webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Yuri?

Albedo tertegun sejenak sebelum mengangguk mengerti kepada dirinya sendiri. Setelah merasakan kenikmatan terlarang, ras Succubus-nya terus menjadi gelisah setelah kepergian Asheel.

"Seperti yang diharapkan darimu, rubah jalang." Albedo berkata dengan tidak menaikkan nadanya, namun cukup datar. "Tapi kamu benar, aku juga merasa aneh karena itu, dan juga ... kesepian."

"Benar, kan?"

"Kalau begitu, kamu juga harus tahu jika aku seorang Succubus, kan?"

"Ya, walaupun aku tidak pernah mendengar atau bertemu dengan ras yang sama denganmu. Tapi, ada apa dengan itu?"

"Penderitaanku lebih banyak dibandingkan denganmu. Aku sudah terikat dengan Asheel-sama melalui darah Succubus-ku, jika aku tidak segera bergabung dengan beliau, mungkin..."

Albedo tidak melanjutkan kalimatnya saat dia menunduk dengan sedih.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kamu tidak bisa melakukannya dengan orang lain, kan?"

Tiba-tiba, pandangan Albedo menajam saat matanya menjadi buas. "Tentu saja! Aku hanya milik Asheel-sama seorang! Jangan pernah membujukku dengan itu, jika tidak, aku akan mencabuti semua bulu yang kau banggakan itu!"

Yasaka secara otomatis tersadar dari mabuknya saat dia duduk dengan tegak, punggungnya sudah basah oleh keringat saat merasakan tekanan yang dikeluarkan oleh Albedo.

"L-Lalu, kamu sudah memikirkan sesuatu untuk mengatasinya?" Yasaka bertanya dengan gugup.

Albedo kemudian menghela nafas saat auranya mereda sebelum menghilang tanpa jejak, "Tidak ada cara lain lagi, aku hanya bisa melakukannya denganmu atau Shalltear. Jika dibandingkan dengan kalian berdua, aku lebih memilihmu, Yasaka." Kemudian, dia menatapnya dengan sangat serius.

"Serius?! Kita berdua perempuan, lho..."

"Kenapa bingung begitu, kita berdua pernah melakukannya bersama."

"Tapi itu saat Asheel masih bersama kita...!"

"Kalau begitu, kita akan membuat pengalaman baru."

"Kau bercanda, bagaimana dengan Shalltear?! Dia seorang lesbian, kan? Dia bisa memuaskanmu lebih baik daripada aku!"

Albedo akhirnya menggeser posisinya ke arah Yasaka, lalu membungkuk ke arahnya dengan anggun.

"Kamu adalah harapanku satu-satunya saat ini, Yasaka. Kumohon pinjamkan tubuhmu untuk melampiaskan semua hasratku!"

Dia memohon dengan sungguh-sungguh. Toh, dia melakukannya karena terlalu malas untuk berdebat dengannya.

Dia biasa melampiaskannya ke bantal dakimakura dengan gambar Asheel diatasnya, tapi dia merasakan bahwa itu tidak cukup untuk mengeluarkan semua emosi merah muda di tubuhnya.

"B-Baiklah, cepat angkat kepalamu!" Yasaka berkata dengan sedikit panik.

Albedo mengangkat kepalanya dan mengembalikan senyumannya yang biasa. "Mungkin kamu tidak tahu, tapi aku sangat berterima kasih padamu."

"Ya, sama-sama," Yasaka buru-buru berkata. "Tapi jangan berharap banyak padaku, ini adalah pertama kalinya bagiku tanpa Asheel."

"Tenang saja, aku akan membimbingmu dengan benar." Albedo berkata sambil menjilat bibirnya, matanya sangat haus saat menatap Yasaka.

Yasaka hanya bisa mendesah dengan pasrah, 'Mungkin ini juga bisa mengurangi hasratku...'

...

Beberapa hari yang lalu.

Setelah Asheel, Sera, dan Ophis melangkah ke pintu yang menghubungkannya ke Alam Dewa yang mengatur Abyss, mereka sampai ke sebuah perkotaan.

Ya, perkotaan yang terlihat seperti biasa di bumi. Tapi yang ini lebih canggih karena berbagi teknologi diseluruh dimensi berkumpul tempat ini.

Jika kalian mengira Alam Para Dewa yang mengatur Abyss adalah sebuah surga yang indah, maka kalian salah. Alam yang disebut adalah sebuah perkotaan biasa, dengan sedikit design sci-fi.

"Aku merindukan udara disini," Asheel menghirup nafas dalam-dalam setelah merasakan perubahan energi di udara yang sangat drastis.

"Sudah berapa lama...." Sera juga menunjukkan kerinduan setelah melihat sekeliling.

Hanya Ophis yang diam saat dia berusaha menyesuaikan diri. Dia yang selama ini berada di Alam Abyss yang paling rendah, tiba-tiba dipindahkan ke Alam yang paling tinggi, tentu saja harus menyesuaikan diri dengan tekanannya.

"Sulit untuk bernafas..." Ophis berkata saat kesulitan tertulis di wajahnya.

"Oh, aku lupa."

Sera menghampiri Ophis dan menyentuh punggungnya. Dia menyalurkan energi didalam tubuh Ophis dan menyebarkannya ke seluruh tubuhnya.

Setelah beberapa saat, Ophis menghela nafas lega dan bisa bernafas dengan normal. Sera juga mengganti pakaian yang dikenakan Ophis karena set yang dikenakannya terlalu ekstrim, bukan?

"Ini adalah Alam Dewa yang mengatur Alam dibawahnya. Kandungan energinya sangat melimpah dan bisa ditemukan dimana-mana. Bahkan sampah disini bisa menjadi harta leluhur di Alam yang lebih rendah," kata Asheel.

"Ya, reaksimu sangat wajar karena kamu berasal dari Alam yang lebih rendah. Setetes energi disini sudah setara dengan seluruh planet di Alam menengah. Yah, pokoknya kamu harus menyesuaikan diri, dan mungkin kamu juga akan membuat suatu terobosan," tambah Sera.

Ophis mengangguk saat berusaha untuk mengedarkan energi ke seluruh tubuhnya "Gravitasinya meningkat, memanipulasi energi juga lebih sulit."

"Itu wajar, wajar."

Asheel menepuk-nepuk kepala Ophis untuk menghiburnya.

"Karena kita sudah disini, kenapa tidak mencari makanan terlebih dahulu. Mengonsumsi makanan di tempat ini juga bisa membantu Ophis menyesuaikan tubuhnya."

"Ide bagus, aku tahu restoran yang enak disekitar sini." Sera berkata sambil memimpin jalan untuk mereka.

Saat berjalan, Asheel menggenggam tangan Ophis dan mereka bergerak dengan lambat karena Ophis tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan menyeluruh.

"Bagaimana jika aku menggendongmu, Ophis-chan?"

Ophis menatapnya sejenak sebelum mengangguk, "Um!"

"Lalu..." Asheel langsung menggendong Ophis dan meletakannya di bahunya.

Ophis terlihat senang saat berada di atas Asheel. Dia bisa melihat orang-orang melakukan aktivitasnya sendiri dan itu tidak banyak berbeda dengan yang ada di bumi.

Mungkin itu juga berbeda karena setiap penduduk disini adalah seorang Dewa yang memiliki perannya masing-masing.

Seorang Kaisar, Permaisuri, Peri, atau tokoh berbakat lainnya, saat mereka naik ke Alam ini, mereka mungkin akan menyesalinya karena setelah naik, mereka bisa saja menjadi pekerja kantoran atau bahkan menjual makanan ditoko atau restoran.

Itu adalah penurunan status sosial yang sangat menyedihkan.

Tapi....

Suasanya sangat damai disini karena konflik yang terjadi tidak terlalu keras atau sering.

Orang-orang disini cukup ramah dan bersahabat karena jumlah populasi yang sangat sedikit.

Supreme One membuat Alam ini dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan hanya seluas satu negara karena mereka memang tidak membutuhkannya seluas itu. Populasi disini mungkin hanya ribuan atau puluhan ribu saja.

"Ophis-chan, jangan berkeliaran tanpa aku atau Sera, ya? Saat ini, kamu adalah yang terlemah disini. Makhluk Trascend sepertimu terlihat sangat membosankan di mata penduduk di Alam ini," kata Asheel sambil berjalan saat Ophis duduk di bahunya.

"Um!" Ophis mengangguk dan merasa sedikit tertekan. Dia juga bisa merasakannya jika dirinya menjadi sangat lemah disini, seolah-olah anak kecil pun bisa membunuhnya dengan mudah.

"Ara, Sera-chan? Sudah lama tidak melihatmu disini, dan kamu bahkan sudah membentuk keluarga bersama pacar kecilmu itu."

Sebuah suara terdengar saat mereka menoleh. Mereka bisa melihat wanita paruh baya sedang menyapu didepan halaman rumahnya.

"Bibi!" Sera menghampirinya dengan semangat.

Asheel juga tersenyum saat melihatnya.

Dia sering melihatnya karena saat dirinya dan Sera masih tinggal di Alam ini, mereka berdua sering mampir di rumahnya, atau lebih tepat tokonya.

Wanita paruh baya itu adalah satu-satunya penjual roti di Alam ini.

"Kenapa kalian tidak mampir sejenak? Dan aku akan memberi kalian beberapa roti," Wanita paruh baya itu menawarkan.

"Tidak usah, Bibi. Kami masih harus pergi ke Ayah setelah ini," kata Sera dengan sopan.

"Baiklah kalau begitu," Wanita itu tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Dia lalu menatap Ophis yang berada diatas Asheel, "Ara, apakah ini anakmu, Sera-chan?"

Sera tersenyum canggung, "Haha, kamu salah, Bibi. Gadis kecil ini berasal dari Ayah."

"Wah, orang tua itu melakukan sesuatu lagi," Wanita paruh baya itu terkekeh.

"Kalau begitu, kami akan pamit terlebih dahulu. Sampai jumpa, Bibi~"

Sera melambaikan tangannya dan berbalik pergi.

Tiba-tiba wanita paruh baya itu mengatakan sesuatu lagi, "Oh, Asheel-chan. Jangan berani-berani membuat Sera-chan sedih, ya?!" Nada yang diucapkannya terdengar mengancam.

Asheel yang juga akan pergi tiba-tiba berkeringat dan dia menampilkan senyum terbaiknya saat menghadapi wanita paruh baya itu, "Saya tidak berani."

"Oho, baguslah."

Wanita parus baya itu juga melambaikan tangannya sebelum melanjutkan menyapu halaman.

Saat mereka berjalan berdampingan sekali lagi, Asheel bisa melihat Sera yang menjulurkan lidah kepadanya.

Dia menghela nafas, "Kamu sangat dicintai disini. Jika saja mereka tahu jika kamu hanyalah seorang foodie.... Owww, sakit!"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, pinggangnya sudah terpelintir karena Sera mencubitnya.

Saat Asheel menoleh, dia bisa melihat senyumnya yang terlihat tidak berbahaya.

Dan setelah itu, mereka berjalan di sepanjang jalan kompleks, tapi Asheel merasa tertekan saat melihat banyak orang menyapa ke arahnya, atau lebih tepatnya menyapa Sera.

Seperti....

"Sera-chan...."

"Itu Sera-chan..."

"Lama tidak melihatmu, Sera-chan...."

"Sera-chan...."

"Halo, Sera-chan...."

"Bagaimana kabarmu, Sera-chan....."

"Kamu sudah pulang, Sera-chan..."

"Keadaanmu baik kan, Sera-chan...."

"Sera-chan...."

"..."

Asheel merasa tersakiti mendengar semua orang sangat bersemangat menyapa Sera, sementara dia sendiri diabaikan.

Untunglah ada Ophis yang menghiburnya.

Selamat hari raya Idul Adha~

Nobbucreators' thoughts