webnovel

(35)

Jeno keluar dari lift bersama dengan Haechan, Jaemin, dan Renjun yang ingin menjenguk Mark setelah pulang sekolah.

Renjun,Haechan, dan Jaemin yang mengetahui kakak dari sahabatnya sakit memaksa Jeno untuk ikut ke rumah sakit, dimana kakaknya di rawat.

Ketiga sahabat Jeno menahan tawanya karna melihat wajah Jeno yang sedikit bad mood akibat dia yang di paksa sekolah oleh kakaknya padahal katanya, dia ingin menamani kakaknya yang masih harus di rumah sakit, entah sampai kapan tentunya.

Keempatnya berjalan santai di lorong ruangan khusus rumah sakit yang mempunyai ruangan yang berbeda dari kamar rumah sakit kebanyakannya.

Haechan, Jaemin, dan Renjun sibuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling lorong rumah sakit khusus ini karna mereka baru melihatnya.

Ketiganya terus berdecak kagum saat melihat lorongnya saja sudah seperti lorong hotel, bukan rumah sakit biasa dan tak seramai di lantai bawah, malahan hanya ada keempatnya yang kini tengah berjalan.

Jeno memberhentikan langkahnya di kamar no 002 di ikuti sahabat-sahabatnya.

Dia membuka pintu ruangan, dimana kakaknya di rawat lalu masuk ke dalamnya di ikuti sahabat-sahabatnya yang terus mengekor di belakangnya.

"Aku pikir ini apartemen, bukan rumah sakit"tutur Renjun saat memasuki ruangan yang di masukinya yang ia yakini tempat di rawatnya kakak Jeno.

"Astaga!ini seperti kamarku, bukan kamar rumah sakit Jen.Ayahmu memang benar-benar kaya"ujar Haechan antusias.

Haechan sebenarnya sudah sangat tahu sekaya apa keluarga Lee tapi melihat ruangan rawat dimana Mark di rawat, ia jadi semakin takjub saja.

Sebenarnya ayahnya Jeno itu sekaya apa?bisa-bisanya memesan ruangan rumah sakit layaknya memesan kamar hotel berbintang lima, bukan ruangan rumah sakit VVIV pada biasanya, pikir Haechan.

Jaemin yang sibuk melihat-lihat ruangan juga menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan takjub seorang Haechan.

Haechan saja yang sudah sangat mengenal keluarga Lee masih takjub, apalagi Jaemin dan Renjun walaupun sahabat Jeno tapi mereka tak seperti Haechan yang sudah mengenal luar dalam keluar Lee.

Jeno hanya berdecak malas.Sahabat-sahabatnya ini terlalu berlebihan menurutnya."Ayahku memilih ruangan seperti ini agar kak Mark betah di rawatnya.Kakakku tak suka suasana rumah sakit"balas Jeno enteng lalu membuka kembali pintu ruangan, dimana ada kakaknya di dalam.

Haechan sampai bingung sendiri karna dia kira akan bertemu dengan Mark tapi ternyata ada ruangan khusus lagi ternyata.

Haechan benar-benar mengira ini apartemen yang ingin masuk ke dalam kamarnya kalo yang sekarang ia masuki itu hanya ruangan tamunya.

Benar-benar membuat Haechan jadi betah di ruangan ini jika saja tak ingat, ini sebenarnya rumah sakit.

Jeno membuka pintu, dimana Haechan,Renjun, dan Jaemin bisa melihat ruangan yang benar-benar tempat kakak dari sahabatnya berada.

Ketiganya terus berdecak kagum sambil masuk ke dalam ruangan dan berjalan beriringan ke tempat tidur Mark, dimana ada ayah Jeno yang tengah menemani Mark yang tertidur.

Jaemin, Renjun, dan Haechan membungkukkan badannya, memberi salam pada ayahnya Jeno dan Mark.

Siwon membalas salam ketiga sahabat putra keduanya sambil tersenyum ramah.

"Ayah, kak Mark baru tidur?"tanya Jeno sambil menaruh tasnya di sofa yang biasanya ia tiduri.

"Sudah cukup lama Jen, memang kenapa?"tanya Siwon sambil menutup sebagian tubuh Mark yang tadinya terbuka dengan selimut tebal karna tadi luka Mark baru saja di beri obat.

Jaemin, Renjun, dan Haechan yang melihat sebagian tubuh kakak dari sahabatnya yang tadi terbuka dan menampakkan banyaknya alat-alat di tempelkan di dada Mark, belum lagi luka-luka yang menghiasi tubuh mulusnya membuat mereka ngeri dan tak tega melihatnya.

Ketiganya tahu, kenapa kakaknya Jeno mendapatkan luka itu karna Jeno menceritakannya tadi pada ketiganya saat perjalanan menuju rumah sakit.

Mereka kira lukanya tak terlalu parah bahkan Haechan sampai membulatkan matanya saat tadi melihat tubuh Mark yang di hiasi banyak luka kembali bahkan lebih parah dari yang kemarin-kemarin.

"Sahabat-sahabatku ingin menyapa kak Mark.Bolehkah aku bangunkan kak Mark?"tanya Jeno lagi, kini dia duduk di samping sang ayah yang masih sibuk merapikan selimut juga rambut kakaknya.

Siwon mengangguk sambil berdiri dari duduknya untuk memberikan waktu kepada sahabat-sahabatnya Jeno yang ingin menjenguk Mark"iya...tapi pelan-pelan, takut nantinya mood kak Mark semakin kacau.Dia habis menangis tadi"nasihat Siwon dan keluar dari ruangan Mark menuju keruangan yang di luar, dimana ia akan membaca koran disana.

Jeno mengangguk walau dia sempat penasaran kenapa kakak bisa menangis tapi ia dengan segera membangunkan kakaknya yang tertidur dengan damai.Nanti saja ia bertanyanya jika sahabat-sahabatnya sudah pulang.

"kak Mark, kak Mark, bangun... Sahabat-sahabatku ingin menjengukmu"Jeno dengan pelan mengelus pipi sang kakak yang tidak terluka sambil memanggil-manggil nama kakaknya agar mau membuka matanya.

Mark bergumam sambil membuka secara perlahan kelopak matanya.

Bisa dia lihat, ketiga sahabat Jeno sudah ada di ruangannya, tengah melemparkan senyuman manisnya untuknya yang segera di balas oleh Mark dengan senyumannya kembali.

"Hai kak Mark"sapa ketiganya berbarengan.

Mark mengangguk pelan sambil membalas sapaan mereka walau dengan suara serak akibat ia yang baru saja bangun tidur"hai...Renjun, Jaemin, Haechan"balas Mark.

Ketiga sahabat Jeno mendekati tempat tidur Mark sambil membuka tas mereka masing-masing.

"Ini untuk kakak.Maaf yah kak, jika hanya ini saja...Soalnya kita tadi mendadak ke sininya"tutur Haechan sambil memberikan sebuah paper bag yang ia taruh di dalam tasnya di ikuti Renjun dan Jaemin yang juga menyodorkan paper bag yang berbeda warna pada Mark.

Mark menerimanya dengan senang apalagi setelah melihat isi di dalamnya yang ternyata buah semangka di dalam paper bag ketiganya walaupun tidak utuh, tapi Mark tetap menyukainya.

Jeno menaruh paper bag yang di berikan sahabat-sahabatnya di nakas samping tempat tidur kakaknya karna tak mungkin kakaknya terus memenangi ketiga paper bag itu.

"Oh kak, aku di titipkan buku-buku tugas dan catatan oleh teman-teman kakak tadi.Katanya nanti mereka akan berusaha menjenguk kakak bersama-sama"tutur Haechan sambil memberikan buku pada Mark.

Mark tersenyum senang dengan teman-teman sekelasnya yang mau memberikan catatan dan tugas kepadanya.

Dia bisa melihat kalo catatannya di tulis oleh teman-temannya yang berbeda dan juga ia menemukan halaman buku, dimana halaman itu di penuhi kata-kata penyemangat untuk Mark agar cepat sembuh dari semua teman-teman sekelasnya.

Sejujurnya Mark jadi merindukan suasana kelasnya sekarang walau baru beberapa minggu teman-temannya mau menerimanya, tapi perlakuan baik mereka membuat Mark langsung sangat betah di kelasnya sekarang, bukan seperti dulu.

"Terimakasih Haechan...Tolong sampaikan terimakasih ku pada mereka semua...dan tak apa jika mereka tak bisa berkunjung.Aku tak mempersalahkannya"tutur Mark yang diangguki 'iya' oleh Haechan.

"Kalian sudah makan?"tanya Mark yang di balas gelengan kepala oleh ketiga sahabat Jeno.

Mark menatap Jeno yang hanya menyimak percakapannya dengan ketiga sahabatnya.

Jeno menatap Mark bertanya karna tak mengerti dengan tatapan sang kakak, ini membuat Mark menggeleng pelan karna melihat wajah kebingungan adiknya"Jen, mintakan ayah memesan makanan.Kau belum makan kan?"

Jeno menggeleng bahwa ia belum makan.Sebenarnya sudah tapi itu di siang hari dan itupun sedikit karna ia terlalu bad mood pergi ke kantin jadi sahabat-sahabatnya juga mengikutinya karna ingin menemani Jeno yang sedang kepikiran kakaknya.

"Belum kak".

"Yasudah, minta ayah memesan makanan.Kalian harus banyak makan, jangan sampai seperti kakak"tutur Mark.

Jeno bangun dari duduknya untuk menghampiri ayahnya yang ada di ruangan sebelahnya.Ia tahu, ayahnya pasti sedang membaca koran disana.

Mark mengajak Haechan, Renjun, dan Jaemin mengobrol selagi Jeno menghampiri ayahnya untuk memintanya memesan makanan.

"Jen, ini banyak sekali"tutur Jaemin sampai-sampai mulutnya membentuk huruf 'o' karna melihat banyaknya makanan yang di pesankan oleh ayahnya Jeno.

Memang ia lapar, tapi melihat banyaknya makanan dan minuman bahkan di sediakan juga makanan pembuka dan pencuci mulut membuatnya bingung untuk menghabiskannya.

Padahal Haechan dan Renjun sudah sibuk makan, tak memperdulikan apa-apa lagi sambil melihat kartun yang di tayangkan di televisi ruangan Mark.

"Makan saja Na.Lihat, Renjun dan Haechan saja sudah berebut makanan.Ayo habiskan saja...Nanti kau di habiskan si Haechan"ujar Jeno sambil mengambil makanan kesukaannya untuk di makan, keburu di makan oleh Haechan.

Haechan yang tengah sibuk memakan makanannya menoleh tak terima saat namanya di bawa-bawa, padahal ia hanya diam, sibuk makan sedari tadi.

"Yakk Jenoo!"pekik Haechan tak terima padahal mulutnya sedang penuh makanan sedangkan Renjun menahan tawanya melihat wajah kesal Haechan tapi tetap sambil memakan makanannya.

Jaemin yang tak mau di habiskan makannya oleh kedua sahabatnya langsung mengambil makanan yang hendak di ambil Haechan, ini membuatnya di tatap Haechan galak tapi Jaemin tak memperdulikan nya.

Ia mending mengikuti kata Jeno.Daripada ia di habiskan oleh kedua sahabatnya, Haechan dan Renjun, mending dia juga makan makanan dan minuman yang sudah di sajikan gratis oleh ayahnya Jeno.Tak boleh menyiakan makanan mahal dan gratis, bisa membajir pikirnya.

Ketiganya sangat bahagia karna di beri makanan enak yang gratis pula.Kebetulan sekali mereka sangat lapar karna saat istirahat tidak terlalu banyak makan.

Mark tersenyum tipis melihat Jeno yang tertawa kecil karna melihat sahabat-sahabatnya yang makan dengan lahapnya.Ia senang sekali jika Jeno tertawa seperti itu.

Ia selalu bersyukur, Jeno di pertemukan oleh Ke-3 sahabatnya yang sudah Mark anggap adik-adiknya juga.

Dia memejamkan matanya saat rasa sakit menyerangnya kembali.Sebisa mungkin ia menahannya agar tak menganggu acara keempat adiknya makan.

Mark memilih melihat kartun yang di tayangkan di televisi, berharap rasa sakitnya bisa menghilang karna tak mau menganggu keempat adiknya sampai-sampai ia meremas selimut yang menutupi setengah tubuhnya untuk menyalurkan rasa sakitnya yang kembali datang.

Jeno bangun dari duduknya untuk mengambil barang di tasnya, dia segera menghampiri sang kakak yang ia rasa tak beres karena sang kakak sekarang tengah memejamkan matanya sambil meremas selimut yang di gunakan.

Ketiga sahabat Jeno tak menyadarinya karena masih asik makan.

"kakak...are you okay?"tanya Jeno.Ia bisa melihat jika kening kakaknya mulai basah oleh keringatnya.

Mark membuka matanya.Ia tersenyum tipis pada Jeno sambil berusaha menahan leguhan kesakitannya"kakak baik-baik saja...Hanya ingin tidur"bohong Mark sambil terus tersenyum tipis agar Jeno tak khawatir padanya karna adiknya masih makan.

"Kalo gitu, aku makan lagi ya kak.Kakak tidur saja lagi... nanti kalo mereka pulang, aku bangunkan lagi"ujar Jeno yang di angguki pelan oleh Mark.

Mark memejamkan matanya, berusaha tidur agar rasa sakitnya bisa berkurang dan tak menganggu adik-adiknya makan.

Jeno merapikan selimut Mark dengan tangannya yang tidak kotor.Ia tersenyum tipis melihat sang kakak yang ia rasa kembali tidur.

Dia berjalan menuju sofa, dimana tasnya berada karna ingin mengambil handphonenya lalu kembali lagi bergabung bersama sahabat-sahabatnya untuk makan kembali.

"Njun...ini untukku yah?"Haechan memegang gelas yang sudah Renjun ambil untuknya.

Tentu saja Renjun menggeleng tanda tidak terima dan berusaha mengambil kembali miliknya.

Jeno dan Jaemin sudah tertawa melihat kembali pergelutan Haechan dan Renjun yang pastinya akan di menangkan oleh Renjun walau badannya lebih kecil dari Haechan.

"Yakk! Lee Haechan!".