webnovel

(27)

Jeno kembali menyembunyikan dirinya dari sang kakak yang sekarang berjalan keluar dari area pemakaman sambil terus menahan mimisannya.

Jeno masih menjaga jarak jalannya agar Mark tak menyadari jika ia masih mengikutinya.

Sesuai dugaan Jeno, kini kakaknya berjalan menuju ke halte bus dan langsung saja Jeno mengeluarkan topi, masker, dan jaket hitam dari tasnya agar selama dia naik bus bersama sang kakak, dia tak menyadari keberadaannya.

Jeno tetap menjaga jarak aman dengan sang kakak, selama kakaknya menunggu bus datang.

Anak bermata sipit itu berjalan cepat menuju bus yang tengah berhenti di halte agar ia tak tertinggal bus dan juga kakaknya yang sudah masuk ke dalam bus.

Ia memilih duduk di bangku depan karna kakaknya duduk di deret belakang.

Sepanjang perjalanan, Jeno terus memperhatikan kakanya lewat pantulan kaca di sampingnya dan juga Jeno yang terkadang akan diam-diam mencuri pandangan pada kakaknya yang duduk di sebrangnya yang masih sibuk saja memberhentikan mimisannya yang masih saja keluar, sampai-sampai seorang nenek yang duduk dekat sang kakak membantunya.

Mark hanya terdiam saat seorang nenek yang duduk di seberangnya tadi kini tengah membantunya menghentikan mimisannya yang anehnya lama sekali berhentinya bahkan nenek ini juga membersihkan darah di tangannya yang terkena mimisannya.

"Kau sakit yah nak?kenapa sekolah?bahkan wajahmu lumayan pucat"ujarnya sambil bertanya dan Mark membalas dengan anggukan pelan di kepalanya.

"Aku takut ketinggalan pelajaran nek"balas Mark pada sang nenek yang kini tengah membersihkan area wajahnya yang terkena darah mimisannya dengan sapu tangan milik sang nenek.

Sejujurnya, Mark tak enak karnanya, sapu tangan nenek ini jadi kotor terkena darahnya.

"Ah anak muda sekarang selalu saja begitu jika di tanya, padahal jika sakit seharusnya beristirahat dulu agar sakitnya tak semakin parah"nasihat sang nenek sambil menyumpal kedua hidung mancung Mark dengan tisuue yang di milikinya.

Mark tersenyum mendengarnya.Ia seharusnya memang beristirahat tapi Mark tak mau terus menuruti penyakitnya yang sekarang hampir setiap hari menyerangnya.

"Kau masih terlalu muda nak, jaga kesehatanmu yah"nasihat nenek yang membantu Mark.

Mark mengangguk sambil memberikan senyuman manisnya membuat nenek yang menolongnya mengusap gemas surai coklat madu Mark.

"Terimakasih nenek sudah membantuku"ucapnya yang di balas anggukan dan senyuman dari nenek yang membantunya.

"Nenek senang membantumu nak, sini... lebih mendekat lagi pada nenek, nenek ingin memelukmu".

Jeno tersenyum melihat kakaknya yang sedang berinteraksi dengan nenek yang menolongnya bahkan sang kakak sekarang tengah di peluk.

dirinya bersyukur jika kakaknya selalu saja di perhatikan oleh orang.

Jeno tahu, kakaknya itu pantas di berlakukan baik oleh orang-orang di sekitarnya karna sang kakak orang baik.

Setidaknya Jeno bisa bernapas lega karna ada yang membantu kakaknya tadi.

"kak, kau memang layak di sayang oleh semua orang....Maaf kak, aku tak membantumu".

Mark turun dari bus di ikuti Jeno yang masih terus menjaga jaraknya dari pandangan sang kakak.

Jeno terus mengikuti kakaknya.Ternyata sang kakak turun di halte bus yang tak terlalu jauh dari rumah.Namun ia kembali bingung karna kakaknua malah berjalan menjauhi jalan yang menuju ke perumahannya.Lantas saja Jeno mengikutinya sambil tetap memakai penyamaran lengkapnya untuk mengetahui tujuan kakaknya ini pergi.

Jeno menyembunyikan tubuhnya saat sang kakak berjalan masuk ke dalam sebuah cafe yang tengah ramai pengunjung.

Ia sedikit lebih dekat dengan cafe untuk melihat kakaknua yang sedang berada di dalam sana.

Karna Jeno tak bisa melihat kakaknya dari luar seperti di toko bunga, ia memutuskan untuk masuk ke dalam cafe yang sang kakak masuki.

Ia rasa pun, penyamarannya takkan ketahuan karna ia saja sudah sangat rapat dan ia yakin, kakaknya tak akan mengetahuinya.Lagipun pengunjung cafe sedang ramai jadi memudahkan penyamarannya.

Jeno duduk di kursi kosong dekat jendela.Ia bisa melihat kakaknya yang ternyata sedang berbincang dengan lelaki berwajah imut yang ia rasa seumuran dengan Jaehyun, salah satu dokter pribadi keluarganya.

Jeno semakin bingung pada sang kakak yang masuk ke dalam tempat karyawan, ini membuat Jeno semakin curiga saja dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri untuk apa kakaknya masuk kesana.

Apa sang kakak bekerja disini atau sang kakak sedang bermain disini.Itu pertanyaan yang terus memenuhi isi kepala Jeno setelah melihat kakaknya, masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan 'hanya boleh pekerja yang memasukinya'.

Jeno memilih melebarkan pandangannya sambil menunggu kakaknua keluar dari ruangan yang baru saja dia masuki.

Bisa Jeno lihat, interior cafe yang menurutnya sangat cantik dan berbeda dari kafe kebanyakan ia temui.Ia jadi teringat Haechan yang mengajaknya ke cafe yang katanya sangat ramai pengunjung, tapi Jeno langsung menolak ajakannya karna malas untuk keluar rumah.Tapi sekarang Jeno tahu kafe apa yang di maksud oleh Haechan.

dirinya jadi sedikit menyesal karna tak menuruti keinginan sang tetangga yang selalu menemaninya itu.

"Mau pesan apa?"tanya seseorang, ini membuat Jeno yang sedang sibuk melihat-lihat ke sekeliling cafe terkejut di tempatnya.

Ia semakin terkejut lagi pada orang yang tiba-tiba saja menanyainya pesanan.Ternyata Mark, kakaknya yang sekarang sedang ada di hadapannya dengan berpakaian seperti pelayan kafe.Dia juga membawa kertas dan pulpen di tangannya.

Jeno sebisa mungkin menahan kegugupannya agar kakaknya tak mengetahui jika yang ada di hadapannya adalah adiknya yang sedang menyamar.

"Mau pesan apa?"tanya Mark lagi sambil terus tersenyum manis pada anak lelaki yang menurut Mark tak asing tapi Mark tak mau terlalu curiga, takut dianggap tak sopan oleh pelanggan kafe.

Jeno terpaksa melihat papan menu yang ada di mejanya.Dia menunjuk random makanan dan minuman tanpa sedikitpun mengeluarkan suaranya, takut kakaknya mengenali suaranya jika ia bersuara jadi Jeno hanya menunjuk makanan dan minuman yang ada di menu, tak memperdulikan apa yang sebenarnya Jeno pesan yang terpenting Jeno tak di ketahui Mark.

Mark mencatat pesanan yang di tunjuk oleh pelanggan yang menurutnya tak bisa berbicara.Sebisa mungkin ia mengerti keadaan pengunjung kafe tanpa tahu jika itu adalah adiknya.

"Nanti akan saya antarkan pesanan anda.Mohon bersabar yah"ujar Mark ramah dan pergi meninggalkan Jeno yang tengah berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat, takut penyamarannya di ketahui oleh kakaknya tadi.

Jeno tak perduli dengan dirinya yang tadi banyak sekali memesan makanan dan minuman karna saking tremornya terhadap sang kakak yang tiba-tiba ada di dekatnya. Ia tadi takut ketahuan kakaknya lebih tepatnya.

Untung saja Jeno mebawa kartu kredit dan uang cash yang banyak hari ini karna biasanya dia akan meninggalkan itu semua di kamarnya.

Jeno terlalu malas membawa itu semua jika hari ini ia tak mengintili sang kakak, pasti dia tak akan membawa itu semua.Menurut Jeno itu berat di bawanya.

"Jadi kak Mark berkerja disini...Pantas saja kakak selalu pulang larut malam"ujarnya sambil memperhatikan sang kakak yang sekarang tengah menanyakan pesanan pada pengunjung kafe di seberangnya.

Sekarang Jeno tahu, kenapa kakaknya pulang selalu larut malam dan jarang berada di rumah setelah sekolah, padahal kan sekolah sudah bubar dari sore.

Jeno tidak tahu kenapa kakanya memilih bekerja.Apa dulu karna sang ayah yang menyita semua fasilitas dan juga mengurangi uang sakunya.Tapi kan sekarang ayahnya sudah mengembalikan fasilitas dan juga uang saku kakaknua seperti biasa, malah sang ayah juga memberi blackcard juga pada sang kakak, sama seperti Jeno.

Lantas, kenapa kakaknya masih memilih bekerja?Apa kakaknua gabut atau apa?

Jeno tidak tahu apa yang ada di pikiran sang kakak sebenarnya.Kakaknua itu memang sulit di tebak sekarang.

Jeno kembali berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak cepat karna Mark, kakaknya sedang berada di hadapannya, tengah menaruh pesanan yang di pesannya.

Jeno benar-benar tidak sadar jika dirinya telah memesan begitu banyak makanan dan minuman tadi.Mana ia masih kenyang lagi.

Bagaimana Jeno menghabiskan ini semua?Tak mungkin Jeno buang kan?

"Silahkan dinikmati...maaf jika menunggu lama.Semoga anda menyukainya"tutur Mark setelah menaruh pesanan pada anak yang masih sedikit ia curigai.

Baru saja Mark ingin pergi tapi tangannya malah di tahan oleh anak yang di curigainya tapi sebisa mungkin Mark membuang rasa curiganya dan memberikan pelayanan ramah pada anak yang ia yakini sepantaran dengannya.

"Apa ada yang bisa ku bantu?"tanya Mark karna bingung, tiba-tiba lengannya di pegang oleh anak lelaki berpakaian serba hitam ini.

Jeno menunjuk kertas dan pulpen yang berada di kantong Mark.Mark yang sempat bingung langsung menyadari jika anak ini ingin meminjam pulpen dan kertas yang berada di saku kantong bajunya.langsung saja Mark menyodorkannya ke hadapan anak ber-outfit hitam ini.

Jeno terpaksa berpura-pura mejandi orang gagu sekarang.Ia sebisa mungkin tak mengeluarkan suaranya pada kakaknya.

dirinnya yakin jika ia mengeluarkan suaranya, kakaknya akan mengenalinya dan Jeno pun tak bisa mengeluarkan suara aneh atau berbeda dari biasanya untuk menipu sang kakak.Ia tak punya bakat dengan itu.

Jeno kembali menyodorkan pulpen dan kertas yang tadi ia pinjam dari sang kakak dan menyuruhnya untuk membacanya.

Masa bodo ia di sangka gagu oleh kakaknya yang terpenting penyamarannya tak terbongkar dan misinya bisa ia lanjutkan sampai akhir.

Mark mengambil pulpen dan kertasnya kembali.Ia membaca kertas yang sudah di tuliskan oleh anak berpakaian hitam yang ada di hadapannya ini.

Mark terkejut setelah membaca tulisannya"Ini semua untukku?Tapi anda belum memakanbya sama sekali"tutur Mark tak percaya.

Mark terkejut setelah membaca tulisan dari anak lelaki yang ada di hadapannya sekarang ini.Dia menyuruh makanan dan minuman yang di pesannya untuknya.

Aneh saja rasanya, baru kali ini ia di tawarkan.

Jeno jadi bingung sendiri bagaimana cara ia menjelaskannya pada sang kakak jadi ia menyuruh kakaknya untuk duduk di hadapannya walau beresiko, tapi Jeno sudah membuat rencana yang tiba tiba tersusun rapih di kepalanya.

Jeno berharap, ini tak membuat penyamarannya terbongkar.

Jeno kembali menunjuk pulpen dan kertas yang baru saja ia berikan pada Mark.Mark yang paham kembali menyodorkannya pada Jeno yang sekarang ia tidak mengenalinya.

Jeno kembali menyodorkan kertas yang sudah ia tulis pada Mark.Mark membacanya dan tersenyum setelah membacanya.

Ternyata anak berpakaian serba hitam ini sedang berulang tahun dan dia meminta Mark untuk menemaninya menghabiskan makanan dan minuman yang di pesannya.

"Baiklah...Sebelumnya terimakasih karna sudah mau menawari saya...dan selamat ulang tahun untukmu"tutur Mark dan Jeno mengangguk-anggukan kepalanya antusias karna senang sang kakak sama sekali tak curiga padanya.

Padahal ulang tahun Jeno sudah terlewat beberapa bulan yang lalu.Tapi itu tak penting karna yang ia pikirkan di otaknya untuk membuat kakaknya berada di dekatnya tanpa mengetahui siapa dirinya juga membantunya menghabiskan makanan yang di pesannya hanyalah cara itu.

"Sebentar yah...aku ijin dulu pada pemilik kafe"Mark langsung bangun dari duduknya untuk menemui Baekhyun yang berada di ruangan pribadinya, meminta ijin kalo ia akan menemani pelanggan yang sedang berulang tahun hari ini karna dia meminta Mark untuk menemaninya.

Jeno mengangguk, ia memperhatikan sang kakak yang masuk ke ruangan paling ujung.Sembari menunggu sang kakak kembali lagi, Jeno melihat makanan dan minuman yang ada di mejanya.

Sungguh, Jeno sedikit menyesal karna tadi menunjuk random makanan dan minuman yang ada di menu karna terlalu gugup dengan kehadiran sang kakak yang tiba-tiba.

Mark kembali lagi ke tempat duduk Jeno sambil membawa kue ulang tahun berukuran sedang juga ada lilin di atasnya.

Jeno ingin tertawa saja rasanya karna kakaknua benar-benar mengira ji ia ulang tahun dan gagu karna sang kakak juga memberikannya pulpen dan kertas di hadapannya.

Sungguh, Jeno juga merasa berdosa sekali karna telah membohongi sang kakak sekarang.

"Karna kamu sedang berulang tahun, aku memberi mu kue ulang tahun ini secara gratis.Maaf yah jika ukurannya tak besar...Hanya ada ini soalnya"ujar Mark sambil menaruh kue dihadapan Jeno.

Jeno menggeleng dan memberi kode lewat tangannya bahwa itu tak apa.

Mark menyalahkan lilin yang berada di atas kue ulang tahun yang di bawanya dan menyanyikan lagu untuk pelanggannya ini.

Jadilah Jeno mengikuti alur yang ia buat sendiri walau sejujurnya ia senang berada di dekat kakaknua yang bisa-bisanya mempercayainya sekarang.

"kakak, maafkan aku.Aku tak bermaksud membohongimu....dan aku sebenarnya tidak gagu kak...Aku Jeno, adik keduamu".