webnovel

(23)

Mark berlari masuk ke dalam rumahnya.Sebelumnya, ia menaruh tasnya di sofa ruang keluarga lalu ia segera menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar adik keduanya sampai tak memperdulikan rasa sakit perut yang kembali menyerangnya karna ia berlari lumayan cepat di rumahnya yang besar ini dan juga menaiki banyak anak tangga untuk menuju ke kamar sang adik.

"Jeno...kau dimana?"panggil Mark saat dia sudah berada di kamar Jeno.Namun tak mendapati sang pemilik kamar, ini membuatnya semakin khawatir.

"Ah perut!kerja sama denganku!aku ingin mencari adikku!"monolognya dan kembali mencari Jeno ke kamar mandi dan balkon kamar sang adik.Namun tetap sama, ia sama sekali tak menemukan tanda-tanda keberadaan sang adik.

Mark bahkan sama sekali tidak memperdulikan sakit perutnya yang terus menyerangnya.Pikirannya hanya tertuju pada adiknya sekarang.

Mark keluar dari kamar Jeno, hendak ke lantai bawah karna berpikir Jeno ada di dapur.Namun tak jadi saat melihat pintu kamar adik perempuannya terbuka sedikit.

Tak biasanya kamar adik perempuannya itu terbuka, pastinya ada orang di dalam sana jadi Mark memutuskan untuk masuk ke dalam sana karna mungkin saja Jeno ada di kamar bernuasa merah muda itu.

Dan benar saja, Mark bisa melihat Jeno yang tertidur di tempat tidur adik perempuannya.Dia segera menghampiri adik keduanya

"Jeno... badanmu panas sekali!"pekik Mark saat punggung tangannya meraba kening sang adik bahkan tubuh Jeno sudah di penuhi keringatnya.

"kak"racau Jeno padahal Jeno masih menutup matanya.

Mark berusaha membaringkan Jeno dengan nyaman di tempat tidur Dae Eun lalu menyelimuti tubuh Jeno yang panas dengan selimut merah muda milik adik perempuannya.

Badan Jeno sangat panas sampai-sampai Jeno terus meracau di dalam tidurnya sembari menangis.

"Maafkan kakak Jen...Sebentar yah"ujarnya dan segera keluar dari kamar Dae Eun untuk mengambil obat-obatan juga kompresan guna menurunkan suhu tubuh sang adik.

Mark yang baru saja hendak ke dapur untuk mengambil kompresan terhenti karna bel pintu besar rumahnya berbunyi.

Dengan segera dia berlari ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang datang di waktu yang tak tepat menurutnya.

"Hai Mark"sapa Jaehyun ramah.Ia menyerngitkan dahinya heran melihat Mark yang nampak sibuk mengatur napasnya, ini membuat Jaehyun khawatir.Pasalnya anak lelaki yang ada di hadapannya ini memiliki penyakit yang berbahaya di tubuhnya dan sekarang dia nampak kesulitan bernapas jadi Jaehyun mensejajarkan tubuhnya dengan Mark sembari meraba keningnya yang berkeringat.

"Kau kenapa Mark?kau kambuh?"tanya Jaehyun khawatir.Namun langsung di balas gelengan kepala oleh Mark.

Perutnya memang sakit tapi ia masih bisa menahannya.Pikirannya hanya tertuju pada adiknya yang sedang sakit sekarang.

"kak Jaehyun!tolong Jeno"tutur Mark setelah pasokan oksigen di paru-parunya kembali banyak.

Jaehyun menyerngitkan dahinya heran.Namun ia segera menatap marah anak lelaki yang sangat panik sekarang saat menyadari pakaian yang di gunakannya.

Bisa-bisanya Mark sekolah padahal Mark harus masih banyak beristirahat.

"Kau sekolah tadi?Yakk! sudah kakak katakan -

"kakak!aku sudah membaik!Sekarang yang terpenting tolong periksa Jeno...Badannya panas sekali...ayah sedang keluar kota kak.Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya"tutur Mark bahkan dia sudah menatap Jaehyun dengan mata yang berkaca-kaca karna bingung harus berbuat apa dengan Jeno yang sakit sekarang.

Badan adiknya sangat panas, wajahnya pucat dan dia terus meracau membuat Mark kebingungan sendiri.

Tak ada ayahnya yang pastinya akan membawa Jeno ke rumah sakit tapi untungnya ada Jaehyun yang datang berkunjung sekarang.Ia sampai lupa dengan kakak satunya ini.

saking paniknya, Mark memang akan banyak melupakan sesuatu.

"Baiklah-baiklah...kakak ke mobil dulu untuk mengambil pelaratan kakak.Kau jangan panik"tutur Jaehyun yang berusaha menenangkan Mark yang hampir menangis.

Ia tahu Mark sangat mencemaskan adiknya tapi Mark juga harus mencemaskan kondisinya sendiri sebenarnya.Jaehyun merasa penyakit Mark pun tengah kambuh.

"Cepat kak!".

Jaehyun memeriksa Jeno yang masih sedikit meracau dalam tidurnya walau begitu dia tak menangis lagi.

Mark duduk di sebrang Jaehyun yang masih sibuk memeriksa Jeno sambil menautkan jari tangannya pada jari tangan sang adik yang masih panas.

Jaehyun menghela napas pelan.Ia mengambil pulpen di saku kantong nya dan menuliskan sesuatu di kertas yang di bawanya.

Mark hanya memperhatikannya saja, dia sibuk menyingkirkan poni rambut Jeno yang mengenai matanya.

"Ini obat untuk Jeno yang bisa kau beli di apotek Mark.Sebelumnya, apakah obat ini ada di rumahmu?"tutur Jaehyun sambil menyodorkan selembar kertas yang sudah di tulisnya di hadapan Mark.

Mark menggeleng lesu"hanya ada obat penurun panas kak.Ayah sepertinya lupa memberi obat-obatan lagi"jawab Mark sambil menerima selembar kertas yang di sodorkan Jaehyun padanya.

Ia langsung membaca dan menggeleng setelah tahu apa nama-nama obat yang seharunya di berikan pada Jeno.

Mark tadi sudah mengecek kotak obat-obatan yang biasanya banyak sekali di isi berbagai obat-obatan yang ayahnya sudah siapakah jika ada yang sakit jadi mereka tak harus pergi ke apotek atau rumah sakit untuk membeli.Tapi hari ini, isian kotak obat-obatan hampir habis, mungkin ayahnya lupa melihatnya atau belum sempat membelinya.

"Yasudah, di apotek obat-obatan ini ada kok Mark.Kau bisa membelinya dengan mudah"ujar Jaehyun sambil merapikan alat-alatnya pada tas yang di bawanya.

"Kalo begitu antarkan aku ke apoteknya sekarang.Obat Jeno harus sudah ada!"ujar Mark membuat Jaehyun yang sedang merapikan alat-alatnya menatap bingung Mark.

Baru saja Jeno di berikan obat oleh Jaehyun dan Jaehyun pun baru sampai beberapa menit yang lalu, tapi dirinya sudah seperti di usir saja oleh pasien tetapnya ini.

"Loh, kakak saja baru sampai...masa kakak pergi lagi.Lagipun, nanti sore kakak yang akan belikan.Jeno baru saja di beri obat oleh kakak kan"tutur Jaehyun tak terima.

Sebenarnya ia ingin memeriksa Mark juga karna melihat Mark yang banyak sekali mengeluarkan keringatnya, padahal suhu di rumahnya ini tak panas.

Jaehyun sangat tahu jika ada yang salah dengan Mark sekarang, tapi dia berhasil menyembunyikan sakitnya darinya.

Sepertinya Mark tahu akan niatan dirinya.

"Tidak mau tahu kak!Pokoknya obat Jeno sudah ada sekarang juga.Nanti saja kakak mainnya yah"sanggah Mark sambil berlari ke kamarnya untuk mengambil dompetnya.

Baru saja Jaehyun ingin menolak tapi Mark sudah melesat saja meninggalkannya.Jaehyun sudah menduga kalo Mark memang benar-benar menghindari dirinya.

Jaehyun menatap Jeno yang tengah tertidur damai.Ia meraba kening adik dari pasiennya yang keras kepala itu yang ternyata sudah lumayan menurun panasnya.

"Kau tahu Jeno?kakakmu itu sedang menyembunyikan sesuatu dari kita semua sekarang.Dia benar-benar cocok jadi aktor film bukan?".

"Terimakasih kak...Maaf, aku tak bermaksud mengusir kakak tadi"ujar Mark sambil tersenyum manis pada Jaehyun yang sudah mau mengantarnya ke apotek, membeli obat-obatan untuk Jeno.

Keduanya sudah kembali sampai di perkarangan luas rumah keluarga Lee setelah tadi Mark memaksa terus Jaehyun untuk pergi ke apotek membeli obat Jeno, adiknya.

"Tak apa Mark, kakak mengerti"balas Jaehyun.

Dia meraba kening Mark yang hangat ternyata, ini membuat Jaehyun menatap Mark marah.Sudah Jaehyun duga, ada yang salah dengan Mark.

Mark menampilkan barisan gigi rapinya sembari mengaruk kepalanya yang tidak gatal.Ia ketahuan lagi oleh dokternya ternyata.

Jaehyun tahu saja jika ia sebenarnya sedang kambuh tapi untuk sang adik, Mark berusaha menahannya.Ia ingin merawat sang adik dengan melupakan penyakitnya yang juga turut ingin di rawat.

"Kau sudah minum obatmu?"tanya Jaehyun sambil menatap Mark seakan-akan Mark akan di terkam oleh Jaehyun jika bergerak sedikit saja dari tempatnya.

Mark mengigit bibir bawahnya dan menggeleng pelan.Ia tadi pagi melupakan obatnya yang ia taruh di meja belajar karna buru-buru ke sekolah, ini membuatnya semakin di tatap tajam oleh Jaehyun yang sebenarnya mengkhawatirkan diri anak lelaki Korea Kanada ini.

"Mark!"rasanya Jaehyun ingin segera menarik Mark ke rumah sakit dan memberinya obat seperti kemarin-kemarin agar dia tak bisa kemana-mana dan bisa menerima semua perawatannya.

Jaehyun tak habis pikir dengan Mark yang sepertinya bosan dengan hidup, padahal Mark sendiri bilang jika dia ingin menempati janjinya pada Dae Eun untuk sembuh.

Jaehyun tahu, Mark sangat menyayangi Dae Eun dan ia pun mengenal anak perempuan yang sudah tiada 1 tahun itu dari Mark sebenarnya.

"Aku tadi buru-buru pergi ke sekolah...jadi aku tinggalkan di laci meja belajar...Maaf"cicit Mark sampai-sampai dia tak berani menatap wajah Jaehyun yang menurutnya sekarang sangat menakutkan.

Jaehyun memang akan menakutkan jika Mark melupakan obatnya, untung saja Jaehyun tak selalu bersamanya karna Mark selalu melupakan obatanya.Pasti ia sudah di seret ke rumah sakit oleh dokter muda yang masih menatapnya mengintimidasi ini.

"Mark! kau mau aku beri obat seperti kemarin itu?"ancam Jaehyun.

Malahan Jaehyun ingin sekali menyalahkan mesin mobilnya kembali dan membawa Mark ke rumah sakit untuk memberinya obat yang membuat tubuh Mark lemas setelahnya, tapi itu lebih baik karna penyakit Mark bisa jauh lebih baik dengan obat itu daripada Mark yang terus menerus melupakan obatnya.

"Ah tidak kak!aku tidak mau!"tolak Mark bahkan ia menatap memohon Jaehyun untuk tidak lagi memberinya obat seperti itu.

Itu membuat tubuhnya lemas, mual, mengantuk, dan sebagainya.Pokonya Mark tak mau sampai seperti itu lagi.

"Nah...jika tidak mau, kau harus minum obatmu yang teratur yah prince"nasihat Jaehyun yang kembali merubah wajahnya menjadi lebih bersahabat.

Ia tak tega melihat wajah ketakutan Mark yang menurutnya menjadi lebih mengemaskan.

"Baiklah kak"balas Mark sambil tersenyum manis.

"Jangan iya-iya saja!Kau selalu bilang 'iya'!tapi tidak di lakui"marah Jaehyun lagi.

Ia sudah muak dengan Mark yang selalu bilang 'iya' atau' baiklah kak' tapi tak pernah di lakukannya, padahal itu untuk kebaikan dan kesehatannya.

"Ah kak...Aku pergi dulu...Jeno sendirian soalnya"pamit Mark yang berusaha menghindar dari Jaehyun yang akan terus menasehatinya jika ia terus berada di dekat dokter tampan itu.

"Yakk!Mark!kau malah kabur yah"marah Jaehyun pada Mark yang malah meninggalkannya sendirian di mobilnya.

"Terimakasih yah kak"ucap Mark dan berlari kabur, masuk ke dalam rumah besarnya untuk menghindari amukan lebih dari Jaehyun.

Jaehyun menggelengkan kepalanya mengingat wajah ketakutan Mark yang menurutnya mengemaskan.

Pasiennya itu memang sulit di atur tapi Jaehyun tahu, Mark itu sebenarnya penurut hanya saja ada sesuatu yang membuat Mark seperti itu.

Lagipun dia masih terlalu muda untuk menerima semua pengobatan penyakitnya yang sudah dia derita hampir satu tahun itu.Pastinya anak. itu itu akan banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit dan dia pasti sangat tidak menyukainya.

Ia ingat sekali saat pertama kali bertemu Mark.Mark terus menampilkan senyum manisnya, padahal Jaehyun tengah memberinya kabar buruk padanya, tapi Mark malah terus tersenyum manis sambil mendengarkannya menjelaskan kesehatannya yang akan terus memburuk.Tapi dia seolah-olah hanya menerima kabar biasa untuknya walau pada akhirnya, anak itu murung saat sudah keluar dari ruangannya.

Jaehyun tahu, Mark tak mau banyak menyusahkan orang di sekitarnya dan juga dia tak mau di khawatirkan oleh orang-orang yang di sayanginya.

Mark terlalu baik untuk menerima hal buruk yang sekarang menimpanya.Jaehyun rasa Mark tak pantas menerimanya.

Mark harus di beri sandaran lebih sebenarnya.

"Kau anak baik Mark.Kau kakak yang baik untuk kedua adikmu.kakak yakin, kau bisa sembuh.Tolong bertahanlah untuk semua orang yang menyayangimu dan tempati lah janjimu pada Dae Eun".