webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Rencana

Di kondomonium Asheel.

Seorang pria berkacamata bulat, dengan rambutnya disisir ke belakang, mempunyai ekor, dan mengenakan setelan orange bergaris putih vertikal sedang duduk di sofa.

Di hadapannya adalah seorang wanita berambut hitam panjang, pupilnya berwarna emas, dengan mulutnya yang selalu membentuk senyuman, mengenakan gaun putih, serta memiliki sepasang tanduk dan sayap.

Meja didepan mereka berisi cangkir teh dan beberapa makanan ringan yang disiapkan oleh pelayan di sudut.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" Wanita itu bertanya kepada pria didepannya sambil menyeruput cangkir tehnya.

"Hmm..." Pria itu meletakkan tangannya di dagunya, ekspresinya serius saat membaca laporan di depannya. "Apakah ini benar-benar berasal dari Asheel-sama?"

Kata pria itu menatap wanita yang menjadi lawan bicaranya.

Wanita itu mengerutkan kening, dan berkata dengan nada yang sedikit marah. "Apakah kamu meragukanku, Demiurge?"

Aura yang tidak mengenakkan keluar dari sosok wanita itu.

"Bukan begitu, Albedo..." Seolah tekanan yang dikeluarkan wanita itu tidak pernah mempengaruhinya, Demiurge mengambil biskuit, memasukkannya ke dalam mulutnya, dan perlahan mengunyahnya. "Aku mempunyai beberapa kemungkinanku sendiri."

"Baik..." Albedo menurunkan tekanan yang dia keluarkan sampai menghilang begitu saja. Dia melihat pelayan homonculus yang gemetar ketakutan di sudut sebelum mengabaikannya, "Lanjutkan!"

Demiurge mengetukkan jarinya di meja. "Kemungkinan pertama, Asheel-sama tidak ingin menarik perhatian yang tidak diperlukan jika tidak mendatangkan manfaat atau ketertarikan. Beliau hanya ingin mendapat kedamaian bersama dengan orang-orang disekitarnya."

Albedo mengangguk, "Hmm, itu mungkin saja jika itu adalah Asheel-sama."

Demiurge melanjutkan, "Kemungkinan kedua, Asheel-sama benar-benar mengabaikan apa yang ditawarkan dunia ini kepadanya. Beliau tidak peduli lagi apakah akan mengikuti arus kejadian atau tidak, dan menyerahkannya kepada kita. Yang berarti, Asheel-sama memberi kita pilihan. Taklukan dunia ini atau tidak!"

Albedo berpikir sejenak dan berkata, "Yang ini terlalu beresiko. Kita tidak tahu apakah Asheel-sama benar-benar akan terlibat dengan kekuatan di dunia ini atau tidak. Sekali kita memilih pilihan yang salah, walaupun beliau mungkin akan memaafkan kita, tapi kita hanya akan mengecewakannya."

"Karena itu, kita harus memberikan semua kebijaksaan kita untuk memilih! Kita benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh para Supreme Being dengan kecerdasan kita yang rendah apabila dibandingkan dengan-Nya." Demiurge mengangguk setuju atas pendapat Albedo. "Kemungkinan ketiga, Asheel-sama telah memiliki ketertarikan dengan kekuatan dunia ini, dan hanya bertindak seminimal mungkin. Kita bahkan mungkin tidak menyadarinya, tapi Asheel-sama telah memikirkan sebuah rencana dan memulainya. Jika kita memasuki rencana beliau tanpa mengetahui apa-apa, kita hanya akan dikutuk!"

"Benar, jika kita merusak rencana Asheel-sama, kita akan gagal sebagai bawahannya. Asheel-sama mungkin ingin membuat kemajuan untuk kita para bawahan. Seperti dalam hal kekuatan, cara berpikir, menyusun rencana atau aspek lainnya. Jika beliau benar-benar memberikan kesempatan bagi kita, kita tidak boleh mengecewakannya!"

"Aku setuju denganmu, Albedo..." Demiurge berpikir sejenak sebelum bertanya, "Apakah kamu tahu apa yang dilakukan Asheel-sama akhir-akhir ini?"

Albedo tiba-tiba teringat sesuatu. "Benar juga, Asheel-sama memintaku untuk memberikan hasil penyelidikan kita atas sistem kekuatan di dunia ini. Terutama laporan tentang Iblis di kota ini. Sepertinya beliau mulai tertarik."

"Begitu, Asheel-sama sudah memiliki ketertarikan terhadap sistem kekuatan ini. Aku akan menyerahkan laporannya padamu nanti." Kata Demiurge saat dia memakan biskuit lagi.

Albedo mengangguk dan menambahkan, "Juga, Asheel-sama akhir-akhir ini sibuk karena beliau membangun sebuah kafe yang lokasinya tidak jauh dari sini. Asheel-sama juga mempekerjakan para saudari Pleiades untuk menjadi karyawannya."

Demiurge mendengarkan dan membuat kesimpulan. "Asheel-sama melakukan itu kemungkinan untuk membiasakan para Pleiades dengan para makhluk di luar Nazarick. Tapi, beliau menggunakan Pleiades begitu cepat, mungkin Pleiades sudah memiliki perannya sendiri dalam rencananya."

Albedo berkata sekali lagi, "Aktivitas lainnya, beliau mengunjungi gereja terakhir kali, lalu terdapat dua anak kecil yang akhir-akhir ini sering berinteraksi bersamanya."

Demiurge sedikit tersesat dengan pemikiriannya. "Gereja, hmm.. apa yang menarik pehatian beliau disana? Asheel-sama biasanya akan tertarik dengan hal-hal baru. Apakah agama itu sendiri, atau apakah beliau sedang memastikan sesuatu?"

Setelah itu, sebuah pemikiran terlintas di benaknya. "Keberadaan Tuhan?"

Karena ada agama di dunia ini yang menyembah Tuhan, Demiurge menyimpulkan bahwa Asheel tertarik dengan entitas Tuhan ini. Demiurge juga memikirkannya dan tertarik akan hal itu, bagaimanapun penduduk Nazarick menganggap penciptanya sebagai Tuhannya sendiri. Jadi bagaimana dengan Tuhan yang lain? Apakah hamba-hamba Tuhan menyembahnya karena dia menciptakannya? Atau apakah Tuhan memberikan berkahnya?

Albedo juga memikirkan hal itu sejak dia mendengar gumaman Demiurge.

Demiurge lalu berkata, "Sebaiknya kita menyelidiki identitas dua anak itu, mungkin mereka membawa sebuah petunjuk."

"Baik!" Albedo mengangguk. Dia memiliki pasukannya sendiri yang bisa melakukan beberapa hal, termasuk mengawasi pergerakan Asheel, mengumpulkan informasi, atau lainnya. Dia lalu bertanya, "Lalu, langkah mana yang akan kita ambil?"

"Sebaiknya kita mengambil jalan aman. Di kota ini terdapat banyak Iblis liar yang berkeliaran, karena itu pasti akan ada semacam pengawas yang ditugaskan oleh kekuatan di atasnya. Kita akan menggunakan pengawas ini untuk alat kita."

"Apa kamu bermaksud untuk menggunakannya sebagai boneka kita?" Tanya Albedo dengan mata licik, wajahnya masih sama dengan senyumannya yang tidak pernah lepas. Tapi semua orang disekitarnya tahu bahwa Albedo menggunakan senyuman menawan itu untuk menyembunyikan segala emosinya. Bahkan jika dia marah, merasa jijik, atau sedih, dia akan menggunakan senyuman itu untuk menyembunyikannya, sementara matanya hanya akan bersinar dengan berbagai cara.

Demiurge menyeringai sebelum berkata, "Benar! Kita tidak tahu apa yang direncanakan Tuan kita. Mencari informasi dan menyelidiki, serta mengendalikan kota ini di balik bayang-bayang adalah hal yang bisa kita lakukan untuk saat ini."

"Kalau begitu sudah diputuskan!" Albedo berdiri dari tempatnya dan melangkah pergi. Tapi sebelum itu dia berkata kepada Demiurge, "Kita harus bertemu secara rutin dan mendiskusikan langkah kita selanjutnya."

Demiurge mengangguk dan melihat punggung Albedo perlahan menjauh sebelum tersenyum. Dia mendorong kacamatanya dan menghilang dari tempatnya.

...

Asheel keluar bersama Issei dan Irina, benar-benar menyerahkan pekerjannya ke Narberal. Dia merasa bahwa dia telah menyalahgunakan posisinya sebagai atasan dan merasa berdosa karenanya. Tapi bagaimanapun, kulitnya sangat tebal sehingga dia masih baik-baik saja dengan itu dan tidak berubah pikiran.

Mengikuti di belakangnya, Issei dan Irina masing-masing memakan es krim dengan gembira.

"Irina, kamu mau mengajak kami ke mana?" Issei bertanya sambil menjilati es krimnya.

Irina tersenyum, "Hehe, aku akan menunjukan kepadamu nanti! Untuk sekarang, ikuti saja aku!"

Asheel hanya menggelengkan kepalanya. Sebelumnya dia menghubungi orang tua mereka berdua, dan mereka baik-baik saja dengan Asheel bermain dengan anaknya. Dia merasa bahwa profesinya berganti menjadi pengasuh anak.

Irina membawa mereka ke tempat yang agak terpencil, jauh dari keramaian kota. Setelah sampai, mereka bisa melihat sebuah bangunan yang ditinggalkan. Halaman depannya masih hijau dengan rumput liar dan banyak sisa-sisa bahan konstruksi dimana-mana.

Irina tersenyum bangga dengan kedua tangan di pinggang. "Hehe, mulai sekarang, ini akan menjadi markas kita! Tempat ini juga bisa menjadi tempat bermain yang bagus!"

Issei mengeluh karena tempatnya berbeda dari yang diharapkannya. "Ehh! Kupikir kamu akan membawa kita ke taman. Bukankah di sana juga bisa menjadi tempat bermain?"

"Kamu tidak mengerti, Issei-kun. Ini adalah kebanggaan tersendiri memiliki markas untuk kita! Ini benar-benar diperlukan!"

Sementara Issei dan Irina berbicara diantara mereka sendiri, Asheel mengerutkan kening. Dia merasa bahwa seseorang dengan energi yang alami berjalan perlahan ke arahnya.

Jika hanya dia sendiri, maka itu akan baik-baik saja. Tapi di depannya ada dua anak kecil yang saling memperebutkan suara mereka.

'Apa yang harus dilakukan?'

Aku tidak tahu bagaimana interaksi anak-anak jadi itu hanya omong kosong.

Fakta bahwa kedua jenius itu berinteraksi juga menggangguku, apakah mereka sudah cukup untuk membawakan perannya?

Nobbucreators' thoughts