webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Perpisahan

"Mereka benar-benar melakukannya," Asheel menghela nafas setelah dia selesai dengan memasang segel ditubuhnya sendiri. Bukan segel untuk membatasi dirinya, hanya segel untuk menahan auranya.

Dia lalu tersenyum ke arah mereka yang telah pulih, dan mereka semua juga menghampirinya.

"Asheel-sama, saya telah berhasil dengan tugas yang Anda berikan." Diablo membungkuk ke arahnya dengan senyuman yang tidak bisa disembunyikan diwajahnya.

"Asheel-sama! Asheel-sama! Aku juga!" Mare juga melompat ke arahnya dengan mata berharap untuk mendapatkan pujian.

Asheel tersenyum dan menepuk kepala Mare, "Kerja bagus, Mare. Mungkin aku tidak bisa membalas kerja kerasmu, tapi jika ada yang kamu inginkan, katakan saja!"

"A-Akan saya pikirkan, Asheel-sama." Mare tahu dia tidak bisa menjawab dengan 'ingin terus bersama di sisinya', jadi dia hanya bisa menjawab dengan ini karena dia tidak bisa memikirkan apapun.

Asheel lalu menoleh ke arah Diablo dan bingung bagaimana dia harus memujinya, dia tidak memiliki hobi untuk menepuk kepala seorang pria. "Yah, kerja bagus disana, Diablo. Sama seperti Mare, jika kamu menginginkan sesuatu, katakan padaku!"

"Untuk bisa terus melayani Anda sudah cukup bagi saya," kata Diablo.

"Asheel-sama, saya akan terus bekerja keras agar bisa menerima hadiah dari Anda." Albedo tiba-tiba berkata dari samping.

"Saya juga, Asheel-sama!" Aura mengikuti.

Asheel hanya menghela nafas, "Sebenarnya jika kalian menginginkan sesuatu, kalian bisa mengatakannya kepadaku."

Mereka semua hanya tersenyum atas kata-katanya.

Asheel tiba-tiba memasang ekspresi serius tapi masih berkata dengan nada yang normal, "Nah, kurasa cukup sampai disini. Setelah ini, aku harus pergi."

Mereka semua menjadi sedih dan murung saat mendengarnya, dan Albedo langsung bertanya: "Asheel-sama, jika boleh tahu ke mana tujuan Anda akan pergi?"

Asheel menghela nafas saat menatapnya, "Sebelum itu, Albedo. Kamu boleh tidak terlalu formal saat berbicara denganku, lho."

"Walaupun Anda telah menjadikan saya seorang wanita, saya akan terus menjadi bawahan setia Anda." Albedo menjawab dengan senyum yang tak tergantikan di wajahnya.

Asheel hanya mendesah tak berdaya dan menyatakan tujuannya, "Dengan keadaanku saat ini, aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi atau dimensi ini akan runtuh. Aku bersama Sera harus pergi untuk menyelesaikan masalahku sebelum bisa kembali ke sini."

Mereka semua memahami hal itu, tetapi masing-masing dari mereka juga ingin bisa berguna juga untuknya.

"Asheel-sama, apakah ada yang bisa kami lakukan untuk Anda?"

Mereka semua menatapnya dengan penuh harap.

"Maafkan aku, masalah ini jauh dari jangkauan kalian saat ini. Untuk sekarang, lakukanlah aktivitas seperti biasa dan tunggu aku, mungkin beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun tapi aku berjanji akan kembali pada kalian." Asheel berkata dengan penuh kerinduan pada mereka.

"Asheel-sama...."

Mereka hanya bisa pasrah dan berjanji pada diri mereka sendiri untuk menjadi lebih kuat agar bisa berguna bagi Tuannya.

"Kepemimpinan kalian akan diambil alih oleh Momonga, aku akan memintanya."

Mereka semua mengangguk dengan sedih.

"Sebelum itu, Mare..." Asheel melihat sekeliling dan melihat banyak kawah akibat pertempurannya dengan Ophis sebelumnya. "Bisakan kamu memulihkan daerah ini seperti semula?"

"Ya, Asheel-sama!" Mare membungkuk ke arahnya dan mengambil tongkatnya, kemudian tubuhnya diselimuti cahaya hijau.

Gelombang hijau muncul dari tubuhnya dan menyebar ke daerah disekitarnya. Gelombang terus melaju melewati gunung, bangunan dan karang yang hancur, serta hutan.

Seperti yang sudah dibilang, daerah dalam penghalang sudah terpisah oleh ruang dan waktu di dimensi ini, dan karena itu efek dari pembalikkan waktu sebelumnya tidak mempengaruhi tempat ini.

Akibatnya, dampak pertarungan yang terjadi sebelumnya juga tidak pulih. Hutan masih terbakar dan banyak kawah yang muncul, walaupun cuaca sudah tenang, tapi laut masih bergelombang saat mereka semua berdiri diatasnya.

Melihat sekeliling sekali lagi lalu ke bawah, dia tahu jika itu tidak bisa memulihkannya sepenuhnya.

"Aku harus melakukan sesuatu pada populasi laut yang mati..."

Mungkin nyawa manusia yang berada didaerah ini tidak kembali, namun jiwanya masih terperangkap di penghalang. Tapi hewan dan tumbuhan....?

Dia lalu menoleh ke Kehendak Dimensi, "Aku akan menyerahkan sisanya kepadamu."

Kehendak Dimensi yang selama ini diam, tiba-tiba menjadi muram.

"Bukankah kamu yang seharusnya bertanggung jawab?" Dia berkata dengan mengeluh.

"Aku bertanggung jawab? Lalu..."

Asheel mengangkat tangannya dan akan mengerahkan energinya...

"Berhenti! Berhenti! Aku mengerti, akulah yang akan mengurus sisanya!" Kehendak Dimensi ingin menangis saat ini.

Asheel tersenyum riang kembali, "Oh, kalau begitu lakukanlah sebelum penghalang ini hilang. Kamu tidak bisa eksis didunia tanpa penghalang ini."

"Aku tahu!"

"Sepertinya hanya cukup sampai disini saja," Asheel lalu menoleh ke arah Ophis. "Kalau begitu, Ophis. Pimpin jalannya!"

Ophis yang selama ini bermain bersama Yukane akhirnya menatapnya dan mengangguk.

Dia lalu melambaikan tangannya sebelum pintu portal yang sangat indah muncul dari ketiadaan.

Seketika, aura mendominasi dan menindas muncul dari pintu itu. Mereka semua bisa merasakan keagungan darinya hanya dengan melihatnya.

"Apa itu?" Shalltear bertanya sambil berkeringat.

"Itu adalah pintu yang menghubungkan Alam yang lebih tinggi!" Demiurge menganalisis.

"Tidak bisa dipercaya, itu adalah pintu menuju Alam Dewa yang mengatur kita semua!" Kehendak Dimensi berseru tiba-tiba yang membuat mereka semua menoleh ke arahnya, tapi dia mengabaikannya saat seluruh pandangannya tertuju pada pintu.

"Aku tidak menyangka kamu mempunyai benda ini," Asheel berkata sambil menepuk kepala Ophis.

"Benda ini juga diberikan oleh-Nya, dan pintu ini hanya sekali pakai."

"Yah, tentu saja dia tidak akan membiarkan makhluk yang lebih rendah berkeliaran dengan bebas antar tingkatan Alam." Asheel mengangguk mengerti.

Dia lalu menoleh ke arah Sera dan mengulurkan tangannya, "Aku akan berada dalam perawatanmu setelah ini."

"Tenang saja, aku akan memperlakukanmu dengan baik." Sera mengambil tangan itu dan menggenggamnya.

Mereka bertiga lalu berbalik dan menatap Albedo, Shalltear, Mare, Aura, Demiurge, Diablo, Yukane, dan Kehendak Dimensi.

"Kami pergi!" Asheel, Ophis dan Sera berkata bersamaan sambil melambaikan tangannya sebelum melompat ke pintu, dan seketika pintu itu menghilang.

"....."

Keheningan yang aneh menyelimuti suasana disana. Albedo akhirnya memecah kesunyian:

"Kita tidak bisa terus seperti ini. Saat Asheel-sama dan Sera-sama kembali, kita akan menunjukkan kemajuan kita!"

Para bawahan Asheel yang tertinggal mengangguk setuju secara bersamaan.

Demiurge menyesuaikan kacamatanya, "Kalau begitu kita akan membahasnya di rumah, aku yakin jika banyak orang akan datang setelah menyadari keberadaan penghalang yang dipasang disini. Ayo kita kembali!"

Mereka semua setuju pada Demiurge kecuali Diablo saat dia berkata:

"Maafkan aku, Demiurge-dono. Tapi aku hanya memiliki kesetiaan pada Rimuru-sama dan Asheel-sama. Aku akan kembali ke tempat asalku kalau begitu."

Setelah mengatakan itu, Diablo membungkuk ke arah mereka dan melambaikan tangannya sebelum portal antar dimensi muncul, dan dia memasukinya.

Para Guardian Floor hanya menatapnya dengan berbagai cara, jijik, marah, terhina, dan sebagainya. Yah, mereka masih menganggap Diablo sebagai orang luar.

Terutama Shalltear yang ekspresi merendahkannya tidak bisa disembunyikan di wajahnya, tapi mereka semua tahu jika Diablo lebih kuat dari mereka semua.

Mereka tidak tinggal lebih lama lagi saat Shalltear membuka Gate untuk mereka semua kembali.

"....."

Kehendak Dimensi dan Yukane yang ditinggakkan terdiam saat saling menatap satu sama lain.

"Great Red...."

"Aku Yukane Ryuumatsu!" Yukane menyangkalnya.

"Kalau begitu, Yukane. Kembalilah ke Celah Dimensi..."

"Hmph! Tanpa kau suruh pun aku akan kembali sendiri!" Yukane mendengus sebelum membuka Gerbang Naga dan memasukinya.

Kehendak Dimensi yang ditinggalkan sendiri hanya bisa menghela nafas. Dia sedikit tercengang dengan sikap Yukane yang sekarang seperti seorang gadis. Tapi itu hanya sesaat sebelum dia memikirkan dimensinya sendiri. Yah, dia harus mengawasi aktivitas Demiurge dan yang lainnya saat dia sudah selesai dengan pekerjaannya disini.

Dia masih harus memulihkan tempat ini sebelum membubarkan penghalang.

Dan begitulah, dia selama beberapa jam sibuk untuk memulihkan tempat ini. Tapi tiba-tiba dia menemukan seseorang yang sekarat di tengah prosesnya.

"Bukankah ini Azazel, Pemimpin Tertinggi Malaikat Jatuh? Apakah dia terlibat juga?" Kehendak Dimensi hanya menatapnya sejenak sebelum melambaikan tangannya, dan seketika, semua luka Azazel yang dia terima sebelumnya langsung pulih ke keadaan puncak.

"Aku tidak bisa terganggu lagi dengan ini..." Dia lalu mengabaikannya dan melanjutkan memulihkan lingkungan dan jiwa yang berada di tempat ini.

Yang tidak dia tahu, Azazel hanya pingsan beberapa saat yang lalu dan dia masih menyaksikan semua hal yang terjadi di tempat ini, termasuk pembalikkan waktu dunia.

Cerita berikutnya Asheel, Sera, dan Ophis akan pergi ke dunia lain.

Penulis juga butuh pergantian suasana.

xd

Thx

Nobbucreators' thoughts