webnovel

Kebijaksanaan

Keesokan harinya, usai menjalankan Salat Duha, ia langsung menghampiri ibunya yang saat itu sedang mengerjakan aktivitas rutin di ruang dapur.

"Bu!" kata Andra lirih.

"Iya, Nak. Ada apa?" Bu Ira bangkit dan balas bertanya dengan memandang wajah Andra.

"Aku mau menemui Fahmi di kantornya, Bu," jawab Andra lirih.

"Loh, memangnya kamu hari ini tidak masuk kerja?" tanya Bu Ira tampak penasaran, sejatinya ia belum mengetahui kalau Andra itu sudah tidak bekerja lagi di kantor Burhan.

Andra tampak bingung untuk menjawab pertanyaan dari sang ibu. Namun, ia berusaha untuk jujur dan menjelaskan hal yang sebenarnya kepada Bu Ira dengan harapan ibunya tersebut dapat memahami dan mengerti dengan keputusannya itu.

"Ya, sudah. Kalau memang itu sudah jadi keputusan kamu untuk bergabung dengan Fahmi. Ibu sangat mendukung, Ibu yakin Fahmi lebih baik dari Burhan!" ucap Bu Ira lirih. "Tapi ada satu hal yang perlu kamu ingat! Jangan sekali lagi terlibat dalam rencana jahat seperti itu, Ibu tidak ikhlas kalau kamu mengulangi hal seperti itu!" sambung Bu Ira penuh peringatan terhadap putra semata wayangnya itu.

"Iya, Bu. Andra janji." Andra tertunduk dan menyesali perbuatannya itu.

Tepat pukul sembilan Andra langsung pamit kepada ibunya untuk segera berangkat menemui Fahmi di kantornya. Andra berangkat dengan menggunakan mobil miliknya yang ia beli hasil dari jerih payahnya selama bekerja di perusahaan milik Burhan. Sementara mobil inventaris sudah ia kembalikan kepada Burhan.

Pagi itu Andra sengaja datang karena ada hal penting yang akan dibicarakannya dengan Fahmi.

Setibanya di tempat tujuan, Andra turun dari mobil dan bergegas melangkah menuju ke pos keamanan yang ada di depan kantor tersebut.

"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ahmad, seorang security di kantor tersebut menyambut ramah kedatangan Andra.

Andra tersenyum dan menjawab lirih pertanyaan dari petugas keamanan itu, "Saya mau bertemu dengan Pak Fahmi, apa sudah datang, Pak?" Andra balas bertanya dengan sikap ramah dan sopan.

Ahmad pun menjawab pertanyaan Andra dan langsung mempersilahkan Andra untuk masuk ke dalam kantor tersebut, "Ada, Pak. Silahkan masuk saja, Pak!"

"Iya, Pak. Terima kasih banyak." Andra langsung melangkah masuk ke dalam kantor untuk segera menjumpai Fahmi di kantor tersebut.

Setibanya di dalam, Riko menyambut hangat kedatangan Andra, dan ia pun langsung mengajak Andra masuk ke dalam ruang kerja Fahmi," Ayo, Dra. Kita ke ruangan Fahmi!"

"Iya, Ko." Andra tersenyum dan melangkah mengikuti Riko menuju ke salah satu ruangan yang ada di kantor itu.

"Tok ... tok ... tok ... Bos Fahmi! Ada tamu spesial nih!" kata Riko berdiri di balik pintu ruangan tersebut.

"Masuk, Ko!" jawab Fahmi dari dalam ruangan kerjanya.

Riko dan Andra langsung melangkah masuk ke dalam ruangan itu. "Assalamualaikum," ucap Andra lirih berdiri di hadapan Fahmi.

Fahmi tampak semringah bangkit dan menyambut hangat kedatangan sahabatnya itu, "Wa'alaikum salam, silahkan duduk, Dra!"

Setelah berjabat tangan Andra langsung duduk di sebuah sopa besama Riko, Fahmi pun melangkah dan duduk di sebelah Andra.

"Aku mau bicara hal penting kepada kamu, Mi," kata Andra tampak sedikit gugup, seakan-akan ia merasa mempunyai kesalahan besar terhadap sahabatnya itu.

"Masalah tawaranku itu, kan?" Fahmi meluruskan pandangannya ke wajah Andra.

Andra menghela napas dalam-dalam, kemudian menceritakan semua apa yang telah ia lakukan terhadap Fahmi. Yang mana ia pernah menerima tawaran dari Burhan untuk mencelakai sahabatnya itu. "Aku harap kamu mau memaafkan aku, Mi," kata Andra di akhir kalimat penuturannya itu. Ia tertunduk di hadapan Fahmi dan Riko.

Fahmi dan Riko saling berpandangan. "Kok, bisa seperti itu?" tanya Riko mengarah kepada Andra.

Andra hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari Riko.

Fahmi memberikan isyarat kepada Riko agar tidak terus mempertanyakan hal tersebut kepada Andra. Dengan lemah lembut dan penuh kebijaksanaan, Fahmi berkata lirih di hadapan kedua sahabatnya itu yang ia tujukan terutama untuk Andra yang tampak bersalah terhadapnya, "Tidak apa-apa, Dra. Ambil hikmahnya saja!" kata Fahmi lirih. "Aku lebih senang mempunyai seorang sahabat yang jujur seperti kamu," sambung Fahmi tersenyum menepuk pelan pundak Andra.

Andra merasa terenyuh dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu, sedikitpun tidak ada dendam dan rasa kesal tumbuh dalam diri Fahmi terhadap dirinya, ia bersikap biasa saja dan tetap bijaksana.

"Ya, Allah! Ya, Rabb! Fahmi tampak bijaksana dan tidak sedikitpun marah terhadapku, sungguhan mulia hati sahabatku ini. Maafkan aku, Ya, Allah!" ucap Andra dalam hati.

*

Kebijaksanaan adalah istilah yang sering didengungkan ketika membahas tentang filsafat, kalau dalam Al-Qur'an lebih dikenal dengan kalimat hikmah yang artinya kebijaksanaan, dan siapapun orangnya yang mempunyai sifat hikmah niscaya hidupnya akan dihadapkan ke dalam sebuah keikhlasan dan menjadi orang yang pandai bersyukur di setiap hal yang ia alami dalam kehidupannya.

Seperti apa yang tertanam dalam jiwa Fahmi, ia senantiasa menjaga keikhlasan dalam dirinya dan tetap menjadikan pribadi yang bijaksana dalam mengambil keputusan, dan bijaksana dalam menghadapi sebuah permasalahan.

Berdasarkan Kitab Mu’jam Al-Qur’an, kata Hikmah (kebijaksanaan) muncul di dalam al-Qur’an sebanyak 20 kali di dalam surat yang berbeda-beda dan konteks ayat yang berbeda pula.

Hikmah adalah Kebaikan yang Berlimpah

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah.

كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ ۗ ﴿البقرة : ۱۵۱﴾

Artinya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah: 151)

"Kamu jangan khawatir, aku akan tetap menerima dengan dua belah tangan terbuka untuk kamu bekerja di kantor ini!" terang Fahmi lirih.

"Iya, Mi. Mulai Senin pekan depan aku siap bergabung di kantor ini dan aku janji akan melindungi kamu dari kejahatan Burhan," kata Andra mulai tersenyum dan langsung memeluk tubuh sahabatnya itu.

Usai berbincang dengan Fahmi dan juga Riko, Andra langsung pamit kepada kedua sahabatnya itu.

"Aku pulang sekarang ya. Insya Allah Senin depan aku siap bekerja di sini."

"Dengan senang hati, aku sangat senang dengan gabungnya kamu di kantor ini," jawab Fahmi tersenyum penuh kebahagiaan.

Andra pun langsung mengucap salam dan berlalu dari hadapan Fahmi dan Riko.

*

Sore harinya, Fahmi langsung menghubungi Erni dan membicarakan tentang kesiapan Andra untuk segera bergabung di perusahaan tersebut.

"Harusnya kamu itu datang ke sini jangan bicara melalui telepon!" kata Erni di sela perbincangannya dengan Fahmi.

"Kamu kangen sama aku, yah?" gurau Fahmi.

"Iya," jawab Erni reflek.

"Tuh, 'kan. Sudah aku duga," tuduh Fahmi tertawa kecil.

Fahmi dan Erni saat itu diam-diam sudah menjalani hubungan spesial tanpa diketahui oleh Inayah ataupun yang lainnya. Mereka sengaja menutupi hubungan tersebut karena Erni menganggap belum waktunya orang lain tahu dan cukup merekalah berdua yang mengetahui hal itu.

****