webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Siapa yang akan memuaskan kita?

Seperti yang diharapkan, banyak pasukan dari berbagai fraksi datang dan mengelilingi penghalang, tapi kebanyakan dari mereka berasal dari Fraksi Iblis dan penduduk supernatural Jepang, seperti Youkai, Klan Exorcist, dan Pantheon Dewa Shinto.

Dari Fraksi Iblis, Ajuka Beelzebub sendiri datang untuk meneliti penghalang. Yah, karena lokasinya berada di Kota Kuoh yang pada dasarnya adalah Wilayah Iblis di Jepang, pihak Iblis pun bebas beroperasi di wilayah ini.

Kehendak Dimensi membutuhkan waktu beberapa jam untuk memulihkan tempat didalam penghalang sepenuhnya, karena itu Ajuka yang meneliti penghalang dalam beberapa waktu itu juga harus pergi setelah penghalang menghilang.

Dan mereka membuat kesimpulan yang sangat mengejutkan.

Penghalang itu adalah jenis pertahanan terkuat yang pernah muncul di dunia ini, yang bahkan Ajuka sendiri mengatakan jika penghalang itu jauh lebih kuat dari segel yang menahan Trihexa.

Hal mengejutkan itu tentu saja dirahasiakan, dan hanya para petinggi yang boleh mengetahuinya.

Mereka segera pergi setelah mengecek beberapa hal di tempat kejadian dan tidak menemukan aktivitas mencurigakan apapun, bahkan penduduk manusia didalam penghalang masih memiliki kegiatan yang sangat normal, hal itu pun membuat mereka semua bingung.

Penghalang hanya memblokir hal eksternal apapun untuk masuk, mencegah seseorang menerobos paksa, serta menutupi tampilan yang ada didalam penghalang, sehingga orang-orang diluar tidak akan bisa melihat apa yang terjadi didalam penghalang.

Tapi jika orang-orang didalam penghalang sendiri cukup kuat, mereka bisa keluar penghalang dengan mudah.

Itu juga alasan kenapa Shalltear, Yukane, dan lainnya bisa dengan bebas keluar dari tempat itu. Tapi untuk memasukinya bahkan mustahil untuk mereka.

Jadi, karena tidak mendapatkan apapun, orang-orang yang menyelidiki hanya bisa pulang dengan bingung.

Pihak Malaikat Jatuh juga mencoba untuk menyelidiki sejak teknologi mereka adalah yang paling canggih di Dunia Bawah. Mereka melakukannya setelah para Iblis pergi karena pada dasarnya tempat ini bukanlah wilayah mereka.

Setelah mengecek daerah disana, mereka dikejutkan dengan pemimpin tertinggi mereka yang tidur di tanah dengan pakaian compang-camping. Tidak ada luka ditubuhnya, jiwanya masih sehat, dan segalanya tampak baik, hanya kelelahan mental yang membuat mereka semua bingung dan menatap Azazel dengan aneh.

...

Beberapa hari kemudian.

Azazel yang telah sadar kembali, membuka matanya. Setelah pandangannya menjadi jelas, dia melihat langit-langit yang familiar.

"Ini adalah...?"

Dia melihat sekeliling dan menyadari jika dirinya berada di ruang medis markas Grigory.

"Anda sudah sadar, Azazel-sama?" Perawat yang mengetahui jika dia telah sadar segera menghampirinya. "Tunggu sebentar, saya akan memanggil Shemhazai-sama dan Baraqiel-sama."

Perawat itu segera pergi meninggalkan Azazel yang sedang menelusuri ingatannya sendiri.

'Terakhir kali aku sadar adalah ... aku melihat sosok Ayah ... lalu ... Ugh, kepalaku sakit!' Azazel memegangi kepalanya sendiri sambil sedikit memijatnya. Ingatan-ingatan tentang kejadian sebelumnya terus mengalir dan campur aduk di otaknya. 'Benar! Dunia telah....?'

Sebelum dia bisa merenung lebih jauh, pintu ruangan didobrak terbuka dan dua orang masuk.

Itu adalah seorang pria tampan berusia dua puluhan, dengan rambut perak-putih dan mata ungu. Yang lain adalah seorang pria paruh baya, tampak kasar dengan rambut hitam, jenggot yang serasi dan tubuh yang berotot.

"Shemhazai, Baraqiel, kamu...." Azazel tertegun melihat mereka dan tiba-tiba memasang ekspresi yang sulit. 'Ugh, bahkan setelah bangun, kepalaku masih berdenyut.'

"Apa yang terjadi, Azazel? Kamu tampak linglung..." Baraqiel segera duduk dikursi sebelahnya.

"Untuk sesaat ... aku melihat sosok Ayah..." Azazel bergumam dengan suara rendah.

Shemhazai menatapnya dengan aneh dan berkata, "Kamu memainkan lelucon lagi."

Azazel mengabaikannya dan malah bertanya, "Berapa lama aku tidak sadar?"

"Umm, tiga hari?" Shemhazai menjawab dengan tidak sadar lalu menoleh ke Baraqiel dan mendapat anggukan darinya.

"Lebih penting lagi, apa yang terjadi padamu? Saat kami menemukanmu, kondisimu terlihat tidak baik, pakaianmu juga compang-camping."

Azazel tiba-tiba tersentak oleh ingatannya, "Benar! Orang gila itu bertarung dan menyebabkan dunia dalam masalah besar!"

Shemhazai menatapnya seperti orang idiot, "Tidurlah, kamu masih bermimpi."

Azazel mengabaikannya dan malah bertanya, "Bagaimana kondisi dunia saat ini?"

Shemhazai dan Baraqiel bertanya-tanya apakah kepala Azazel terbentur atau apa, tapi mereka tetap menjawab:

"Dunia masih baik-baik saja. Hanya saja, di tempat kami menemukanmu, terdapat sebuah kubah penghalang sebelumnya yang sekarang telah menghilang. Mungkinkah kamu tahu apa yang terjadi mengingat kamu ada didalam saat itu?"

Azazel yang mendengarnya tiba-tiba memijat pelipisnya, dia merenung sejenak sebelum tertawa: "Jadi begitu.. Hahaha! Mereka benar-benar melakukannya! Itu adalah suatu hal yang bahkan Dewa Naga pun tidak bisa melakukannya!"

Ingatannya jelas sudah kembali saat dia mengingat makhluk yang menyerupai Ayahnya dan sesosok Iblis hitam bekerja sama untuk memutar balikkan arus waktu dunia ini.

"Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi..." Dia menunduk saat ekspresinya berubah menjadi merenung, tapi matanya terdapat ketakutan yang disembunyikan.

"Sudah kuduga, kamu tahu sesuatu yang terjadi didalam penghalang, kan?"

Azazel hanya menatapnya sejenak sebelum menghela nafas. "Bahkan jika aku memberitahuimu, kamu tidak akan percaya."

"Katakan saja."

"Lupakan, ini belum waktunya untukmu atau seluruh dunia mengetahuinya."

Shemhazai dan Baraqiel melihat keseriusan pada ekspresi dan nada Azazel, yang membuat mereka mengangguk.

"Untuk saat ini, lakukanlah aktivitas kita seperti biasa. Dan waspadalah dengan Kota Kuoh, jangan menimbulkan masalah disana." Azazel berkata sambil mengingat kelompok berbahaya yang dipimpin oleh Asheel.

"Ada apa dengan Kuoh?"

"Disana terdapat harimau berjongkok dan naga tersembunyi."

"....."

Shemhazai dan Baraqiel tidak bisa berkata-kata saat melihat keseriusan diwajah Azazel.

"Apakah kamu terlalu banyak membaca novel cina?"

Azazel tidak bereaksi atas komentarnya dan malah berpikir keras dalam benaknya.

Melihat Azazel tidak berkata apa-apa, Shemhazai dan Baraqiel saling memandang dan mengangguk.

"Sepertinya kamu baik-baik saja, Azazel. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, maka pulihlah dengan cepat sehingga bisa meringankan bebanku."

Tanpa menunggu Azazel selesai berpikir, Shemhazai sudah meninggalkaan ruangan.

"Kami pamit kalau begitu."

Baraqiel membungkuk terlebih dahulu ke Azazel sebelum keluar.

"....."

Suasana di ruangan menjadi hening sesaat sebelum Azazel tersadar dari pikirannya dan mengetahui jika Shemhazai dan Baraqiel telah pergi.

"Aku ingat jika tubuhku terluka sangat parah... apakah sosok Ayah yang menolongku itu nyata?" Azazel bergumam sambil mengingat-ingat, dia merasakan bahwa tubuhnya sangat sehat dan dia dalam kondisi puncaknya sekarang.

Padahal sebelumnya energi kehidupannya telah terbakar hanya untuk melindungi dirinya, tubuhnya menguap, dan bahkan organ dalamnya terluka.

Sekarang dia merasa terlahir kembali.

"Nah, kurasa itu akan menjadi misteri terbesar dalam hidupku."

Dia membaringkan posisi tidurnya sebelum menutup mata.

...

".... Bahkan aku belum bertemu dengannya, tapi dia sudah pergi...."

Suara seorang wanita terdengar di salah satu ruangan di kondomonium Asheel.

"Tolong lebih memperhatikan diri Anda sendiri, Yasaka-sama."

Pelayan didepannya hanya bisa membujuknya dengan ekspresi tak berdaya.

"Tapi...!"

Yasaka membanting gelasnya dimeja saat wajahnya sendiri bersandar di tangannya.

"Sialan, Asheel!" Dia mengutuk sekali lagi.

Hanya mengingat saat dia harus menghibur Kunou yang menangis sangat lama setelah mengetahui jika Asheel sudah pergi untuk jangka waktu yang tidak diketahui membuatnya frustasi.

"Aku akan memeras sesuatu darinya saat aku melihatnya lagi!"

Albedo yang juga berada disebelahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. Dia tidak terlihat mabuk setelah minum alkohol, masih menampilkan sikap anggun dan juga senyumnya yang biasa.

Tapi didalam hatinya, dia juga merasa sedih saat Asheel tiba-tiba pergi. Dia tahu itu egois karena Asheel pergi untuk kebaikan mereka juga, tapi dia tidak bisa menahan emosinya.

Namun, dibandingkan dengan Yasaka, dia masih relatif lebih tenang. Lagipula. ini bukan pertama kalinya Asheel tiba-tiba pergi dari sisi mereka. Tapi kali ini bahkan kepergiannya juga membawa Sera, yang jarang terjadi sebelumnya.

Asheel memang harus pergi ke dimensi lain setiap minggunya, tapi dia hanya pergi selama beberapa jam.

Kalian mungkin tidak tahu, tapi Asheel juga memiliki urusannya sendiri di dimensi lain selain dirinya yang bermalas-malasan.

Sera juga sama, dia sering pergi tapi kembali lebih cepat daripada Asheel.

"Yah, kita hanya bisa membuat Asheel-sama memuji kita atas kemajuan yang kami berikan."

"Albedo..." Yasaka menoleh dengan susah payah dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Apakah kamu tidak merasa kesepian?"

Albedo terdiam sejenak sebelum mendesah, "Akan bohong jika aku tidak merasa kesepian tanpa Asheel-sama dan juga Sera-sama, tapi beliau harus pergi agar bisa bersama kita lebih lama lagi."

"Bukan itu maksudku..."

"Lalu apa?" Albedo menatapnya dengan bingung.

"Siapa yang akan memuaskan kita saat aktivitas malam tiba?"

"....."