webnovel

Andra Membatalkan Niat Jahatnya

Fahmi tersenyum dan berkata lirih di hadapan sahabatnya itu, "Kamu Salat istikharah, mohon petunjuk kepada Allah!" Kata-katanya penuh dengan kalimat nasihat.

Mendengar saran dari Fahmi, Andra tampak gemetar. Niat jahatnya terhadap Fahmi seketika luntur, dan hatinya pun mulai luluh dengan sikap Fahmi yang tampak ramah dan baik terhadapnya. Andra sudah tidak kuasa lagi menatap wajah Fahmi, ia hanya diam tertunduk di hadapan Fahmi.

"Ya, Allah! Jika aku lanjutkan niat busukku ini. Aku sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku," ucap Andra dalam hati.

"Ya, sudah! Kamu pikirkan saja dulu! Nanti kalau sudah menemukan jalan yang terbaik kamu langsung hubungi aku!" kata Fahmi.

"Iya, Mi. Aku pasti menghubungi kamu jika sudah ada keputusan," jawab Andra lirih.

Suara Andra terdengar berat, seakan-akan ada hal yang mengganjal dalam jiwanya sehingga untuk berbicara saja bibirnya tampak kelu.

"Kamu kenapa, Dra?" tanya Fahmi. "Apa kamu sedang sakit?" sambungnya terus meluruskan pandangannya ke wajah Andra.

"Tidak apa-apa, Mi." Andra berusaha menutupi kegundahan hati yang ia alami saat itu.

Setelah itu, Fahmi pun langsung pamit kepada Andra dan juga kepada Bu Ira untuk segera langsung berangkat ke kediaman Inayah memenuhi permintaan Erni yang memintanya untuk datang malam itu.

Setelah mengucapkan salam, Fahmi langsung melangkah menuju mobil dan langsung berlalu dari kediaman Andra.

Andra termenung sembari memegang amplop besar berisikan uang 10 juta itu, yang diberikan oleh Burhan untuk mencari preman bayaran dalam rangka melenyapkan Fahmi yang merupakan sahabat baiknya. Ia dan Fahmi sudah bersahabat semenjak masih duduk di bangku SMA.

"Aku harus mundur dan mengembalikan uang ini. Aku harus menyelamatkan sahabat baikku itu," kata Andra lirih, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan dukungannya terhadap rencana jahat Burhan.

Saat itu juga ia langsung pamit kepada ibunya untuk segera menemui Burhan yang saat masih berada di kantornya, Andra siap menanggung apa pun keputusan yang diberikan Burhan terhadapnya.

Dari awal pun Andra sudah tahu dengan ancaman Burhan, ia akan dipecat tanpa pesangon jika berani membatalkan niat untuk membantu kejahatan bosnya itu.

Dalam perjalanan menuju ke kantor, pikiran Andra terus berkecamuk. Ia merasakan dirinya sebagai seorang yang tidak tahu diuntung, karena selama bersahabat dengan Fahmi, ia sudah banyak memberikan pertolongan dan membantu Andra setiap kali dalam kesulitan.

Fahmi juga pernah menolong Bu Ira ketika dirawat di rumah sakit, Fahmi yang membiayainya hingga Bu Ira mendapatkan kesembuhan dan kembali normal seperti sekarang ini. Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi Andra untuk membatalkan niat jahatnya itu.

Setibanya di kantor, Andra langsung masuk ke dalam. Ditemuinya Burhan yang saat itu tengah berpesta ria di ruang kerjanya dengan dua orang wanita cantik yang sengaja ia boking untuk bersenang-senang dengannya.

"Kamu kenapa balik lagi ke sini? Apa uang itu kurang?" tanya Burhan tersenyum-senyum dalam pelukan kedua wanita panggilan itu.

"Mohon maaf sebelumnya. Aku kembalikan lagi uang ini, aku mundur dari rencana sebelumnya," kata Andra dengan sikap tegasnya.

Burhan tampak marah dan langsung membentak-bentak Andra dengan perkataan kasar. Andra hanya diam tidak mengindahkan apa pun yang dikatakan oleh Burhan.

"Kamu keluar sekarang dari kantor ini dan jangan kembali lagi ke sini!" usir Burhan membentak Andra.

"Baik, Pak. Selamat malam," pungkas Andra melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Andra langsung kembali pulang ke kediamannya, sebelum tiba di rumah ia sempatkan untuk membeli makanan kesukaan ibunya, setelah itu ia langsung pulang dengan membawa makanan yang disukai ibunya itu.

Rasulullah SAW bersabda, Jika seseorang ingin melakukan keburukan, tapi dia tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna (HR Bukhari Muslim).

Dalam hadits tersebut, umat Islam harus menyadari betul bahwa batalnya seseorang melakukan perbuatan jahat justru diganjar satu pahala besar oleh Allah. Artinya Allah tidak mencatat itu dalam buku amal buruk, justru dicatat dalam buku amal baik. Sementara, jika kita baru saja berniat untuk melakukan hal baik, meskipun belum dilakukan, Allah sudah memberikan kita pahala.

Dengan catatan niat buruk yang ditinggalkan itu semata-mata karena Allah. Untuk itu, sebagai seorang muslim, diwajibkan padanya untuk saling mengingatkan kebaikan dan pahala-pahala terbaik yang Allah SWT janjikan. Ini dimaksudkan agar umat Islam yang punya niat buruk dan jahat, bisa selalu mengingat Allah SWT serta membatalkan perbuatan buruk dan jahatnya karena Allah SWT.

*

Esok harinya, Airin dan Kholifah Lie Chun Hyang sudah berada di kediaman Inayah, kedatangan mereka sangat disambut hangat oleh Erni dan juga Inayah sebagai tuan rumah.

Ada beberapa poin penting yang mereka bicarakan dalam pertemuan tersebut dan poin-poin itu merupakan kesepakatan kerjasama antara perusahaan milik Inayah dengan perusahaan Kholifah Lie yang berada di kota Guangzhou China.

"Coba Bu Inayah produksi peci hitam khas Indonesia, Muslim Guangzhou pasti suka!" kata Kholifah Lie memandang wajah Inayah.

"Insya Allah, kalau nanti sudah selesai pabrik yang di Karawang. Saya akan produksi peci, pakaian Muslim pria dan sorban batik khas Indonesia," jawab Inayah menanggapi apa yang dibicarakan oleh rekan bisnisnya itu.

Kholifah Lie sangat senang dengan apa yang direncanakan oleh Inayah selain itu, ia pun meminta Inayah memantau proyek kantor pusat yang sedang dibangun di depan kediaman Inayah tepatnya berada di samping timur halaman parkir kediaman megah itu.

"Ini proyek apa, Bu?" tanya Airin mengarah kepada Inayah yang saat itu berdiri di sampingnya.

Inayah tersenyum manis memandang wajah Airin kemudian menjawab lirih apa yang ditanyakan oleh rekan bisnisnya itu, "Ini kantor pusat perusahaan properti saya, dan insya Allah kantor yang lama akan dijadikan restoran."

"Hebat juga Bu Inayah, kerja tanpa harus jauh dari rumah." Airin berdecak kagum dan tersenyum merasa bangga mempunyai rekan bisnis sehebat Inayah.

Setelah hampir satu jam berada di kediaman Inayah dan sudah menandatangani perjanjian kerjasama. Kholifah Lie Chun Hyang dan Airin langsung pamit kepada Inayah dan juga Erni. Saat itu juga mereka langsung kembali ke Jakarta, karena esok harinya Kholifah akan kembali bertolak ke China.

"Alhamdulillahirabbil'alamiin." Inayah tampak bahagia penuh dengan rasa syukur. "Dua milyar untuk pembangunan kantor baru, akhirnya dapat ganti juga ya, Teh?" sambung Inayah menoleh ke arah Erni.

"Ini namanya rezeki anak saleha," tandas Erni menggenggam telapak tangan Inayah dan langsung mengajaknya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Fatimah dan Jubaedah saat itu sedang merapikan meja makan bekas makan Inayah dan para tamunya itu.

"Teh, Rendi dan Ifan sudah dikasih makan belum?" tanya Inayah mengarah kepada Fatimah.

"Sudah dipisahkan tapi belum diantarkan ke sana," jawab Fatimah.

"Masya Allah, Teteh! Kasihan atuh ini, 'kan sudah siang!"

"Aku saja yang ke sana," timpal Jubaedah meraih wadah tempat makanan yang sudah dipersiapkan.

"Ya, sudah! Sekalian bawa kopi untuk persediaan mereka di pos!" kata Inayah lirih.

Setelah itu, Inayah langsung masuk ke dalam kamar untuk segera beristirahat. Sementara Erni saat itu hanya duduk santai di ruang tengah sembari menikmati teh hangat dan beberapa potong kue yang disajikan oleh Fatimah.

****