webnovel

(29)

"Hiks,kak...sak...kit"aku Mark pada Jaehyun yang sedang memeriksanya.

"sebentar yah Mark...kakak tau kau kuat"tutur Jaehyun sambil memeriksa seluruh luka-luka dan memar yang menghiasi kulit putih Mark.

Jaehyun menyuruh para perawat untuk membuka almamater jas sekolah Mark agar memudahkan Jaehyun memeriksanya juga membuka kancing baju Mark untuk melihat, apakah ada luka dan lebam disana atau tidak.

Jaehyun bisa lihat, tubuh mulus Mark kembali di penuhi lebam-lebam juga luka bahkan perutnya yang waktu itu ia periksa membiru kini semakin membiru saja.

Jaehyun menyentuhnya pelan, ini membuat Mark berteriak kesakitan."Sakit kak!"seru Mark spontan, bahkan air matanya semakin banyak saja memenuhi kedua pipinya.

Jaehyun menatap Mark lembut.Dia mengusap rambut Mark yang sudah basah oleh keringatnya sendiri.Ia paling tak tega melihat Mark yang sudah ia anggap adiknya ini menangis apalagi terluka.

Jaehyun menyuntikkan obat pereda nyeri di tangan kiri Mark agar Mark tak terlalu kesakitan dengan luka-lukanya sedangkan para perawat membersihkan kening, pipi, dan juga bibirnya yang mengeluarkan darah dengan perlahan.

Mark sebisa mungkin menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya, apalagi perutnya yang sakitnya melebihi tadi karna Bon-Hwa dan teman-temannya memukul perutnya lebih kencang daripada waktu itu.

Dia memejamkan matanya, tak mau melihat Jaehyun yang sedang memakaikan infus pada punggung tangannya.

Sejujurnya Mark sangat takut dengan jarum yang akan menusuk punggung tangan kirinya.

"Kau sudah meminum obatmu Mark?"tanya Jaehyun yang kini duduk di samping ranjang pesakitan Mark.

Hanya ada Jaehyun dan Mark di dalam.Para perawat yang menangani Mark sudah kembali ke tempatnya masing-masing.

Mark membuka matanya lalu dia menggeleng pelan.Ingin berbohong tapi percuma saja, Jaehyun itu tak bisa ia bohongi jadi lebih baik Mark jujur saja, lagipun Jaehyun bisa memberinya obat agar sakit perutnya bisa mereda sekarang karna Mark masih berusaha menahan sakit perutnya dan sedikit rasa mualnya.

Jaehyun menghela napas berat.Sudah ia duga, pasti Mark akan melupakan obatnya padahal ia sudah mewanti-wantinya untuk selalu tepat waktu meminum obatnya.Jangan hanya saat sakitnya datang saja.

Ingin rasanya Jaehyun memandori Mark atau mengurung Mark di rumah sakit agar dia bisa memastikan Mark minum obatnya dengan baik.Tapi Jaehyun sangat tahu, Mark pastinya akan menolak itu semua jika dirinya tetap memaksa anak keras kepala ini, Bisa-bisa Mark marah padanya dan benar-benar tak akan memperiksakan dirinya lagi.

"Sakit sekali yah?"tanya Jaehyun lembut sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Mark yang terbuka karna banyaknya luka dan memar di daerah perutnya.

Ia memilih untuk tidak mengomeli Mark karna tak tega melihat wajah Mark yang masih saja menahan kesakitan.

Mark mengangguk pelan tanpa membuka matanya.Bukan perutnya saja yang sakit tapi seluruh badannya sangat sakit.Ingin menangis tapi Mark tak mau menangis di depan Jaehyun karna malu.

Jaehyun bangun dari duduknya.Dia menyiapkan suntikan obat untuk Mark.Mark tak mungkin meminum obat saat keadannya yang seperti ini jadi ia mau tak mau harus menyuntikkan obat untuk Mark langsung ke tangannya.

"Tenang saja...Ini tak akan membuatmu seperti waktu itu Mark"tutur Jaehyun saat melihat Mark menggelengkan kepalanya karna melihatnya membawa 2 suntikan yang pasti untuknya.

Mark menatap ke arah lain, tak mau melihat Jaehyun yang sedang menyuntikan obat ke tangan kananya.Sebisa mungkin ia menahan ringisan sakit saat jarum panjang itu menembus kulit tangannya.

Jaehyun tersenyum pada Mark saat sudah memberinya obat yang akan membuat sakit perutnya mereda.Ia mengusap pelan surai coklat anak lelaki yang hanya diam menatapnya.

"kak...guruku"ucap Mark.

Dia baru ingat jika ada Yoona, sang wali kelas di luar sana yang telah menyelamatkan dan membawanya kemari.

"Itu gurumu?"tanya Jaehyun karna ia kira itu bibinya Mark.

Mark mengangguk pelan.Ia khawatir pada gurunya itu karna ini sudah malam, ia yakin gurunya akan menungguinya.

"Baiklah...kakak akan menemui dia dan menyuruhnya untuk menumuimu"Jaehyun berjalan keluar dari ruangan dimana Mark di tangani.

Mark belum di pindahkan ke ruangan lain karna tadi Jaehyun menahannya jadilah Mark masih berada di ruangan unit gawat darurat.

Jeno membuka matanya perlahan.Dia melirik jam dinding yang tertempel di kamarnya dan langsung mendudukan diri di kasurnya saat melihat jam tersebut yang ternyata sekarang sudah pukul 10.00 malam.

Ia pasti ketiduran karena kelelahan mengikuti sang kakak dan juga kekenyangan karena terlalu banyak memesan di kafe sang kakak bekerja.

Jeno bangun dari duduknya.Dia ingin melihat ayahnya dan kakaknya, sudah pulang ke rumah atau belum.

Jeno menuruni anak tangga.Ia mengetuk pintu kamar sang ayah yang tak ada sautan disana, berarti sang ayah belum pulang.

Anak lelaki bersurai hitam legam itu menghembuskan napas pelan lalu menatap ke sekeliling rumah besarnya dan pandangannya terhenti di kamar sang kakak yang berada di lantai dua, sama dengannya.

'sejujurnya kakak ingin sembuh... hanya saja kakak selalu lalai dan lupa untuk meminum obat yang di berikan kak Jaehyun sampai-sampai kakak di omelinya karna kakak selalu lupa untuk minum obatnya' .

Jeno menepuk keningnya pelan.Ia melupakan misi terakhirnya ternyata"Astaga...Aku kan harus ke kamar kak Mark!ku harap kakak belum pulang"ujarnya dan langsung berlari menaiki tangga untuk menuju kamar kakaknya.

Ia berharap kakaknya belum pulang.Jeno baru ingat jika dirinya harus ke kamar sang kakak karna ia curiga dengan sang kakak jika dia banyak sekali menyembunyikan rahasia di kamarnya.

Terlebih, ia juga baru ingat jika ia ingin mencari obat yang di berikan Jaehyun pada Mark yang sama sekali tak di ketahuinya apalagi sang ayah.

Jeno ingin tahu, obat apa yang di berikan oleh Jaehyun, salah satu dokter pribadi keluarganya dan apakah benar kakaknya sakit seperti apa yang di duga Jeno karna Mark selalu saja mimisan, contohnya seperti sore tadi saat di makan Dae Eun.

Jeno mengetuk pintu kamar Mark, memastikan dulu ada apa tidaknya kakaknya di dalam.

Tak mungkin kan Jeno langsung masuk saja saat ada sang kakak di kamarnya?Ia terlalu malas mencari alasan lagi pada sang kakak dan ia juga tak mau membohongi kakaknua lagi.Cukup tadi saja, itupun karna terpaksa.

"kak Mark...kakak di dalam?"panggil Jeno.Namun Mark tak kunjung menyautinya, ini membuat Jeno membuka pintu kamar Mark yang untungnya tak terkunci jadi memudahkannya untuk masuk ke dalam kamar sang kakak.

Dan benar, sang kakak ternyata belum pulang tapi sebelumnya Jeno mengetuk kamar mandi kamar Mark yang masih tak ada sautan lagi dan ia juga membuka pintu balkon sang kakak, takut sang kakak ternyata ada di balkon kamarnya karna biasanya, kakaknya akan melihat bulan dan bintang di balkonnya ini untuk mengingat Dae Eun.

Jeno kembali masuk ke dalam kamar Mark.Dia mulai mengeledah kamar sang kakak tanpa mengacak-ngacak barangnya.

Ia Kesian pada sang kakak yang nantinya akan di marahi sang ayah karna kamarnya berantakan dan sang kakak juga harus membereskannya padahal ulah Jeno.

Jeno tak mau membuat kakaknya kelelahan apalagi sekarang ia tahu kalo kakaknya itu ternyata bekerja setelah pulang sekolah, pasti itu sangat melelahkan untuk sang kakak.

"Obatnya seperti apa ya?"tanya Jeno pada dirinya sendiri sambil membuka laci yang terletak di samping tempat tidur Mark yang ternyata tak ada obat-obatan disana, hanya ada koleksi barang-barang kesayangan sang kakak.

Jeno menghembuskan napas pelan sambil mendudukkan bokongnya di tempat tidur Mark karna kesal tak kunjung menemukan obat yang tadi kakaknya ceritakan.

Ia melebarkan pandangannya dan baru menyadari jika ia belum mengecek meja belajar sang kakak.

Ia harap, ia bisa menemukannya disitu sebelum kakaknya kembali karna hanya tempat itu harapannya, tak mungkin kan kakaknua menaruhnya di kamar mandi dan Jeno juga berharap kakaknya tak membawa semua obatnya.

Jeno mulai mengeledah meja belajar sang kakak dengan berharap akan menemukan obat yang di berikan Jaehyun.

"kak Mark menaruhnya dimana sih?"tanyanya kesal karna masih tak menemukannya juga.Namun matanya yang sipit semakin menyipit saat melihat tumpukkan buku sekolah sang kakak, dimana di bawahnya ada yang membuatnya penasaran.

Jeno mengangkat buku-buku tugas sekolah sang kakak.Ia tersenyum tipis saat menemukan benda yang di cari-carinya di kamar sang kakak, ternyata ada di bawah buku-buku tugasnya.

"kakak tak membawanya apa?"tanyannya pada dirinya sendiri karena melihat obat sang kakak yang sangat banyak.

Jeno membawa obat-obatan sang kakak ke kasurnya karna ia akan mengeceknya sambil duduk.

Tak mungkin kan ia berdiri terus di meja belajar sang kakak dan Jeno juga harus dekat dengan tempat yang bisa ia jadikan sembunyian karna takut tiba-tiba kakaknya masuk ke dalam kamarnya.

"Ini obat apa yah?tak mungkin kan aku ke rumah sakit dulu?nanti lama...Ah di internet pasti ada"Jeno merongoh saku almamater sekolahnya, dimana handphonenya berada.

Ia mulai berselancar di internet untuk mengetahui obat-obatan yang sedang di konsumsi sang kakak yang menurutnya lumayan banyak ini.

Jeno menggelengkan kepalanya setelah membaca artikel-artikel di internet yang menunjukkan informasi mengenai obat-obatan yang tengah di konsumsi kakaknya.

Jeno sangat tak percaya dengan obat yang tengah di konsumsi Mark.Mark tak mungkin memiliki penyakit yang banyak meregut nyawa orang di dunia ini.Jeno berharap internet berbohong padanya tapi sepertinya mustahil.

"Tak mungkin kan?artikel-artikel ini bohong bukan hiks?kak Mark tak mungkin memiliki penyakit ini di dalam tubuhnya"tangisnya tak percaya setelah membaca semua artikel-artikel yang menampilkan informasi tentang obat-obatan yang di carinya.

"loh Jeno?ayah kira Mark?Jeno sedang apa di kamar Mark?"tanya Siwon yang baru saja pulang dari kantornya.Ia kira Mark tetapi ternyata itu putra keduanya, Jeno.

Ia menyerngitkan dahinya heran karena Jeno yang sepertinya tengah menangis.

Siwon masuk ke dalam kamar Mark dan duduk di samping Jeno yang tengah duduk di tempat tidur Mark sambil menangis, ini membuat Siwon khawatir dengan Jeno.

"Ada apa sayang?kenapa menangis?"Siwon membawa Jeno kepelukannya karena putra keduanya tak kunjung menjawab pertanyannya, terlebih putra keduanya itu sepertinya sedang terguncang sekarang.

Dengan sabar Siwon menenangkan Jeno sembari mengelus punggungnya pelan agar Jeno bisa menenang dan bisa menceritakan apa yang membuatnya sampai menangis seperti ini.

"Ayah hiks...kak Mark"cicit Jeno membuat sang ayah semakin tak mengerti, apa yang membuat Jeno menangis seperti ini.

"Mark?kenapa Jen?"tanya Siwon lalu melepaskan pelukannya agar bisa menatap mata Jeno dan membuat Jeno bisa menjelaskan apa yang di maksudkannya tentang Mark.

"Hiks... ternyata selama ini kak Mark sakit ayah hiks"ujar Jeno sambil menghapus air matanya kasar.

Ia menunjukkan banyak obat kepada ayahnya yang sepertinya masih bingung dengan ucapannya juga menunjukkan banyak artikel yang menjelaskan obat-obat yang tengah di konsumsi oleh kakaknya itu.

"Jeno yakin?"tanya Siwon yang sepertinya masih tak percaya padahal Jeno sudah banyak menunjukkan bukti padanya, lebih tepatnya Siwon tak bisa menerima kenyataan pahit tentang putra sulungnya.

"Iya ayah...saat aku sakit dan kak Mark merawatku...kakak pasti akan mimisan bahkan kakak sering sekali keluar masuk kamar mandi...Entah apa yang di lakukan kakak, tapi pastinya kakak sangat kelelahan dan seperti menahan sakit-

-Saat aku tanya kenapa?kak Mark pasti bilang jika kakak salah makan, tapi anehnya hampir setiap hari seperti itu...bahkan saat tadi aku mengikuti kak Mark sepulang sekolah, kakak mimisan kembali dan juga menahan sakit"jelas Jeno.

Siwon mengambil salah satu obat yang berada di dekat Jeno.Ia melihat kembali obat tersebut sembari melihat ponsel Jeno yang menunjukkan beberapa artikel mengenai obat-obatan yang sedang di konsumsi putra sulungnya.

Ternyata selama ini putra sulungnya mengidap kanker.Kenapa dirinya baru menyadari.Namun, ia juga pernah mendapati Mark yang mimisan dan menahan sakit, tapi pada saat itu Siwon tak memperdulikannya karna waktu itu hubungannya tak sebaik sekarang.Ia hanya mengira Mark mimisan biasa.

"kak Mark sudah pulang?"tanya Siwon dan di balas gelengan kepala oleh Jeno.

Jeno melirik jam yang berada di laci Mark.Ini sudah pukul 11 padahal kakaknya itu biasanya sudah ada di rumah 30 menit yang lalu, ini membuat Jeno semakin cemas saja.

"Belum ayah, ayah tahu?kak Mark sebenarnya bekerja selama ini, itu mengapa kak Mark selalu pulang malam.Dia tak main atau melakukan hal yang aneh seperti yang kita pikirkan ayah-

-kak Mark bekerja di cafe dekat halte bus.Aku baru tau sekarang...karna aku mengikutinya selepas pulang sekolah tadi"jelas Jeno yang membuat Siwon mengusap wajahnya kasar.

Ia benar-benar merasa bersalah pada Mark karna selama ini ia menganggap Mark yang selalu pulang larut malam itu bermain atau ke tempat yang tidak baik, padahal Mark bekerja.

Kenapa Mark memilih bekerja padahal ia sudah memberi uang yang bisa di katakan lebih dari cukup?malahan sangat cukup.

"Mark bekerja apa karna aku memotong uang sakunya dulu?"batin Siwon yang baru teringat jika dirinya 2 kali memotong uang saku Mark bahkan ia baru menyadari, jika uang saku yang di berinya dulu tidak akan memenuhi kebutuhan Mark sampai sebulan pun karna ia benar-benar menyita seluruh fasilitas Mark saat itu.

Siwon menghela napas kasar.Ia melirik kembali jam yang ada di pergelangan tangannya.

Mark seharusnya sudah berada di kamarnya.Putra sulungnya itu tak mungkin pulang set-12, paling lambat saja dia pulang jam 11 malam tapi sampai sekarang tak ada tanda-tanda kepulangannya, terlebih sedari di kantor memang, Siwon sangat mencemaskan anak-anaknya.

"Ayah akan cari kak Mark sekarang.Jeno tidur saja yah"pinta Siwon.Namun dengan cepat Jeno menahan tangan ayahnya yang hendak berdiri dan keluar dari kamar Mark.

"Aku ingin ikut ayah"ujar Jeno yang di balas gelengan kepala dari sang ayah.

Jeno besok masih sekolah dan sekarang sudah hampir tengah malam juga kondisi Jeno pun belum terlalu pulih.Jeno tak boleh terkena angin malam, takut Jeno sakit kembali.Siwon tak mau Jeno sakit kembali.

"Jeno di rumah saja... jika kak Mark su

Tring tring

Suara bunyi ponsel mengehentikan Siwon yang tengah melarang Jeno untuk ikut dengannya.

Siwon mengambil handphonenya yang berada di saku celananya dan segera melihat layar handphone yang menyala, menampilkan gambar bahwa ada yang menelponnya.

Ia menyerngitkan dahinya heran karna nomornya tak di kenalnya, lebih tepatnya tak ia simpan tapi Siwon tetap mengangkatnya, takutnya penting untungnya.

"Hallo"

"..."

"sama sekali tak menganggu saya.Ada apa anda menghubungi saya?".

"..."

"Baiklah...Saya dan Jeno akan kesana sekarang".

"..."

"Siapa ayah?"tanya Jeno setelah sang ayah kembali memasukkan handphonenya ke saku celananya.

Jeno bingung dengan ekspresi sang ayah yang seketika sangat khawatir.

"Ayo Jeno ikut ayah.Ayah tau kak Mark dimana"ujar Siwon dan segera keluar dari kamar Mark di ikuti Jeno yang berusaha mengejar sang ayah yang berjalan cepat keluar rumah nya untuk menuju mobilnya.

Firasat Jeno semakin tak enak terhadap sang kakak setelah tadi ayahnya menerima panggilan yang tiba-tiba.

Jeno sangat penasaran dengan keberadaan yang sebenarnya sang kakak.

kakaknya itu tak pernah menginap di rumah temannya karna tak di ijinkan juga oleh sang ayah kecuali di rumah Haechan karna itupun dekat.Tapi jika sekarang sang kakak ada di rumah Haechan, pasti Haechan akan mengabarinya.

Jeno masuk ke dalam mobil sang ayah.Dia duduk di samping sang ayah yang mengemudi dan tak memperdulikan dirinya yang belum menganti seragam sekolahnya juga dengan ayahnya yang belum menganti pakaian kantornya.

Keduanya terlalu khawatir dengan Mark yang tiba-tiba menghilang karna biasanya Mark sudah berada di rumah dan ketiduran akibat kelelahan melakukan aktivitasnya.

"kakak"