webnovel

Tali Persaudaraan

Setelah sepakat dengan Jubaedah, Erni langsung pamit kepada Jubaedah dan juga ibunya, "Aku pulang dulu ya, Dah." Erni bangkit dan bersalaman dengan sahabatnya itu. "Bu, saya pamit dulu, ya," sambung Erni meraih tangan ibu paruh baya itu dan langsung menciumnya penuh rasa hormat.

Setelah itu, Erni langsung mengucapkan salam dan berlalu dari hadapan Jubaedah dan ibunya.

"Alhamdulillah, Neng. Akhirnya kamu dapat kerja lagi setelah lama menganggur," ucap sang ibu penuh rasa syukur.

"Iya, Bu. Ibu baik-baik di rumah ya! Kalau ada apa-apa telepon Bedah pakai ponsel Rina!" Jubaedah tampak semringah tersenyum manis menatap wajah sang ibu.

Ada titik terang membentang dalam kehidupan Jubaedah saat itu, harapan untuk memberikan yang terbaik bagi sang ibu sedikit mulai terbuka.

Dengan hadirnya Erni di kediamannya menjadi suatu penolong di antara himpitan ekonomi yang sedang melanda keluarganya itu.

"Iya, Neng. Ibu selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan kamu, kamu kerja harus jujur dan jangan membangkang terhadap majikan!" kata ibu paruh baya itu berkata lirih di hadapan putri semata wayangnya penuh dengan nasihat.

"Alhamdulillah, Bu. Bedah akan berusaha keras mewujudkan cita-cita Bedah untuk melunasi hutang-hutang Ibu," kata Jubaedah berurai air mata dengan memeluk erat tubuh sang ibu penuh rasa cinta dan kasih sayang.

"Maafkan Ibu ya, Neng. Sedari kecil hingga tumbuh dewasa, Ibu tidak pernah memberikan yang terbaik untuk kamu."

"Tidak apa-apa, Bu." Jubaedah mencium kening sang ibu penuh kelembutan.

*

Setibanya di rumah, Erni langsung memberi tahukan Inayah tentang kesiapan Jubaedah untuk bekerja di rumah tersebut.

"Ya, syukurlah, kalau memang Jubaedah mau. Alhamdulillah Teh Fatimah mulai besok tidak terlalu repot lagi mengurus rumah ini," kata Inayah lirih.

"Kasihan, Nay. Bedah hidupnya sekarang tambah susah, Teteh berharap dengan kerjanya Bedah di sini sedikit bisa mengurangi beban hidup orang tuanya," kata Erni penuh rasa iba terhadap kondisi hidup Jubaedah yang merupakan sahabat baiknya itu, ketika mereka masih bekerja di Jakarta sebagai pelayan restoran.

"Insya Allah, aku akan membantu Bedah untuk melunasi hutang-hutang ibunya," tandas Inayah penuh dukungan terhadap upaya baik yang terlontar dari mulut kakak angkatnya itu.

Erni menghela napas dalam-dalam, kemudian sedikit menggeser posisi duduknya.

"Kamu sudah makan belum, Nay?" tanya Erni menatap wajah Inayah.

Inayah menjawab pertanyaan Erni dengan lirih, "Belum, Teh."

Erni langsung mengajak Inayah untuk segera makan, kebetulan saat itu ia membawa tiga ekor ikan mas bakar yang sengaja ia beli sepulang dari kediaman Jubaedah, di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari komplek perumahan tersebut. Mereka pun bangkit dan melangkah bersama menuju ruang makan.

"Teh Fatimah!" panggil Inayah mengarah kepada Fatimah yang saat itu sedang duduk santai di dalam kamarnya setelah selesai mengerjakan tugas memasak, dan mencuci pakaian.

"Iya, Neng." Fatimah bangkit dan melangkah keluar kamar menghampiri sang majikan yang memanggilnya. "Ada apa, Neng?" sambung Fatimah berdiri di hadapan Inayah.

Inayah langsung mengajak sang asisten rumah tangganya untuk makan bersama, Erni sengaja membeli tiga ekor ikan mas bakar untuk makan siang mereka bertiga.

"Iya, Fat. Aku beli ikan mas bakar kesukaan kamu nih!" timpal Erni mengarah kepada Fatimah.

Fatimah tersenyum dan langsung duduk di sebelah Inayah, mereka tampak bahagia meskipun di antara mereka tidak ada ikatan saudara. Namun, Inayah tetap beranggapan semua yang ada di rumah tersebut merupakan saudaranya.

Ia tidak membatasi dengan aturan apa pun meskipun Fatimah hanya seorang asisten rumah tangga di kediamannya, dan Erni hanya sebagai staf pribadinya.

Kebersamaan dan ikatan tali persaudaraan sangat diterapkan oleh Inayah dalam kehidupannya sehari-hari.

*

Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُوالْمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يُسْلِمُهُ . وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَمُسْلِمًا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzaliminya dan tidak membiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutupi keburukan seorang muslim, maka Allah akan menutupinya di hari kiamat.

Hadits tersebut menjadi suatu pedoman untuk Inayah selalu mengedepankan persaudaraan dan menolong kesusahan sesama. Seperti apa yang pernah ia lakukan terhadap Erni, Inayah dengan sikap baiknya berhasil merubah kesusahan Erni di masa lalu menjadikan kakak angkatnya itu hidup berkecukupan dan menjadi seorang wanita yang pandai berbisnis.

Hal tersebut tidak lepas dari segala dukungan yang diberikan oleh Inayah untuk saudara angkatnya itu. Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda;

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشبك أصابعه

Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain seperti bangunan. Yang sebagian menguatkan sebagian yang lain. Dan Nabi Muhammad SAW menggabungkan jari-jari tangannya.

Hadits tersebut menjadi tolak ukur pentingnya menjalin tali persaudaraan yang kuat, seperti apa yang sering diajarkan oleh Erni kepada Inayah.

*

Esok harinya, sekitar pukul tujuh pagi. Jubaedah sudah berada di kediaman Inayah. Setelah mendapatkan penjelasan dari Inayah terkait masalah pekerjaan. Jubaedah langsung bergabung dengan Fatimah dan memulai pekerjaan sebagai asisten rumah tangga baru di rumah megah itu.

"Rumah ini akan semakin berwarna dengan hadirnya Bedah," ucap Inayah dengan raut wajah berbinar-binar.

Erni tersenyum-senyum mendengar kalimat yang diucapkan oleh adik angkatnya itu. "Dan akan lebih berwarna lagi, ketika Ustadz Rafie berada di sini dan tinggal bersama kamu dalam ikatan pernikahan," timpal Erni tak henti-hentinya tersenyum memandang wajah Inayah.

Inayah sangat bahagia dan merasa senang mendengar ucapan Erni. "Tapi ingat, Teteh juga kalau sudah berjodoh dan punya suami, tetap tinggal di sini, yah. Jangan ikut suaminya!!" pinta Inayah meluruskan pandangannya ke wajah Erni.

"Insya Allah, semoga saja nanti kalau Teteh ada jodoh suami Teteh mau tinggal di sini. Dan meskipun pisah jaraknya tidak terlalu jauh dari kediaman kamu ini," kata Erni penuh harap.

Ketika mereka sedang santai berbincang, terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari seseorang yang ada di luar rumah. "Tok ... tok ... tok! Assalamu'alaikum."

Inayah dan Erni langsung menjawab ucapan salam itu secara bersamaan, "Wa'alaikum salam." Erni bangkit dan melangkah untuk segera membuka pintu.

Setelah pintu terbuka tampak dua orang anggota kepolisian sedang berdiri di depan pintu.

"Selamat siang, Bu," kata salah seorang dari kedua anggota polisi tersebut dengan bersikap ramah.

Erni sedikit bertanya-tanya dalam hati, ia merasa heran dengan hadirnya dua anggota kepolisian itu. "Ya, Allah! Ada apa lagi ini?" ucap Erni dalam hati.

"Iya, Pak. Ada apa ya, Pak?" Erni balas bertanya penuh rasa penasaran.

Tampak sebuah kerutan di kening Erni, sebagai gambaran tentang rasa penasaran yang tinggi dalam benaknya.

"Bisa bertemu dengan Ibu Inayah?" tanya anggota polisi tersebut.

"Bisa, Pak. Silahkan masuk!" Erni mempersilahkan masuk kepada kedua anggota kepolisian tersebut.

"Terima kasih, Bu," jawab polisi tersebut sembari melangkah mengikuti Erni masuk ke dalam rumah.

Inayah tampak terkejut dan kaget dengan kehadiran dua anggota kepolisian itu. "Silahkan duduk, Pak!" sambut Inayah dengan raut wajah dipenuhi oleh rasa penasaran.

Dua anggota polisi itu langsung duduk di hadapan Inayah, kemudian langsung mengutarakan niatnya kepada Inayah, "Mohon maaf sebelumnya, kedatangan kami tentunya mengagetkan Ibu. Kami memenuhi tugas dari atasan untuk melaporkan hasil penyelidikan terkait kasus penganiayaan anggota keamanan di kantor Ibu Inayah, dan kasus pengrusakan kantor tersebut. Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku penganiaya dan pengrusakan kantor Ibu sudah diketahui dan sudah kami tangkap, dan akan dilimpahkan langsung ke pengadilan secepat mungkin," tutur anggota kepolisian tersebut.

"Alhamdulillah, Ya, Allah!" Inayah dan Erni tampak senang mendengar kabar tersebut.

"Kami harap, Ibu Inayah hari Senin lusa bisa datang ke kantor kepolisian untuk menandatangani prihal aduan Ibu terkait kasus ini!"

"Baik, Pak. Insya Allah saya akan datang," jawab Inayah lirih.

Setelah itu, kedua anggota kepolisian tersebut langsung pamit kepada Inayah dan Erni, keduanya langsung melangkah dan berlalu dari kediaman megah itu.

****