu menusukannya ke kaki Amaranthine.

"Akhhhh!"

Amaranthine pun berteriak kesakitan akibat besi panas tersebut. Daging nya pun meleleh, sehingga tulangnya terlihat jelas.

Orang itu mengangkat rambut Amaranthine sehingga membuatnya terangkat lalu melemparkannya. Dengan sigap ia mengeluarkan sebuah pedang lalu memotong tangan kanan Amaranthine, darah bercipratan kemana-mana.

Perut Amaranthine lalu ditusuk sebuah besi panas oleh orang misterius itu.

"Arggghhh, egh... Hah... Hah... Hah..."

Tubuhnya terkapar lemas tak berdaya dengan darah segar mengalir deras dari tubuhnya.

"Fa-far.... Hks..."

ucap Amaranthine yang lemah sambil menangis memandangi putra kecilnya.

"Hegh... Ucapkan selamat tinggal!"

ucap orang itu sambil mengangkat rambut Amaranthine sehingga ia juga terangkat.

"Akkhhh..."

Teriak Amaranthine menahan rasa sakit.

Darah bercipratan keluar memenuhi ruangan dengan darah yang membekas di dinding. Amaranthine pun tewas mengenaskan dengan cara kepalanya dipenggal. Tubuhnya terkapar bersimbah darah yang terus mengalir dari pembuluh yang terbuka.

"Oek... Oek"

Bayinya tiba-tiba menangis.

Orang itu menjinjing Kepala Amaranthine lalu melemparnya ke dinding sampai hancur berhamburan, dengan bola mata dan darah-darah tidak lagi berbentuk.

Orang itupun menghampiri bayi yang menangis, dan membawanya pergi dari kerajaan.

...

Denith menabrak permukaan tanah dengan keras, ia bertarung satu lawan satu dengan Enderarl. Serangan bertubi-tubi menuju Denith, ia pun menghindari serangan tersebut.

"Arggghhh..."

Denith terkena serangan Enderarl, tubuhnya pun terbakar. Api yang membakar tubuhnya menghilang akibat mantra miliknya. Nafasnya tidak karuan, asap bekas api pun keluar dari tubuhnya.

Enderarl terbang menuju Denith, naga itu pun menabrak Denith hingga membuatnya terpental menghantam menara yang terbuat dari bahan terkeras hancur berantakan.

Denith memuntahkan banyak darah dari mulutnya, pandangannya semakin buram. Ia pun tak sadarkan diri.

...

Seorang pelayan kerajaan membawa makanan menuju ke kamar Amaranthine. Betapa terkejutnya ia melihat dua orang yang menjaga pintu kamar tewas bersimbah darah.

"A....apa yang terjadi....?!"

Makanan yang ia bawa pun jatuh ke lantai. Ia pun bergegas masuk kedalam. Matanya terbelalak, melihat darah dimana-mana, melekat pada tembok kamar dan juga lantai.

Tubuh Amaranthine tidak lagi bisa dikenali. Ia termutilasi dan tewas dipenggal. Kepalanya hancur serta otak dan tengkoraknya berceceran.

Pelayan tersebut menutupi mulutnya lalu menangis histeris, meratapi apa yang telah ia lihat. Sesuatu yang harusnya tidak diceritakan, sesuatu yang mengenaskan.

Layar menjadi gelap....

...

Perlahan Denith membuka matanya, pandangan buramnya semakin jelas. Ia diikat disebuah pilar sehingga membuatnya tidak bisa bergerak. Orang yang sebelumnya duduk disebuah singgasana dihadapan Denith.

"Lepaskan aku!" teriak Denith.

"Huh, melepaskan mu? Sebelum itu, namaku Enka" ungkapnya. "Dan apakah kau kenal dengan bayi itu?"

Denith pun terkejut melihat Farza berada samping Enka.

"Apakah itu Farza!?" Kejut Denith. "Apa yang kau lakukan padanya! Dan dimana istriku....!?"

"Tenang, istrimu aman sekarang. Ya....aman di akhirat. Hahahaha..." ungkap Enka sambil tertawa terbahak-bahak.

Kedua mata Denith terbelalak akibat mendengar ucapan dari Enka. "Tidak mungkin....!" lirih Denith, kedua matanya berkaca-kaca.

Enka berdiri dari tempat duduknya, lalu menghampiri Denith. Enka pun menendang wajah Denith dengan keras. "odoh! Aku menyanderamu bukan karena ingin melihatmu menangis!" ucap Enka.

"Kau! Kau iblis....!" ucap Denith.

"Huh? Hahahaha hah hahaha... I-iblis?! Hahahaha lelucon macam apa itu, setelah kau mengusirku dari kota? Kau mengatakanku iblis? Yang benar saja...." ungkap Enka.

"Kau.... Sampai-sampai kau berbuat seperti itu!" tegas Denith. "Kau! Takkan kumaafkan!"

"Marilah menuju jalan kebenaran...." sahut Enka sambil memukul Denith dengan menggunakan sebuah tongkat. Wajah Denith pun lebam akibat ulahnya.

"Huh... Hahahaha!"

Enka tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.

Aura besar menyelimuti tubuh Denith, tali yang mengikatnya lepas.

"Kau!" teriak Denith.

"Oh Oe..." kjut Enka.

Denith memukul Enka hingga membuatnya terpental menabrak singgasana hingga hancur berantakan. Debu bertebaran dimana-mana mengarungi udara.

Kekuatan ungu terpancar keluar dari tubuh Denith, ia pun berlari hingga tak terlihat tiba-tiba berada di depan Enka. Ia pun menendang Enka dengan amat keras hingga membuatnya terpental beberapa meter dari lokasi.

"Ternyata kau main seriu-" ucap Enka yang terpotong akibat Denith tiba-tiba ada di sampingnya.

Denith pun menendang Enka hingga membuatnya terpental ratusan meter menghantam permukaan tanah hingga hancur berantakan.

"Kau!" teriak Enka.

Ratusan bola ungu melesat langsung menuju Denith, Denith pun menghindari bola-bola itu yang ternyata ada bom.

Ledakan-ledakan dari bola-bola itu ternyata lumayan besar hingga membuat kawah-kawah kecil tak beraturan.

Denith langsung berpindah tempat ke hadapan Enka. Mengambil kesempatan yang ada, Enka pun memasang sebuah simbol ke tangan kanan Denith. Ia tiba-tiba tidak bisa bergerak sama sekali, tubuhnya tiba-tiba kaku.

Tangan kanannya tiba-tiba membengkak hebat hingga membesar empat kali lipat dari tubuhnya.

"Ergh..." rintihnya.

Tidak tinggal diam, Denith langsung memotong tangan kanannya. Yang benar saja, tangannya malah meledak dahsyat membuatnya terpental menghantam tanah dengan keras dalam keadaan tubuh penuh luka bakar.

"Hahaha!"

Enka tertawa terbahak-bahak melihat Denith tidak berdaya.

Denith terpaksa kehilangan tangan kanannya akibat ledakan itu. Riba-tiba angin berhembus kencang. Tubuh Enka bercorak ungu abstrak mengalir di seluruh tubuhnya.

Simbol raksasa mulai membentuk di tanah, seekor naga muncul dari simbol itu, Enderarl.

"Groaahhhhhh!"

Naga itu menggeram keras membuat angin berhembus kencang keluar dari mulutnya.

"Ergh... Sepertinya tidak ada lagi jalan untuk mengalahkannya, sepertinya aku harus menggunakan Dreadlord Seal!" Ungkap Denith

"Farza.... Maafkan aku" ucapnya sambil tersenyum.

Sebuah buku sihir melayang dihadapan Denith lalu bersinar terang. Denith pun merentangkan kedua tangannya, seluruh tulisan didalam buku itu masuk kedalam tubuhnya.

Aura biru mulai membara keluar dari tubuhnya membentuk sebuah roh dari dewa ketakutannya, Dreadlord si makhluk tengkorak dengan jubah biru khas miliknya, tubuhnya juga sangat besar.

"Hahahaha! Atas apa kau memanggilku?" Tanya Dreadlord yang melayang tanpa kaki diatas Denith.

"Aku akan meminta izinmu untuk memasukan dia ke nerakamu!" Jawab Denith.

Enka terbelalak kaget melihat didepannya bukan seekor kadal ataupun cicak, yang malahan ternyata Dewa Ketakutan.

"Sial..." umpatnya.

"Hahahaha baiklah! Tapi sebagai gantinya nyawamu akan kumasukan kedalam Soul Sand!" ucap Dreadlord.

"Aku siap!" sahut Denith agak gemetar. "Tapi sebelum itu" Buku sihirnya membuka halaman mantra secara acak. Denith pun memejamkan kedua matanya. Perut Dreadlord mengeluarkan rantai-rantai berwarna biru dan menembus punggung Denith.

"Arghhh...." rintihnya.

Puluhan rantai biru keluar dari tubuh Denith melesat menuju Enka dan juga yang lainnya melesat ketubuh Farza.

"Oh sial... Aku belum ingin masuk neraka sebenarnya!!!!" pekik Enka ketakutan. Enka pun melompat menghindari rantai-rantai itu. Tapi terlambat menghindar, salah satu rantai mengikat kedua kakinya hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

"Sialan! Ka- arghh..." rintihnya.

Puluhan rantai menusuk perutnya bertubi-tubi tanpa ampun. Rantai tersebut menarik jiwanya dengan cepat hingga membuat daging serta tulangnya terlepas keluar. Darah pun bercipratan kemana-mana.

Jiwanya terbawa masuk keperut Denith lalu keluar melalui punggungnya dan masuk kedalam mulut Dreadlord, Dreadlord pun menelan jiwa Enka.

"Hah... Hah... Hah..."

Nafas Denith tak karuan lalu berjalan menghampiri Far.

"Faza.... ya.... itu panggilanmu, maafkan ayah nak. Sepertinya ayah tidak bisa menjagamu, ergh... Ya, kita tidak akan bisa bertemu lagi untuk selamanya. Iya, walaupun kau akan menyusul ayah, karena... Di akhirat ayah juga tidak bisa melihat mu lagi..." ucap Denith tertawa kecil dengan mata berkaca-kaca.

"-Sebagai hadiah perpisahan, ayah memberimu kalung ini untukmu" ucapnya lalu mengalungkan sebuah kalung batu sihir ke leher Faza yang tertidur pulas.

"Groaahhh!"

Geram Enderarl yang tersadar dari kendali Enka.

"Ergh... Sialan..." umpat Enderarl.

Denith pun mengarahkan pandangannya kearah Enderarl. Rantai-rantai biru melesat lalu menusuk tubuh Enderarl.

"Argh... Apa!?" kejut Enderarl.

Enderarl pun ditarik menuju Perut Denith. Seluruh tubuhnya masuk kedalam tubuh Denith. Kepulan asap keluar dari tubuh Denith.

"Ergh... Hah... Hah... Hah... Kekuatan yang sangat besar" ungkapnya dengan nafas tersengal-sengal.

Rantai-rantai jiwa itu lalu masuk kedalam perut Faza. Denith pun memindahkan Enderarl kedalam tubuh Faza lalu menyegelnya. Denith pun lemas tak berdaya, pandangannya agak buram.

"Faza... Huh, jaga dirimu..." Ucap Denith dengan ekspresi tersenyum.

"Waktumu habis" ucap Dreadlord yang daritadi berpaling wajah tidak ingin melihat pemandangan seperti itu.

"Iya..." sahut Denith.

Dreadlord pun mengeluarkan sebuah Sabit berbentuk Roh lalu menebasnya ketubuh Denith secara vertikal, membelah jiwa Denith dari tubuhnya.

Jantungnya berhenti berdetak. Aura biru mulai keluar dari tubuhnya. Termasuk Dreadlord yang menghilang.

"Faza... Aku hanya ingin mengatakan sesuatu hah... Walaupun kau akan menjadi anak yatim piatu, maafkan ayah nak. Aku menyayangimu. Selamat tinggal" ucap Denith.

Rohnya pun keluar dari tubuhnya lalu menghilang ke langit. Seluruh aura biru menghilang dari tubuhnya. Raganya yang mati tersungkur kepermukaan tanah. Denith pun meninggal dunia.

Pandangan menjadi gelap.

...

Keadaan kembali ke masa sekarang, terlihat Abelia sedang tiduran sambil membaca sebuah buku. Kalung yang dipakai Faza mengeluarkan cahaya. Membuat perhantian Abelia tertuju Faza.

"Huh...." Abelia mulai berdiri lalu menghampiri Faza, ia memegang pergelangan tangan Faza untuk memeriksa tekanan darahnya.

"Detak jantungnya mulai membaik...." ungkap Abelia. "Apa yang telah terjadi...."

...

Malam yang suram. Kota sangat kacau akibat serangan zombie. Terlihat Leo dan Ryl kewalahan menghadapi zombie-zombie tersebut. "Sialan mereka bisa terinfeksi sebanyak ini" umpat Ryl.

"Setengah penduduk kota terkena infeksi, dan mengliar sebagai Zombie! Sialan, aku tidak akan menyangka akan seperti ini" ungkap Leo. "Orang itu.... Sepertinya dia bukan yang membuat kekacauan ini.... Ada dalang dibalik semua ini!"

"Ta-tapi siapa?" cerocos Ryl.

"Mungkinkah.... Fura...."

Bersambung....