webnovel

(24)

Jeno bangun dari tidurnya.Ia menyergitkan dahinya heran saat mendapati dirinya yang sekarang bukan di kamar adik perempuannya.

Seingatnya, ia ada di kamar Dae Eun, bukan ada di ladang rumput hijau dengan pemandangan yang sangat cantik dengan di penuhi bunga-bunga berwarna-warni di sekitarnya.

Tak mungkin kan, ia jalan sendiri ke tempat yang sangat indah pemandangannya ini.Lagipun, ia tak tahu dirinya ada dimana sekarang.

Jeno melebarkan padannya saat pendengarannya mendengar suara tertawa yang sangat tak asing baginya.

Ia bangun dari dari duduknya untuk mencari asal suara tertawa yang ia yakini tidak terlalu jauh darinya.

Jeno berjalan pelan sambil menajamkan indra pendengarannya untuk mengetahui dimana asal suara tertawa yang sangat tak asing untuknya.

Ia menghentikan langkahnya di tempat yang sekarang di penuhi bunga-bunga berwarna-warni dengan banyaknya kupu-kupu yang berterbangan di atas bunga tersebut.

Tempat ini lebih indah dari tempat Jeno membuka matanya.Jeno akui, ia senang berada disini.

Ia melebarkan kembali pandangannya saat mendengar kembali suara tawa yang semakin dekat dengannya.

Suara tawanya benar-benar sudah tak asing lagi dengan pendengarannya.

Suara tawa dari orang yang sudah ia tak dengar 1 tahun ini.

Jeno membeku di tempatnya apalagi matanya menangkap seorang anak perempuan bergaun putih bersih yang tak asing lagi untuknya, tengah tertawa bahagia sambil berusaha menangkap kupu-kupu yang Jeno sendiri belum pernah lihat.

Kupu-kupu yang berusaha di tangkap anak bergaun putih itu sangat cantik, begitupun anak perempuan tersebut yang sangat berbeda penampilannya sekarang.

"Dae Eun"panggilnya dengan suara pelan pada perempuan yang masih sibuk menangkap kupu-kupu yang terbang di atasnya.

Jeno semakin terkejut di tempatnya saat anak perempuan yang di panggil dengan nama Dae Eun menoleh kepadanya sambil tersenyum manis.

Tak salah lagi, itu adik perempuannya yang sangat ia rindukan.

Dae Eun tersenyum manis pada Jeno.Ia melambaikan tangannya pada kakak keduanya yang tak memberikan respon apa-apa untuknya, ini membuatnya tertawa kecil dan menghampiri kakaknya yang dulu selalu bertengkar kecil tapi setelahnya, keduanya akan menempel kembali.

"kak Jeno"panggil Dae Eun lagi saat anak bergaun putih bersih ini sudah di hadapan sang kakak kedua yang masih menatap tak percaya padanya.

"D.. Dae Eun"panggil Jeno terbata.

Ia meraba pipi putih Dae Eun yang mulus, tak seperti waktu saat terakhir kalinya ia bertemu.Pipi sang adik di penuhi darahnya dan pucat, tapi sekarang rona merah pun ada pada pipi adik perempuannya.

Dae Eun tersenyum, dia juga memengang pipi Jeno yang sepertinya masih tak percaya.Ia bisa memakluminya karna Jeno baru kembali bertemu dengannya.

Tanpa aba-aba dan persetujuan Dae Eun, Jeno langsung memeluk Dae Eun erat, takut adik jail yang sangat ia sayangi ini pergi jauh lagi dengannya walau sebenarnya 'iya' tapi Jeno benar-benar tak mau melepaskan Dae Eun dan ingin kembali membawa Dae Eun ke rumah agar keluarganya lengkap seperti dulu lagi walau tanpa kehadiran seorang ibu, tapi Jeno tak perduli dengan itu.

Dae Eun membalas pelukan Jeno.Ia mengusap pelan punggung sang kakak yang sedikit bergetar."kakak tenanglah, aku tak suka melihat kakak seperti ini"ucap Dae Eun sambil terus mengusap punggung Jeno pelan.

Jeno menggelengkan kepalanya pelan sambil terus memeluk Dae Eun tanpa mau melepaskannya.Takut adiknya tiba-tiba menghilang dari pandangannya"maafkan aku Dae Eun.Aku masih ingin memelukmu"aku Jeno.

Dae Eun mengangguk pelan, membiarkan Jeno menangis sambil memeluknya selagi ia di ijinkan bertemu dengan Jeno sekarang.

Ia terus memberi kata-kata penenang untuk Jeno sambil terus mengelus pelan punggungnya.

Gadis berambut hitam legam itu melepaskan pelukannya terhadap sang kakak saat di rasa sang kakak sudah kembali menenang.Ia tersenyum manis pada Jeno dan menyuruhnya duduk di tempat yang mereka pijaki sekarang ini.

Jeno menuruti Dae Eun.Dia duduk di samping Dae Eun sambil memeluknya dari samping.Benar-benar tak mau melepaskan sedikit pun Dae Eun dari jangkauannya dan untungnya Dae Eun sama sekali tak mempersalahkannya padahal saat Dae Eun masih hidup, dia pasti akan memukul Jeno yang menurutnya terlalu berlebihan melakukan kontak fisik seperti ini dengannya.

Dae Eun hanya ingin Jeno, kakak keduanya benar-benar menikmati waktu dengannya sebelum ia benar-benar tak bisa menemui kakaknya, entah kapan lagi bertemu dengannya, Dae Eun tak tahu.

"Dae Eun, kakak sangat merindukanmu...Sangat-sangat merindukanmu"aku Jeno sambil melihat pemandangan bunga berwarna-warni di hadapannya dengan kupu-kupu yang memenuhi tempat mereka berada sekarang ini.

Dae Eun menaruh kepalanya di pundak Jeno dan Jeno sebisa mungkin membuat kepala Dae Eun nyaman di pundaknya.

Jeno sampai memejamkan matanya, menikmati wangi yang keluar dari tubuh Dae Eun yang sangat menenangkannya.

"Aku juga kak...tapi aku mohon, jangan terlalu lama berlarut dalam kesedihanmu.Jujur, aku sedih melihat kakak seperti itu.Aku merindukan mu yang dulu"ujar Dae Eun pada Jeno yang membuat Jeno mengangguk cepat dengan apa yang di katakan Dae Eun.

"kakak akan kembali menjadi diri kakak yang dulu Dae Eun.Kakak janji"ujarnya yang di hadiahi senyuman manis oleh Dae Eun.

Dae Eun memengang tangan Jeno yang berada di sampingnya.Ia menggenggam tangan besar kakaknya.

"kakak, Dae Eun mohon...maafkanlah kak Mark.Aku meninggalkan kalian untuk selamanya itu bukan salah kak Mark-

-aku mohon...Jangan salahkan siapa-siapa lagi dengan kematian ku ini-

-ini sudah takdirku yang harus pergi jauh dari kalian-

-aku ingin kakak dan kak Mark seperti dulu lagi...walau tanpa adanya kehadiranku di tengah-tengah kalian.Jujur saja, aku sedih melihat kalian yang berjauhan seperti sekarang ini"ujar Dae Eun tiba-tiba sambil terus mengenggam tangan Jeno erat.

Jeno menoleh ke arah Dae Eun.Dia bisa melihat wajah sang adik yang sedih membuat Jeno tak suka melihatnya.

Sebenarnya Jeno juga tak mau menjauhi kakaknya tapi jika melihat wajah sang kakak, ia pasti akan terbayang wajah Dae Eun yang di penuhi darahnya juga senyuman terakhir Dae Eun yang di berikan padanya juga Mark saat kecelakaan itu terjadi pada sang adik membuat Jeno tak bisa melupakan kekecewaan dan kemarahannya terhadap kakak sulungnya dan entah kenapa, keduanya itu semakin membesar di hati kecilnya, ini membuatnya sama sekali tak mau berinteraksi dengan Mark seperti dulu.

"Tapi Dae Eun...kenapa dia meninggalkanmu sendirian?sedangkan dia malah ada di sebrang jalan.Kenapa dia terlalu ceroboh saat itu?kenapa dia tak turut membawamu?kenapa dia tak menunggu kakak sampai kakak kembali Dae Eun?kenapa?-

-Kau tahu?seharusnya kita sekarang berdua masuk Junior High School bersama, seperti apa yang kamu tunggu-tunggu dari dulu-

-kamu bilang sendiri bukan, kalo kamu ingin cepat lulus dari sekolah yang lama dan bersekolah di tempat yang sama bersama kak Mark bahkan Haechan-

-sekarang Haechan pun bersekolah sama denganku dan kak Mark-

-sejujurnya, kakak sudah berusaha memaafkan kak Mark dan menjadi Jeno yang dulu tapi...Semakin kakak mencobanya, semakin besar rasa kecewa dan marah kakak pada kak Mark-

-kakak tak mau seperti ini...tapi kakak tak tahu harus bagaimana lagi menyingkapi kemarahan dan kekecewaan kakak terhadap kak Mark?"jelas Jeno sambil menundukkan kepalanya dalam.

Dia tahu, adiknya ini pasti kecewa juga padanya karna tak bisa berdamai dengan sang kakak dan benar-benar tak bisa mengiklaskan kepergian Dae Eun sepenuhnya karna jujur, Jeno selalu bilang pada dirinya sendiri kalo Dae Eun masih ada di tengah-tengahnya dan Mark.

Dae Eun menghembuskan napas pelan.Dia mengelus punggung tangan Jeno yang membuat Jeno menatap mata Dae Eun yang tengah menatapnya lembut.

Dae Eun tersenyum andalannya, ini membuat Jeno menenang dan semua rasa sedih kecewa dan kemarahannya berangsur-angsur menghilang.

"kakak...waktu itu aku yang menyuruh kak Mark membeli minum, padahal sebenarnya aku ingin di belikan makanan ringan-

-pasti kakak tahu, apa yang terjadi selanjutnya kan?yah,kak Mark mengiyakan...tapi aku harus tetap berada di tempatku, takut kakak kembali dan kakak mencari kami berdua-

-kak Mark tak membawaku karna udara sedang dingin dan jalanan licin serta memang, pada saat itu banyak juga kendaraan yang melintas-

-aku tahu, kenapa kak Mark tak membawaku karna ia tak mau aku berjalan di udara yang dingin dan membuat kak Jeno khawatir karna jika kak Mark membawaku, pasti kak Jeno akan mencari kami berdua kan?-

-aku tahu, kak Mark saat itu sedikit ceroboh...tapi apa yang terjadi padaku saat itu sudah takdirku yang tak bisa lagi bersama-sama kalian.Aku hanya bisa menerimanya tanpa bisa menentangnya-

-ini juga bukan keinginanku yang harus pergi dari sisi kalian...Tapi jika takdirku sudah harus pergi dari sisi kalian, aku tak bisa menolaknya-

-Aku senang, setidaknya aku bisa mengobarkan diriku untuk kak Mark yang selalu menuruti kemauanku dan selalu melupakan kepentingannya sendiri-

-yah, aku memang sangat menunggu aku yang masuk ke Junior High School agar kita bertiga dan Haechan bisa kembali bersekolah di tempat yang sama-

-kakak tahu?dengan kakak lulus dari sekolah dan masuk ke Junior High School saja itu sudah membuatku sangat senang.Kakak sudah mewakili keinginanku.Aku senang, kakak, Haechan dan kak Mark bersekolah di tempat yang sama...bahkan kakak menempati janji kakak untuk menjadi lulusan terbaik.Terimakasih kakak dan-

-aku tahu, kakak pasti bisa memaafkan kak Mark dan menjadi kak Jeno Dae Eun yang dulu

-yang tak dingin dengan sekitar, ceria, sangat menjaga Kak Mark dan menjagaku walau dari jauh-

-aku tahu, kak Jeno bisa...Aku tahu itu"jelas Dae Eun ini membuat Jeno menampilkan senyuman eye smilenya kembali setelah sekian lama dia tak tunjukkan lagi.

Jeno memeluk erat Dae Eun walau dari samping.

Ini yang dia suka dari adiknya jika ia tengah kebingungan dan terpuruk, pasti sang adik akan memberinya energi positif dan dukungan untuknya.

Kekecewaan dan kemarahannya pada sang kakak saat memeluk Dae Eun erat seperti ini, benar-benar bisa mengikisnya pelan-pelan.

Jeno rasa, dirinya akan berusaha kembali untuk berinteraksi lebih pada sang kakak dan kembali menunjukkan rasa sayangnya secara terang-terangan, bukan dalam diam lagi.

"Terimakasih Dae Eun....Aku mengerti sekarang.Maafkan kakak yang salah paham selama ini pada kak Mark.Kakak memang jahat sekali pada kak Mark, padahal kak Mark selalu mementingkan kita di bandingkan dirinya sendiri".

"Jangan meminta maaf padaku, minta maaflah pada kak Mark nanti.Kakak tak jahat kok.Aku mengerti, kakak hanya tak bisa menerima kenyataan yang terjadi padaku.Tenang saja kak, aku akan tetap bersama kalian disini"tutur Dae Eun sambil meletakkan tangannya di dada Jeno.

Dae Eun memang akan hidup dan tumbuh di hati keluarga yang sangat menyayanginya.

Jeno membawa Dae Eun dalam dekapannya kali ini.Ia benar-benar terharu dan tersentuh dengan semua penuturan Dae Eun yang membuatnya tersadar.

"kakak...Berjanjilah padaku untuk tidak melupakanku.Jujur saja, aku sedih jika nantinya kalian akan melupakanku"ujar Dae Eun tiba-tiba.

Jeno melepaskan pelukannya karna tak mengerti dengan perkataan Dae Eun yang menurutnya ini aneh.

Bagaimana bisa ia melupakan adiknya sedangkan setiap harinya, ia pasti akan mendatangi kamar sang adik untuk melepas rindu bahkan Jeno suka sekali pindah ke kamar Dae Eun jika ia tiba-tiba teringat Dae Eun.

Jeno mengangkat dagu Dae Eun perlahan pada Dae Eun yang menunduk.Ia menatap mata hitam sang adik dengan lembut"Bagaimana bisa kakak melupakan mu Dae Eun... sedangkan hampir setiap harinya kakak merindukanmu?kakak janji, kakak takkan melupakanmu Dae Eun...Baik-baiklah disini dan jangan memikirkan apapun lagi.Tenanglah disini, kakak akan berusaha mengiklaskan kepergian mu sepenuhnya, tapi tanpa melupakanmu sedikitpun"jelas Jeno yang langsung di beri hadiah pelukan erat oleh Dae Eun.

"Terimakasih kak.Aku tahu, kakak takkan melupakanku begitupun ayah dan kak Mark.Berkunjunglah padaku kak".

"Baiklah...nanti kakak akan berkunjung padamu"balas Jeno yang baru teringat kalo ia jarang sekali ke makam Dae Eun karna ia kan setelah pulang sekolah di jemput.

"Tapi dengan kak Mark...Aku tidak mau tahu".

"Hmm"gumam Jeno yang sejujurnya masih bingung bagaimana ia kembali berbicara lebih pada Mark, kakak sulungnya.

Jujur saja, Jeno tak enak karna selama ini benar-benar menganggap Mark orang asing.

"Jangn hmm saja! aku marah nih dengan kakak!"ancam Dae Eun sambil melepaskan pelukannya dan memberikan tatapan marah pada Jeno yang malah di tertawa kan oleh sang kakak.

"Baiklah-baiklah, jangan memberikan muka marah mu Dae Eun.Kau terlihat lucu malahan"jujur Jeno dan membawa Dae Eun ke dalam pelukannya lagi.

"Yakkk!aku serius kak!".

"Iya, maafkan kakak".

"Nah Ini baru kak Jeno yang jelek".

"Dae Eun!".

"Heheheh, hanya bercanda".

"kau tidak tahu?kalo aku ini banyak sekali pengangumnya loh...Jadi berbanggalah dengan kakak mu ini?".

"tak dengar tak dengar".