webnovel

(4)

Mark berjalan masuk ke pemakaman umum dengan membawa bunga lavender segar di tangannya.

Sepulang sekolah memang menjadi rutinitas runtinnya sebelum bekerja, ia pasti akan mengunjungi rumah terakhir adik perempuannya dengan membawakannya bunga kesukaan sang adik.

Anak lelaki itu juga nantinya akan sedikit bercerita tentang kegiatannya yang sudah ia lewati persis seperti dulu.

Dulu sang adik selalu ingin kakaknya bercerita tentang bagaimana sang kakak melewati harinya.Dae Eun memang selalu ingin mendengarkan cerita sang kakak dan itu membuat Mark senang karna ada yang mau mendengarkan cerita kesehariannya yang menurut Mark sendiri, adiknya pasti tahu dan hampir sama malahan setiap hari ceritanya.Tapi entah kenapa adik bungsunya itu malah dengan semangatnya ingin mendengarkan ceritanya.

Bahkan terkadang Jeno juga di suruh ikut mendengarkan, padahal Jeno sedang sibuk bermain game dan itu membuat keduanya kadang berakhir berdebat dan lagi-lagi Mark harus melerai keduanya dengan membelikan sesuatu untuk keduanya agar keduanya bisa cepat berbaikan.

Mark menjongkokkan dirinya di depan makam adik bungsunya.Menaruh bunga yang ia beli sepulang sekolah lalu mengusap batu nisan yang bertulisan kan nama 'Lee Dae Eun'.

Mark jadi merasa seperti mengelus rambut panjang sang adik yang dulu sering sekali bersandar di pundak sempitnya dengan nyaman"hai Dae Eun...Kau pasti marah pada kakak karna 3 hari ini kakak tak memberimu bunga lavender yah?"tutur Mark sambil terus menampilkan senyuman manis di wajah pucatnya.

Belakangan ini kesehatannya sedikit menurun.Hampir setiap hari ia terserang demam juga Mark harus berusaha menahan rasa mual dan rasa sakit perut yang terus menyerangnya dan juga entah kenapa, sakitnya itu semakin hari semakin menjadi-jadi bahkan sering membuat Mark kehilangan kesadaran.

Mark tak tahu apa yang salah darinya.

Ingin pergi ke dokter tapi uangnya belum cukup jadi Mark menunggu dulu gajian dari tempat kerjanya, baru ia akan pergi ke dokter walau sebenarnya ayahnya sangat mampu membawanya ke dokter tapi karna hubungannya dan sang ayah sedang tidak baik bahkan pada adik keduanya, ini membuat Mark tak berani.Ia takut ayahnya marah padanya karna menyusahkannya.

Mark kembali mengusap batu nisan makam adik bungsunya.Tanpa terasa, bulir air matanya jatuh mengenai batu nisannya.

Mark seperti melihat wajah Dae Eun yang tersenyum manis padanya sambil mengusap punggungnya pelan jika Mark sedang sedih seperti ini"maafkan kakak Dae Eun...maaf, kakak tak mengunjungimu.Belakangan ini entah kenapa tubuh kakak tak enak.Bahkan perut kakak sering sekali sakit juga kakak selalu muntah sampai-sampai kakak harus menahan itu semua saat kakak sedang sekolah atau bekerja-

-tapi jika uang kakak sudah terkumpul, kakak pasti akan memperiksakan diri kakak pada dokter jadi Dae Eun disana jangan khawatir ya-

-sebenarnya kakak ingin minta bantuan Jeno...tapi sekarang Jeno sama sekali tak pernah menghiraukan kakak-

-Jeno sepertinya masih sangat kecewa pada kakak...tapi kakak rasa kakak sangat pantas mendapatkannya.kakak hanya berharap suatu saat nanti Jeno akan jadi Jeno yang dulu dan bisa memaafkan kakak-

-ayah juga sama...tapi kadang ayah masih memperhatikan kakak walau hanya dalam diam.Tapi kakak senang walau begitu.Setidaknya ayah masih mau memperhatikan kakak kan Dae Eun?-

-Dae Eun, kakak sangat merindukan mu...sangat!Ingin sekali Dae Eun datang ke mimpi kakak,memeluk kakak dan memberi kakak semangat seperti dulu-

-kakak sangat merindukan Dae Eun.Kakak ingin sekali melihat Dae Eun tersenyum manis pada kakak dan menghapus air mata kakak jika kakak sedih".Mark mengusap pelan air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya.Mark tak mau Dae Eun sedih juga karenanya.

Anak lelaki tampan itu mendongakkan kepalanya, menatap langit yang kini berwarna biru cerah sambil tersenyum tipis"Tuhan...Ijinkan aku bertemu adikku walau hanya di mimpi Tuhan.Aku sangat merindukannya...aku mohon"mohon Mark pelan.

Ia kembali menatap makam adik bungsunya lalu melihat jam tangan yang bertengker manis di pergelangan tangan kirinya.Ini waktunya Mark bekerja, ia tak enak jika terlambat lagi walau sebenarnya kakak-kakaknya apalagi Baekhyun sama sekali tak mempersalahkannya karna tau Mark akan pergi ke makam adiknya dulu.

Mark memang sudah ijin pada Baekhyun jika ia akan ke makam adiknya terlebih dulu, baru pergi bekerja dan Baekhyun dengan baiknya tak mempersalahkannya.

Malahan dia membolehkan Mark untuk datang sesukanya tapi Mark tentu saja menolak.Mark tak mau memanfaatkan kebaikan Baekhyun yang sangat baik sekali padanya dan Baekhyun pun sudah Mark anggap kakaknya sendiri begitupun Baekhyun sebaliknya.

"besok kakak janji akan datang kembali Dae Eun.Sekarang kakak harus bekerja...Sampai jumpa Dae Eun"Mark mengusap batu nisan sang adik lalu berdiri dari jongkoknya.

Ia kembali memengang perut sebelah kananya saat sakitnya datang kembali dengan tangan kirinya yang membekap mulutnya.Rasa mualnya kembali lagi tapi untungnya ia tak muntah.

Mark memejamkan matanya sambil terus memengang perut dan membekap mulutnya, berharap sakit yang menyerangnya juga mualnya bisa sedikit mereda.

Dengan perlahan, ia berjalan sambil terus menetralkan sakit dan mualnya.Mark harus tetap bekerja agar bisa cepat memperiksakan dirinya.Mark sangat penasaran, apa yang salah darinya sebenarnya.

Ia berharap, ia hanya sakit biasa.

Mark membuka pintu utama rumahnya dengan pelan karna di halaman rumahnya ada mobil sang ayah yang sudah terpakir disana.Sepertinya ayahnya baru pulang karna mobilnya belum di masukkan dalam bagasi.

Mark berjalan perlahan melewati ruangan tamu yang gelap.Mark yakin, ayahnya sedang berada di kamar dan adiknya Jeno pasti sudah tidur.Ia harus berjalan perlahan agar ayahnya yang sedang di kamarnya tidak menangkap basah dirinya karna pulang larut.Kamar ayahnya ada di lantai satu soalnya.

Mark berharap sekali, ia bisa naik ke lantai atas dengan aman tanpa sepengetahuan sang ayah.Namun harapannya seketika luntur saat tiba-tiba lampu ruangan tengah menyala.

Mark yang hendak naik ke lantai dua menuju kamarnya membeku di tempatnya berdiri, apalagi saat suara sang ayah menginterupsinya dengan nada bicara yang dingin.

"Dari mana saja kau Mark?kenapa kau pulang sangat larut?Sekolah sudah selesai dari sore tadi dan kau!pulang jam 11 malam!mau jadi anak nakal hah?"Mark membalikkan tubuhnya dimana sang ayah berada dan refleks menunduk dalam.

Mark tak menyangka jika akhirnya ia bisa tertangkap langsung oleh sang ayah.Ia bingung harus menjelaskan apa nantinya agar sang ayah tak semakin marah padanya.

"Maaf ayah,ak..akk-

"Maaf apanya Mark?ayah tak butuh maafmu!bahkan ayah melihat jika nilai mu akhir-akhir ini menurun!apa yang kau lakukan memangnya hah?kau terlalu asik bermain begitu?bukannya menjaga Jeno di rumah!kau malah asik keluyuran dan pulang malam seperti ini!"tutur sang ayah bahkan nada bicaranya semakin naik pada Mark.

"I..tttu.... Ay...yahh-

"Jangan banyak alasan Mark!kau lama-lama menjadi sangat pembangkang sekarang.Ayah kecewa padamu Mark...Ayah akan memotong uang sakumu lagi!"potong sang ayah.

Mark menggeleng cepat"Hiks,jangan ayah....maafkan aku ayah.Aku mohon jangan potong uang sakuku"mohon Mark.Uang sakunya yang sekarang di berikan sang ayah saja tak cukup sampai sebulan sampai-sampai ia harus bekerja untuk mencari tambahannya dan sekarang ayahnya malah akan memotong kembali uang sakunya.Bisa-bisa Mark hanya akan makan ramyoun jika ia belum gajian di tempat kerjanya.Mark pun harus semakin menghemat uangnya.

"Ayah tak perduli!Ini hukumanmu karna semakin hari kau tak mau menuruti ayah.Sekarang pergi ke kamarmu!"perintah sang ayah pada Mark yang sudah berlutut di hadapannya, berharap sang ayah mau memaafkannya dan tak memotong lagi uang sakunya.

"Tappi..ayah..aku mohon jan-

"AYAH BILANG PERGI KEKAMARMU!"bentak Siwon, ia benar-benar sudah kehabisan kesabarannya pada putra sulungnya yang menurutnya sangat berbeda semenjak putri bungsunya tiada.

Mark seperti menjauh padanya dan juga Jeno.Jika ia pulang siang untuk melihat keberadaan keduanya pun, hanya ada Jeno sendirian di rumah tanpa ada Mark.Siwon tak tahu Mark pergi kemana belakangan ini.

Mark bukannya menjaga adik satu-satunya, dia malah keluyuran dan pulang malam seperti sekarang ini.

Siwon tak menyadari saja jika ia dan Jeno yang tanpa sadar menjauhi Mark.Dia hanya sangat sibuk dan terlalu kecewa pada Mark membuatnya tak menyadari itu semua.

Mark mengangguk pasrah.Ia tak akan bisa meluluhkan hati ayahnya sekarang.Entah kenapa, ayahnya ini sering sekali emosi jika Mark ada di hadapannya.

Mark bangun perlahan, membungkukkan badannya pada sang ayah sambil meminta maaf lagi lalu naik ke tangga untuk menuju kamarnya.

Jeno keluar dari kamarnya saat ia yang masih sibuk belajar mendengar ayahnya tengah memarahi seseorang.

Bisa ia lihat, sang kakak yang tengah berlutut di hadapan sang ayah sambil menangis karna tengah di marahi oleh sang ayah di lantai bawah.

Dengan cepat Jeno bersembunyi dari sang kakak yang tengah naik tangga menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Dae Eun juga.

Jeno bisa melihat wajah lelah sang kakak juga jejak air mata di kedua pipi mulusnya.Kakaknya nampak sangat berantakan bahkan seragam sekolahnya pun sudah sangat acak-acakan, seketika hati Jeno khawatir pada sang kakak.

Ada rasa ingin memeluk sang kakak juga menghapus air matanya.Namun ego Jeno lebih besar dari rasa prihatinnya pada sang kakak sekarang.Rasa marah, kecewa pada sang kakak masih memenuhi hatinya.Jeno berusaha menekan rasa kesiannya pada sang kakak.

Jeno mendekati kamar sang kakak saat sang kakak sudah masuk ke dalam kamarnya.Dengan perlahan Jeno berjalan ke arah kamar sang kakak dan mengintip dari celah pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

Jeno melihat sang kakak yang tengah memengangi perutnya sambil terisak pelan itu semakin membuatnya bertanya-tanya, kenapa kakaknya nampak sangat kesakitan.

Ingin rasanya Jeno menanyakan dan memeluknya erat seperti dulu.Namun lagi, egonya lebih besar dari apapun.

Mark menatap langit-langit kamarnya lalu memejamkan matanya karna rasa sakit perutnya lagi-lagi datang dan ini semakin sakit.

'aku hanya bekerja agar aku bisa memperiksakan diriku ayah.Maaf kan aku...Aku janji akan memperbaiki nilaiku...Aku juga akan menjaga Jeno ayah seperti apa yang ayah minta walau Jeno sendiri tak mau aku dekati...hiks maafkan aku, Jeno, Dae Eun...Aku memang bukan kakak yang baik untuk kalian'.

Sepulang sekolah Hari ini, Mark akan memperiksakan dirinya ke rumah sakit.Sebelumnya, seperti biasa ia akan mengunjungi makam adik bungsunya dengan membawa bunga lavender kesukaan adik perempuannya.Ia juga sudah meminta ijin pada Baekhyun kalo hari ini ia akan telat sekali datang ke cafe tapi sebagai gantinya, besok ia akan datang lebih awal.

Mark beralasan jika hari ini akan kerja kelompok dulu baru bekerja.Padahal jika ada kerja kelompok, Mark memilih jika ia saja yang mengerjakannya, sedangkan teman-temannya tinggal terima beres saja.

Sungguh baik hatimu Mark...

Baekhyun?tentu saja mengijinkannya.Malahan ia tak memperbolehkan Mark besok datang awal karna yah...Baekhyun tak mau Mark kelelahan.Dia berpikir jika Mark itu masih anak sekolah yang seharusnya hanya belajar bukannya bekerja hingga larut malam.Terkadang Baekhyun tak habis pikir dengan jalan pikir Mark yang malah mau bekerja hingga malam.

Dengan perlahan Mark menjongkokkan dirinya di depan makan adik bungsunya, takut perutnya tiba-tiba sakit kembali karna saat jam istirahat sekolah tadi, Mark harus menahan sakit lagi perutnya.Ini membuatnya selalu pelan-pelan jika sedang mengerjakan apapun, takut membuat perutnya tambah sakit.

"Hai Dae Eun...Dae Eun tau?Hari ini kakak akan memperiksakan diri kakak pada dokter.Semoga saja sakit yang mendera kakak ini tak terlalu parah ya Dae Eun-

-maaf ya Dae Eun, hari ini kakak tak bisa berlama-lama, takut kakak semakin telat bekerja.Besok kakak tak kan mengunjungimu, maafkan kakak ya?kakak harus mengantikan hari ini tapi besoknya lagi kakak janji akan datang kembali dan bercerita panjang pada Dae Eun-

-kakak pamit ya Dae Eun"Mark mengelus batu nisan sang adik.Ia menaruh bunga lavender yang di bawanya lalu berdiri dan kembali memengang perutnya yang sakit kembali.

"Shhhh...oh ayolah perut...kerja samalah denganku"ucap Mark pelan.Mark terus memengangi perutnya sambil terus berjalan menuju ke halte bus untuk menuju ke rumah sakit dengan berusaha menahan terus sakit perutnya yang tak kunjung menghilang.

"Aku sebenarnya sakit apa dokter?"tanya Mark pada dokter yang ada di hadapannya.Ia baru saja selesai di periksa dan sekarang tengah menunggu penjelasan dari dokter yang memeriksanya.Mark sangat berharap jika penyakitnya ini hanya penyakit biasa tapi ia anehnya sakitnya ini terus menderanya dan terkadang sakitnya semakin menjadi-jadi jika dia hanya bergerak, itupun sedikit dan secara perlahan.

"Kanker nak"jawab dokter yang memeriksa Mark.Ia menghembuskan napas pelan, apalagi melihat pasiennya ini masih sangat muda tapi dia sudah harus menderita kanker walau belum terlalu ganas tapi tetap saja, kanker itu sulit sekali di obati apalagi kanker sang pasien masih sangat aktif.

Mark terkejut di tempatnya.Ternyata yang di deritanya ini bukan sakit biasa seperti apa yang di harapkannya.Pantas saja sakitnya sangat luar biasa jika tengah menyerangnya sampai terkadang, Mark menangis karna sakit tak tahan dengan sakitnya.

Mark dengan cepat tersenyum tipis untuk menyembunyikan rasa sedihnya.Mark harus menerima penyakitnya ini walau ia harus terus menahan sakit.

Ini takdirnya, Mark harus menerimanya dengan sabar dan ikhlas.Ia tahu Tuhan tak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuannya.

Dokter yang bernamtag Donghae menatap pasiennya aneh.Mengapa pasiennya ini malah tersenyum, bukannya ini kabar buruk untuknya, pikirnya.

"Apakah sudah parah sekali dok?"tanya Mark lagi.Mark berharap, dokter yang memeriksanya kali ini memberinya kabar baik karna jujur, Mark masih ingin hidup.Ia ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan ayah dan adiknya.

"masih stadium 2 nak.Kau masih ada harapan untuk sembuh...tapi kau harus perawatan atau operasi untuk bisa membuat kankermu melambat atau sangat baiknya benar-benar hilang"jelas sang dokter membuat Mark menundukkan kepalanya.Senyuman tipisnya menghilang begitu saja membuat dokter Donghae tahu bahwa tadi sang pasien hanya memberikan senyum palsunya.

"Tapi aku tak punya uang dokter untuk semua biaya perawatannya...karna itu pasti mahal, apalagi sampai operasi"tutur Mark pasrah.Mark tak mungkin kan bilang pada ayahnya jika ia terkana kanker.Mark tak mau merepotkan banyak sang ayah dan takutnya membuat sang ayah marah karna Mark tak bisa menjaga kesehatannya.

Memang ayahnya sangat kaya tapi membuang-buang uang untuk pengobatan dirinya yang tak berguna bagi Mark itu sia-sia. Mark juga tak punya uang untuk perawatan jalannya apalagi operasi.Ia hanya ada uang untuk kehidupannya sehari-hari mungkin ada tabungannya.Namun itu juga tak cukup untuk biaya rumah sakit setiap harinya, apalagi ini Seoul.

Dokter bernamtag Donghae menghembuskan napas pelan dan mengusap rambut coklat Mark pelan"setidaknya minum obat mu yang teratur nanti yah nak-

-perbaiki pola makan mu... lambungmu juga sedikit bermasalah dan jika kamu terus mengabaikan makan maka penyakit lambung pun bisa kau miliki nak"jelas Donghae memperingati Mark.

Mark mengangkat kepalanya lalu tersenyum lagi sembari mengangguk.Ia baru saja ingat jika ia sering sekali melupakan jadwal makannya.Apa itu yang membuat penyakitnya sangat sakit? pikirnya.

"aku janji akan memperbaiki pola makan ku dan menjaga kesehatanku mulai sekarang dokter.Aku akan berusaha"ujar Mark sembari terus tersenyum manis membuat dokter yang menanganinya mengusap pelan rambutnya dengan gemas.

Pasiennya ini cepat sekali merubah moodnya.

Tadi dia sedih tapi sekarang dia sudah senang lagi.

"Aku pegang janji mu ya nak...tapi setidaknya jika kau kambuh segera periksa nak atau minum obatnya yang teratur.Kankermu masih stadium 2 awal, setidaknya jika kamu minum obat yang teratur itu bisa mencengah kankernya semakin menyebar dan menganas"jelas Donghae lagi dan segera diangguki'iya'dengan semangat oleh Mark

"Tentu saja dokter"Donghae tersenyum dan kembali mengusap rambut Mark dengan gemas.Mark berbeda dengan pasien lain yang di temuinya,pikirnya.

Disaat orang-orang yang divonis kanker akan panik atau semacamnya, Mark malah terus tersenyum seakan-akan penyakitnya ini tak berbahaya.

"Aku yakin kau bisa sembuh Mark".