webnovel

TPST - Dipaksa Pulang

"Kalau lo gak suka sama gue, ya udah akhiri aja hubungan ini!" jerit Aksena dengan menggunakan nada bicara yang cukup tinggi.

Kalimat yang baru saja Aksena ucapkan membuat kedua bola mata Mervin membulat, dia sama sekali tidak ada maksud untuk mengakhiri hubungan ini, bahkan bukan dia yang sepenuhnya tidak suka, melainkan ada sebuah perasaan cemburu saat perempuan yang dia suka, dia sayang menjadi pusat perhatian banyak cowok.

"Kalau bilang sama Bokap lo kalau anak ceweknya lagi di sini dengan penampilan seperti sekarang, kayaknya seru ya?" tanya Mervin yang semakin santai dalam berucap, dia tidak ingin membeberkan rasa tidak rela yang dia miliki.

Mampus deh gue, kalau kayak gitu gimana nasib gue?

Aksena panik sendiri dengan hal ini, karena pada dasarnya memang dia tidak jujur akan hal ini, dia hanya bilang akan pergi ke luar bersama dengan teman-temannya, sebab sebuah hal yang pasti bahwa dia akan sulit mendapatkan izin untuk melakukan hal yang seperti ini.

Melihat ekspresi yang Aksena pasang sekarang membuat Mervin mengukirkan senyumannya, karena dia merasa senang sebab dia sudah tahu hal apa yang bisa dia gunakan untuk membuat Aksena mau pulang bersama dengannya.

"Mending sekarang lo pulang mumpung gue masih baik, tidak ingin memberitahukan apa yang sedang lo lakukan sekarang pada Bokap lo."

Tatapan Aksena membulat, dia menatap tajam Mervin. "Gak seru lo, beraninya ngancem!" ketus Aksena yang semakin lama, dia semakin merasa muak dengan sikap Mervin.

"Gue gak peduli," sahut Mervin dengan sangat enteng.

"Gue juga gak peduli sama lo, terus gimana?" Aksena malah semakin menantang Mervin.

"Sekarang pulang," jawab Mervin yang tidak ingin memikirkan kalau Aksena tidak peduli padanya, karena hal yang begitu dia inginkan sekarang adalah Aksena yang pulang bersama dengannya.

"Gue masih asyik di sini," ucap Aksena penuh dengan kejujuran. "Boleh lah ya, diem di sini. Temenin aja deh sama lo, gue masih pengen di sini soalnya. Gimana?" tanya Aksena sambil menurunkan nada bicaranya.

Pandangan Aksena begitu dia fokuskan memperhatikan cowok di hadapannya, bahkan dia juga terlihat memasang puppy eyes-nya. Aksena sengaja melakukan hal ini, dengan sebuah harapan kalau Mervin mau menuruti apa yang dia inginkan.

"Terserah, pilihan ada di tangan lo." Mervin menimpali dengan santai, dia menahan dirinya untuk tidak tergoda dengan bujukan Aksena, karena dia sudah cukup panas melihat banyak pasang mata yang tertuju pada Aksena.

"Ih! Selain yang hobby maksa, lo juga hobby banget ya ngadu!" Semakin ke sini Aksena semakin kesal, karena usaha dia merayu Mervin ternyata tidak mempan. Mervin sama sekali tidak memikirkan ucapaannya.

"Gue melakukan hal ini juga demi kebaikan lo," ujar Mervin yang sama sekali tidak menaikkan nada bicaranya.

"Kebaikan pala lo!" ketus Aksena yang sama sekali tidak memikirkan apa niat Mervin melakukan semua ini, dia sudah terlanjur kesal, sehingga dia tidak peduli akan hal tersebut.

"Pulang," ucap Mervin yang benar-benar tidak menaikkan nada bicaranya.

Sepertinya Mervin benar-benar menjadi cowok yang menahan emosinya dan berubah menjadi sabar saat dia berhadapan dengan Aksena, karena semakin dia kasar, malah semakin membuat Aksena berontak, lalu kalau dia hilang kontrol membuat Aksena tersakiti.

"Gue gak mau pulang!" tolak Aksena penuh dengan ketegasan.

Pandangan Mervin dia fokuskan memperhatikan wajah cantik Aksena yang sekarang terlihat memerah, karena dia sudah berada di posisi di mana dirinya emosi. Penuh dengan kesengajaan, Mervin memandangi manik indah milik Aksena.

"Lo ke sini sama temen lo atau bawa mobil sendiri?" tanya Mervin yang sama sekali tidak memikirkan penolakan dari Aksena.

"Bawa pesawat!" jawab Aksena dengan begitu ketus, hingga pada akhirnya dia ingin ketawa sendiri dengan apa yang sudah dia ucapkan.

Tatapan Mervin dengan seketika berubah. Memang tidak berubah menjadi tajam, hanya saja terlihat berubah menjadi terlihat malas yang berujung dengan menarik napasnya dengan sangat dalam, mencoba meredam emosi yang mulai naik.

"Gue tidak sedang bercanda, Aksena." Penuh dengan keseriusan Mervin berucap dengan tatapan yang begitu dia turunkan agar dia bisa menatap mata Aksena, meminta agar tidak menimpali ucapannya dengan jawaban yang jauh dari kata serius.

Buset dah, nih cowok gak kalem!

Aksena mempunyai pikiran yang seperti itu, karena melihat tatapan penuh dengan keseriusan dari Mervin. Bagaimana kalau tadi Mervin berucap dengan nada yang penuh penekanan dan tatapan yang sangat tajam.

"Ikut temen, gak bisa pulang kan? Karena teman gue juga masih di dalam," ujar Aksena yang merasa begitu senang dengan hal ini.

Mervin menggelengkan kepalanya. "Banyak mobil online," sahut Mervin yang merasa kalau alasan Aksena datang dengan temannya tidak akan bisa dijadikan alasan oleh Aksena untuk tidak pulang sesuai dengan apa yang sudah dia ucapkan.

"Hih! Gue ogah bayar!" ketus Aksena dengan ekspresi yang terlihat kalau dia begitu menyayangkan uangnya.

"Gak masalah, biar gue yang bayar." Mervin masih bisa menimpali dengan santai.

Kedua bola mata Aksena membulat. Pikirannya sudah sangat lelah memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak menuruti ucapan Mervin dan juga membuat Mervin menurut pasrah dengan ucapannya, karena malah dia yang dibuat pasrah oleh Mervin.

"Pusing gue lama-lama sama lo!" ketus Aksena sambil menatap tajam Mervin.

"Pulang," ulang Mervin.

Entah dari mana kesabaran yang Mervin miliki sehingga dia bisa begitu sabar menghadapi Aksena yang sedari tadi berucap dengan nada yang tinggi, terus menolak, tapi dia masih tetap pada nada bicaranya yang santai.

"Bentar!" ketus Aksena yang sepertinya tidak ada niatan untuk menurunkan nada bicaranya.

"Ada apa lagi?" tanya Mervin penuh dengan kebingungan dengan hal apa yang akan Aksena lakukan sekarang.