webnovel

Bab 1 : Foto Usang

Jika kamu mendengarnya, percayalah bahwa dia pada akhirnya datang... Di setiap malam mu dan terus menerus memanggilmu.

Aku kembali membaca dua kitab itu berulang-ulang, para perawat tidak ingin semuanya salah mereka hanya ingin kebenaran dan kesalihan yang kuat.

Aku tidak ingin menepis rasa sakit dari apa yang ku rasakan saat ini. Biarawati dan para perawat hanya mengatakan aku cukup nakal untuk menerima semua itu.

Aku memang terkenal nakal dan aku tidak menyesalinya sama sekali. Desisan karena rasa sakit yang tadi perawat berikan karena aku melukai kaki dan juga tanganku masih terasa hingga saat ini.

Jadi mereka hanya memberikan hukuman untuk membaca kitab suci dan tidak mengulangi perbuatanku yang ingin kabur dari panti ini.

Aku sama sekali tidak mengerti mengapa hanya anak-anak yang berumur tujuh belas tahun yang boleh pergi dari tempat ini, mengapa anak-anak sepertiku belum boleh untuk pergi ke dunia yang luar? Apakah mereka takut anak-anak sepertiku tidak bisa bertahan?

"Pssst..." Suara Carlisle yang berat langsung membuatku mencari keberadaannya.

Dan benar saja saat itu dirinya tengah mengintip dari jendela yang ada di ruangan tempat anak-anak nakal seperti ku menghapal banyak kalimat-kalimat nasihat yang bermoral.

"Apa?" Bisikku padanya karena takut itu bisa membuat Carlisle ketahuan.

"Aku membawakan mu makanan."

Carlisle melemparkan sebungkus roti yang kemungkinan diambilnya secara diam-diam dari kantin dan sebuah apel merah yang menggoda.

Aku tersenyum padanya dan mengacungi jempol kepadanya.

"Darimana kau mendapatkannya?"

"Itu rahasia." Bisiknya lagi.

Aku tersenyum dan langsung mengambil makanan itu, Carlisle beranjak pergi setelah memberikan tanda perginya.

Carlisle adalah anak laki-laki yang baik, dia dua tahun lebih tua dariku dan berambut indah. Wajahnya juga bersih dan mungkin karena dia sebentar lagi menginjak usia kedewasaan mulai tumbuh ketampanan dan kecenderungan yang ramah di wajahnya.

Para perawat menyukai kehadirannya yang memang selalu menyegarkan dan santun.

Dia menjadi salah satu yang paling disegani disini karena ketaatannya dan juga karena dia sangat luar biasa dalam segala hal.

Aku sendiri beruntung bisa berbagi persahabatan dengan anak itu, mungkin karena sejak kedatangannya aku sudah berusaha mengajarkan tentang bagaimana agar dia bisa beradaptasi membuatnya menjadi teman terbaik yang ku miliki hingga saat ini.

Para perawat mengatakan bahwa aku sangat cocok untuk menjadi saudara Carlisle karena kemiripan kami di bagian mata tapi ada juga yang mengatakan bahwa mungkin aku dan Carlisle suatu saat berjodoh, namun aku tahu bahwa semua itu adalah kebodohan yang mutlak. Tidak ada yang lebih daripada persahabatan yang kami miliki dan itu adalah hal terindah yang kami miliki.

Aku telah selesai makan dan mulai melirik banyak hal di ruangan ini, aku baru menyadari bahwa selama ini ruangan yang biasanya menjadi tempat untuk introspeksi diri memiliki banyak buku-buku.

Aku tidak terlalu tertarik dengan bacaan apapun sehingga aku hampir tidak pernah menyadarinya yang ada di ruangan ini.

Karena bosan dan sudah hapal di luar kepala mengenai isi buku kebajikan, aku mulai dengan iseng mencari-cari buku yang menurutku layak untuk dibaca.

Semuanya membosankan, hampir tidak ada yang bagus dan menarik. Aku hampir saja pergi ketika sebuah buku jatuh dan mengenai kaki ku.

Aku mengambilnya dan ingin menaruhnya di tempat asalnya, tapi ketika aku melihat keusangan buku itu aku segera membukanya karena penasaran.

Awal buku itu hanya beberapa foto anak-anak panti yang mungkin sudah pergi dari panti ini sejak lama. Fotonya sangat usang dan aku yakin orang-orang yang ada di foto itu sudah memiliki keluarga atau bahkan mati saat ini.

Yang menarik perhatianku adalah foto di halaman ke tiga yang ku buka. Disitu ada tulisan angka 1765 yang menurutku mustahil. Para perawat disini mengatakan bahwa panti baru dibuka tahun 1800-an dan mustahil ada banyak sekali anak-anak yang tinggal disini.

Namun, aku bisa melihat ada lima belas anak. Baik laki-laki maupun perempuan saling berdiri menghadap kamera.

Aku juga sedikit memutar otakku karena yang ku tahu keberadaan kamera baru muncul satu tahun sebelum aku lahir ke bumi.

Jadi darimana foto ini berasal? Anak-anak panti itu mengenakan pakaian yang aneh dan sepertinya bukan berasal dari tempat dimanapun di bumi ini.

Aku menatap lama foto itu karena aku perlu memastikan sesuatu dan yang ada satu hal yang membuatku tertarik.

Foto anak dengan rambut yang panjang dan terkesan aneh di foto itu membuatku merinding. Anak itu jelas tidak ditempatkan di kelompok para anak-anak panti.

Dia terlihat ketakutan dan panik.

Jadi apakah anak itu bukanlah anak panti? Tapi mengapa dia ikut berfoto dengan para anak-anak itu?

Aku masih terus berpikir sampai akhirnya suara derap langkah membuatku memilih merobek foto yang ku temukan itu.

Aku sebetulnya ingin mengambil buku yang ku temukan tapi itu tidak bisa karena mungkin para perawat akan curiga denganku.

"Elrys? Apakah kau sudah menghapal bagianmu?" Suara perawat Emma terdengar begitu jelas dan dia sempat melirik dengan tanda tanya di wajahnya karena keadaanku yang mematung.

"Ya, aku sudah siap dari tadi, Miss."

"Kalau begitu, kau boleh pergi."

Perawat Emma menyuruhku pergi dan aku segera pergi dengan berlari.

Aku segera melangkah ke ruangan yang ada di atas menemui Carlisle karena aku yakin dia pasti akan senang mendengar apa yang sudah ku temukan.

Jadi aku mencarinya, di sudut ruangan atas dan itu tidak membuatku menemukannya.

Carlisle ternyata sedang duduk di ruang rekreasi bersama teman laki-lakinya yang lain dan aku agak ragu untuk menemuinya.

"Elrys?"

Aku hampir pergi tapi Carlisle benar-benar mengenalku bahkan hanya dengan langkah kakiku.

"Apa yang kau lakukan disini?" Carlisle bertanya dan segera beranjak ke arahku.

"Ehhh aku ingin menemui mu tapi sepertinya kau sibuk saat ini."

Carlisle menatapku dan tidak ada rasa penasaran dalam wajahnya.

"Aku tidak sibuk, ayo katakan padaku apa yang ingin kau katakan."

Aku terdiam dan kemudian menyuruhnya ikut bersamaku, Carlisle tidak menolak dan aku senang karenanya.

Kami berjalan cukup jauh dari keramaian anak-anak panti dan aku segera mengeluarkan foto yang ku ambil secara paksa.

"Carlisle, apa menurutmu foto ini benar-benar nyata?"

Carlisle mengambil foto itu dan dia mengernyit, "fotonya sudah terlalu tua... Darimana kau mengambilnya? Ku pikir itu foto anak-anak panti sebelum kita."

"Ya, aku juga berpikir begitu.... Carl, menurutmu kapan kamera pertama kali ditemukan?"

"Jika aku tidak salah, mungkin tahun 1826? Itu satu tahun setelah aku lahir."

Aku mengangguk kecil.

"Ada apa dengan itu?"

Aku kali menggelengkan kepalaku karena aku tidak begitu ingin mengatakan apapun pada Carlisle.

Carlisle yang memegang foto itu sebenarnya sudah mengubah raut wajahnya dan itu membuatku merasa aneh.

"Kau tidak mengambilnya dari para perawat kan El?"

"A-aku tidak!"

"Jangan bohong padaku El, katakan apakah kau melakukan sesuatu yang berbahaya?"

"Aku tidak pernah melakukan apapun Carl, aku bersumpah!" Aku mengangkat kedua jemariku agar Carlisle percaya bahwa aku tidak melakukan.

"Jangan mencari masalah dengan apa yang tidak bisa kau atasi El, percayalah padaku bahwa itu akan membuatmu sulit kembali."

Carlisle mengatakan hal itu sambil pergi dan aku hanya terpaku.

Mengapa dia mengatakan hal yang aneh kepadaku? Sungguh tidak bisa dipikirkan olehku bahwa Carlisle bisa berpikir seperti itu.

Mengapa aku tidak bisa kembali jika aku melakukan kesalahan?