webnovel

Rencana Jahat Burhan

Erni tidak mengetahui kalau Tommy semasa hidupnya pernah melakukan kesalahan kepada rekan bisnisnya, ia pernah menolak keras ajakan kerjasama dari Burhan, sehingga Burhan merasa dendam dan berjanji akan menghancurkan perusahaan-perusahaan milik Almarhum Tommy termasuk mengusik ketenangan hidup Inayah yang merupakan ahli waris tunggal dari Almarhum Tommy.

Burhan merupakan seorang pengusaha bisnis properti yang dulu adalah rekan bisnis Almarhum Tommy yang paling setia.

"Kalian memang tidak dapat diandalkan," bentak Burhan kepada anak buahnya.

Malam itu ia tampak geram dengan hasil yang didapat oleh bawahannya, mereka kalah telak dan gagal memenangkan tender proyek pembangunan kantor pusat pemerintahan di salah satu kota yang ada di wilayah provinsi Jawa barat.

Hal itu memicu kemarahan dan emosi dari Burhan, para staf yang ia percaya ternyata tidak mampu mendapatkan tender besar itu dan kembali dikalahkan oleh perusahaan milik Almarhum Tommy yang saat itu sudah menjadi milik Inayah yang dikelola oleh Fahmi dan Erni serta beberapa staf khusus perusahaan tersebut.

"Kemarin saat pembangunan perumahan di Majalengka kita kalah, dan kenapa sekarang kita mengalami kegagalan lagi dan dikalahkan telak oleh perusahan yang dikelola anak ingusan itu," kata Burhan mengarah kepada staf khususnya dan para staf lainnya yang sengaja ia kumpulkan malam itu. "Kalau seperti ini terus kita akan gulung tikar dan mengalami kebangkrutan, kalian mau tetap bekerja atau memilih menjadi pengangguran?!" sambung Burhan dengan berkali-kali menghentakkan kaki ke lantai tampak penuh emosi.

Satupun di antara mereka para staf yang hadir tidak ada yang berani berbicara. Meskipun Burhan meminta kepada bawahannya itu untuk mengusulkan langkah yang baik yang harus ditempuh itu dengan cara seperti apa? Namun, mereka hanya diam tertunduk di hadapan bos besarnya itu.

"Apa kalian sudah tuli?" gertak Burhan tampak marah melihat sikap diam yang ditunjukkan oleh para stafnya itu.

"Bukan itu maksud kami, Bos. Kami takut jika mengusulkan sesuatu tidak berkenan di hati Bos," sanggah salah seorang staf mencoba memberanikan diri berbicara di hadapan Burhan.

Mendengar ucapan dari staf tersebut, Burhan hanya tertawa dan menepuk-nepuk pundak stafnya itu, dan mengatakan sesuatu terkait sikap yang sudah ia tunjukkan di hadapan para stafnya.

Burhan berdalih segala bentuk kemarahannya itu, ia tuangkan hanya untuk kemajuan bagi perusahaan yang kelak dapat menguntungkan dirinya dan semua yang bekerja di tempat tersebut.

Perlahan Burhan mulai mengurangi kadar emosi dalam dirinya dan ia mulai menunjukkan sikap sedikit tenang. Sejatinya, Burhan pun merasa takut jika para stafnya itu beramai-ramai mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sikapnya yang terlalu arogan itu. Burhan saat itu juga langsung membubarkan acara rapat tersebut dan meminta kepada salah seorang stafnya untuk tetap diam di ruangan itu.

"Yang lain boleh keluar, dan kamu tetap di sini. Saya mau bicara penting!" kata Burhan melangkah mendekati salah satu stafnya.

Sementara yang lain sudah membubarkan diri dan berlalu dari ruangan tersebut.

Burhan sengaja mencegah Andra untuk keluar karena ia berniat mengajak stafnya itu untuk melakukan satu misi yang sudah ia rencanakan.

"Nanti kamu jangan pulang dulu!" bisik Burhan.

"Memangnya ada apa, Bos?" tanya Andra tampak penasaran.

Andra merupakan kepala cabang untuk perusahaan milik Burhan, ia adalah utusan khusus untuk mendapatkan tender proyek pembangunan kantor pemerintahan itu. Andra mengalami kekalahan dari Fahmi yang merupakan staf khusus dari perusahaan milik Inayah.

"Kamu bunuh si Fahmi!" bisik Burhan. "Aku akan berikan uang untukmu 10 juta agar kamu bisa mencari para preman bayaran untuk menculik Fahmi dan mengeksekusinya!" sambung Burhan dengan raut wajah penuh kedengkian.

Andra tampak ragu untuk menerima tugas dari bosnya itu. "Tapi, Bos..." kata Andra.

"Kamu jangan takut, aku yang bertanggung jawab!" tandas Burhan memotong ucapan Andra. "Dan ada upah 5 juta untukmu jika kamu berhasil melaksanakan tugas ini!" sambung Burhan tersenyum-senyum menatap wajah Andra.

Mau tidak mau, Andra pun menyetujui apa yang dibicarakan oleh bosnya itu. "Ya sudah, aku setuju, Bos." Andra mengangguk dan meyakinkan bosnya, bahwa dirinya siap untuk melaksanakan apa yang diinginkan dan direncanakan oleh Burhan.

Usai rapat, Andra langsung mengikuti Burhan menuju ruangan khusus yang berada di lantai dua gedung kantornya tersebut.

Burhan langsung menyerahkan uang tunai sepuluh juta rupiah kepada Andra, dengan maksud meminta Andra untuk mencari beberapa preman bayaran yang akan ia perintahkan untuk membunuh Fahmi.

Setibanya di ruangan tempat kerjanya, Burhan melemparkan sebuah amplop berukuran besar yang di dalamnya terdapat uang senilai 10 juta untuk biaya operasional dari misi jahatnya itu.

"Ini yang 10 juta bisa kamu pakai untuk membayar para preman dan sisanya yang 5 juta akan aku berikan jika misi ini berhasil!" kata Burhan.

Burhan beranggapan bahwa Fahmi merupakan orang yang penting yang harus segera dilenyapkan agar tidak mengganggu bisnisnya di kemudian hari. "Aku tidak memberi batas waktu untuk kamu melaksanakan tugas ini, cari waktu yang tepat ketika Fahmi dalam kelengahan!" ujar Burhan.

"Baik, Bos. Saya akan melaksanakan tugas ini dengan baik." Andra tampak bersiap dan tidak merasa ragu ataupun takut lagi, karena ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri uang senilai 10 juta diberikan oleh Burhan kepadanya.

"Menang banyak nih," ucap Andra dalam hati, mendadak sikapnya berubah menjadi lebih bersemangat dan semringah.

"Cari preman yang benar-benar biasa membunuh, jangan cari preman kampung!" pinta Burhan.

"Baik, Bos," jawab Andra meraih amplop tersebut, kemudian ia langsung pamit kepada Burhan untuk segera pulang.

Dalam perjalanan, Andra merasakan kegelisahan yang teramat luar biasa, entah apa yang merasuk dalam dirinya. Ia merasa iba terhadap Fahmi.

"Maafkan aku Fahmi," ucap Andra terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk segera tiba di kediamannya.

Setibanya di rumah, tampak Fahmi saat itu sedang berbincang dengan Bu Ira. Bu Ira merupakan ibunya Andra.

"Ya, Tuhan! Kenapa si Fahmi ada di sini?" desis Andra.

"Tuh, Andra sudah pulang, Nak!" kata Bu Ira mengarahkan jari telunjuknya ke arah Andra yang saat itu sudah keluar dari dalam mobil.

Fahmi tampak semringah melihat kedatangan sahabatnya itu. Kedatangan Fahmi saat itu, sebenarnya ingin meminta maaf kepada Andra dan ia pun ingin menawarkan pekerjaan dengan posisi yang lebih baik lagi dari posisi Andra bekerja di perusahaan milik Burhan.

"Assalamualaikum," ucap Andra lirih.

Bu Ira dan Fahmi menjawab serentak ucapan salam dari Andra, "Wa'alaikum salam."

"Tumben kamu ke sini, Mi?" tanya Andra tanpa menatap wajah Fahmi.

Andra tampak gelisah dan salah tingkah ketika berhadapan dengan Fahmi.

"Aku ada perlu dengan kamu, Dra," jawab Fahmi lirih.

Belum sempat Andra berbicara, Bu Ira sudah lebih dulu berbicara mengarah kepada Andra dan juga Fahmi, "Kalian ngobrol saja ya, Ibu tinggal ke dalam!"

"Iya, Bu," jawab Andra dan Fahmi.

Setelah Bu Ira berlalu dari tempat tersebut, Andra mulai berbicara lagi kepada Fahmi, "Ada perlu apa, Mi? Masalah pekerjaan bukan, Mi? Bukannya masalah kerjaan sudah selesai dan kamu jadi pemenang tender itu?!" potong Andra memberondong Fahmi dengan beberapa pertanyaan.

Fahmi menghela napas dalam-dalam, Kemudian menjawab lirih pertanyaan dari Andra, "Bukan kerjaan itu!" sanggah Fahmi.

Dan ia langsung mengutarakan niatnya kepada Andra saat itu juga. Andra tampak bingung mendengar apa yang diutarakan oleh Fahmi.

Saat itu ia dihadapkan oleh sebuah dilema besar dalam hidupnya, orang yang hendak ia celakai ternyata datang memberikan penawaran kerja yang baik untuknya di perusahaan besar.

Sikap baik yang ditunjukkan oleh Fahmi ternyata mampu menggoyahkan niat jahat Andra yang sudah dirancangng bersama bosnya itu. Andra tampak bingung harus menjawab apa?

"Bagaimana, Dra? Kamu mau, 'kan?" tanya Fahmi menatap wajah sahabatnya itu.

"Sebenarnya, aku mau sih. Tapi aku belum bisa memberikan jawaban sekarang," jawab Andra masih tampak kebingungan antara memilih pekerjaan dari sahabatnya itu yang akan ia celakai atau lebih memilih tetap melakukan tugas jahat dari bosnya.

****