webnovel

Upaya Jahat Terhadap Inayah

Sore harinya sekitar pukul 15:30, selepas menjalankan Salat Asar. Bu Fatma dan Rafie langsung pamit kepada Inayah, sebelum pulang Rafie saling bertukar nomor ponsel dengan Inayah sebagai sarana mereka dalam memberikan kabar masing-masing. Karena, Inayah dan Rafie sudah sepakat untuk ta'aruf sebelum menjalankan hubungan yang lebih serius lagi.

"Ya, sudah. Ibu dan Rafie pulang sekarang ya, Neng. Terima kasih jamuan dan sambutannya!" ujar Bu Fatma tersenyum dan langsung memeluk erat tubuh Inayah.

Rafie juga langsung pamit kepada Inayah, "Aku pulang sekarang ya, Nay," kata Rafie lirih.

"Iya, A. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang ke sini," jawab Inayah lirih.

Setelah mengucapkan salam, Bu Fatma dan Rafie langsung melangkah keluar dan berlalu dari hadapan Inayah.

"Terima kasih ya, Allah! Atas apa yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Semoga Rafie menjadi sosok imam yang baik sesuai amanah Almarhum Rangga," bisik Inayah penuh harap.

Selang beberapa menit kemudian, Erni dengan ditemani oleh Zahra sudah tiba di rumah–Zahra merupakan orang kepercayaan Erni di butik yang ia kelola dan Zahra dipercaya oleh Erni sebagai manager di beberapa butik milik Inayah yang ada di kota Bandung.

"Assalamu'alaikum," ucap Erni dan Zahra serentak, keduanya langsung melangkah menghampiri Inayah yang saat itu sedang duduk di teras rumah.

Inayah bangkit dan menjawab salam tersebut, "Wa'alaikum salam." Inayah menyambut hangat kedatangan Erni dan Zahra. "Apa kabar, Ra?" sambung Inayah memeluk erat tubuh Zahra yang sudah hampir beberapa bulan terakhir baru kembali dipertemukan.

"Alhamdulillah baik, Teh." Zahra tersenyum manis.

Inayah langsung mempersilahkan Zahra untuk duduk sementara Erni langsung melangkah ke dapur untuk menyiapkan minuman dan makanan ringan sebagai jamuan untuk Zahra. "Kamu nginap saja, yah!" pinta Inayah memandang wajah Zahra.

"Iya, Teh. Kan, aku sudah janzi, kalau malam ini mau menginap," jawab Zahra lirih.

Usai membuatkan air minum dan menyiapkan makanan ringan untuk jamuan Zahra, Erni kembali melangkahkan kedua kakinya menuju ke teras rumah. Setibanya di teras rumah, Erni langsung meletakkan toples dan secangkir teh manis panas di atas meja. "Ini minumnya, Ra!" kata Erni lirih.

"Iya, Teh. Terima kasih banyak." Zahra tersenyum mengarah kepada Erni.

"Kalian ngobrol saja dulu. Teteh mau mandi!" ujar Erni langsung kembali masuk ke dalam rumah.

Ada banyak hal yang dibicarakan oleh Zahra kepada Inayah termasuk laporan perkembangan beberapa butik yang ia kelola, salah satunya tentang masalah di salah satu butik yang mengalami kendala, cabang butik di salah satu daerah yang ada di pinggiran kota Bandung.

Inayah tampak bijak dalam menanggapi laporan terkait masalah di butik miliknya itu. "Tidak apa-apa, Ra! Namanya juga bisnis ya, seperti itu."

"Tapi itu sudah kelewatan, Teh. Mereka itu meniru produk kita, dan mendesain produknya hampir mirip dengan brand yang kita miliki," ujar Zahra sedikit merasa kesal.

"Kita serahkan semuanya kepada Allah! Karena sebaik-baiknya manusia, ialah orang yang bertawakal dan berserah diri!" kata Inayah tetap bersikap santai , meskipun beberapa produknya ditiru oleh pesaing bisnisnya yang dengan sengaja menduplikat desain produk miliknya.

"Tapi kalau dibiarkan, ini akan terus berlarut dan mereka akan terus berupaya meniru produk kita yang sudah laris, Teh," tandas Zahra.

"Tidak boleh seperti itu! Nanti para pembeli juga pasti paham dan mereka akan menilai produk yang bagus itu seperti apa?!" kata Inayah.

"Seperti apa yang tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak dari Umar bin Khathab, "Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."

Zahra menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh Inayah.

*

Malam harinya, di tempat yang berbeda. Syaiful mendapatkan perlakuan keji dari beberapa orang pria yang berperawakan tinggi dengan tubuh kekar berotot. Mereka dengan sengaja memukuli Syaiful yang saat itu tengah bertugas di kantor cabang perusahaan milik Almarhum Tommy ayah Inayah.

Entah apa maksud orang-orang tersebut? Menganiaya Saiful dan merusak kantor tersebut hingga porak-poranda kaca bagian depan ruangan kantor tersebut hancur.

Kebetulan malam itu Syaiful bertugas Hanya sendirian karena Ahmad sedang sakit dan tidak bisa masuk kerja. Kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada Inayah melalui sambungan telepon oleh warga yang ada di sekitar lokasi kantor cabang perusahaan perusahaan tersebut.

Inayah tampak kaget dan merasa shock mendengar kabar tersebut, ia langsung menugaskan Pak Andri untuk menelusuri kasus tersebut dan memintanya juga untuk mengurus Syaiful yang saat itu sudah dibawa ke rumah sakit, karena kondisi Syaiful dalam keadaan kritis setelah mendapatkan perlakuan tidak baik dari para penjahat tersebut.

Erni dan Zahra langsung menghampiri Inayah dan menanyakan tentang kejadian itu, dan juga menanyakan tentang kondisi kantor.

"Kantor sudah dalam keadaan hancur, dan Syaiful dalam kondisi kritis di rumah sakit," jawab Inayah tampak cemas dan khawatir dengan kondisi Syaiful.

Inayah terduduk lesu di sopa, tampak terpukul dengan kejadian yang menimpa pekerjanya itu. Erni tidak tinggal diam, ia langsung menghubungi Fahmi dan meminta Fahmi untuk mengecek kerugian yang dialami akibat perlakuan para penjahat tersebut dan juga meminta Fahmi untuk melaporkan semuanya kepada pihak yang berwajib.

"Kamu yang sabar ya, Nay!" kata Erni berusaha menguatkan Inayah. "Teteh sudah melaporkan hal ini kepada Fahmi, dan Fahmi akan segera melaporkan ke pihak kepolisian," sambung Erni.

"Allah sedang mengujiku, Teh. Aku harus bersabar dan mengikhlaskan semua yang kita miliki, dan segala pengharapanku. Allah memberikan ujian agar kita bertawakal," ucap Inayah.

Erni menghela napas dalam-dalam, kemudian berkata lirih, "Teteh harap kamu serahkan semuanya hanya kepada Allah, semoga di balik semua kesusahan ada kebahagiaan!" "Kesabaran itu merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan, akan tetapi kesabaran itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa indahnya yang akan membawamu ke pintu kesuksesan!" sambung Erni terus memberikan motivasi untuk sang adik angkatnya itu.

Erni sangat berharap Inayah diberikan kekuatan dalam mengahadapi semua peristiwa yang terjadi terhadap bisnis dan perusahaan miliknya.

*

Keesokan harinya, Fahmi menelpon Inayah dan memberikan kabar terkait peristiwa yang menimpa kantor tempatnya bekerja kepada Inayah selaku CEO utama di perusahaan yang bergerak di bidang properti tersebut.

Fahmi mengabarkan para pelaku tersebut diduga kuat merupakan musuh bebuyutan almarhum orang tua Inayah.

Mereka merasa dendam terhadap perusahaan-perusahaan milik Almarhum Tommy, karena masih tetap berdiri dan berjalan meskipun Tommy sudah meninggal. Tuduhan tersebut berdasarkan olah TKP yang dilakukan pihak kepolisian dan berdasarkan rekaman CCTV di kantor tersebut.

Inayah meminta kepada Fahmi untuk segera memperbaiki kondisi kantor dan meminta Fahmi untuk meliburkan sementara para karyawan kantor tersebut sembari menunggu penyelidikan dari kepolisian.

"Baik, Bu. Saya akan segera melaksanakannya," jawab Fahmi di sela perbincangannya melalui sambungan telepon dengan Inayah.

Setelah berbincang dengan orang kepercayaannya itu, Inayah saat itu juga mengajak Erni untuk melihat kondisi Syiaful yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Teh kita harus ke rumah sakit sekarang!" kata Inayah menatap wajah Erni yang saat itu sedang menonton tayangan televisi di ruang tengah.

"Ya, sudah. Nanti pakai mobil kamu saja, ya!" Erni bangkit dan langsung bersiap untuk segera berangkat ke rumah sakit bersama Inayah.

Mereka berdua berniat untuk memberikan uang kepada keluarga Syaiful, terutama kepada istrinya yang saat itu sedang menunggu Syaiful di rumah sakit.

****