webnovel

(2)

Siwon berlari cepat memasuki rumah sakit besar Seoul saat tadi, ia yang tengah mengadakan rapat di perusahaan miliknya tiba-tiba di telepon rumah sakit besar seoul jika anak perempuan satu-satunya kecelakaan di sekolahnya.

Maka ia langsung saja mengakhiri rapat tersebut dan segera menuju ke rumah sakit.

Ia berlari untuk menuju ke ruangan Unit Gawat Darurat, dimana putrinya masih berupaya di selamatkan oleh tenaga medis.

Siwon tak perduli dengan banyaknya protes yang di layangkan padanya karna ia selalu menabraki orang-orang yang menghalangi jalannya.

Rasanya Siwon ingin membeli rumah sakitnya saja.

Siwon bisa melihat kedua anak lelakinya tengah duduk di kursi panjang dekat ruangan sambil menundukkan kepalanya.

Keduanya sangat berantakan dengan seragam keduanya yang terkena darah, ini membuat Siwon semakin khawatir.

"Jeno!Mark!"panggilnya pada kedua anak lelakinya yang tak menyadari kedatangannya.

Keduanya mengangkat kepala mereka untuk melihat siapa yang memanggil nama mereka.

Jeno segera berlari saat tahu yang memanggilnya itu sang ayah.Ia segera memeluknya lalu menumpahkan kesedihannya pada sang ayah.

Siwon mengusap bahu Jeno yang bergetar sedangkan Mark hanya mendekati keduanya tanpa ikut memeluk Siwon seperti sang adik.

Rasa bersalah terhadap adik perempuannya masih menyelimutinya, padahal itu bukan benar-benar salahnya.

"Ada apa sebenarnya?"tanya Siwon lembut.Sebisa mungkin Siwon tak menunjukkan rasa khawatirnya karna melihat kedua anaknya yang sepertinya sedang sangat terguncang.

Baru saja Mark ingin menjelaskan, dokter yang menangani Dae Eun sudah keluar dan menghampiri ketiga orang yang menurut sang dokter keluarga dari pasien yang baru saja ia tangani.

Dokter itu menundukkan kepalanya dalam dan menjelaskan sesuatu yang membuat keduanya terkejut di tempatnya masing-masing"apakah anda ayah dari Lee Dae Eun?"tanya dokter itu sambil melepaskan kacamata yang di pakainya.

Siwon mengangguk, ia melepaskan pelukannya dengan Jeno.

Jeno dan Mark menatap berharap pada sang dokter, berharap membawa kabar yang baik untuk mereka.

Dokter bernamtag Yesung itu menghembuskan napas pelan sambil menundukkan kepalanya sedikit"putri anda sudah tiada 5 menit yang lalu.Kami tidak bisa berbuat banyak karna benturan di kepalanyalah yang membuat dia tak bisa bertahan dan juga dia kehilangan banyak darah"jelas dokter Yesung sambil terus menunduk dalam.

Ia kecewa karna tak bisa menyelamatkan anak perempuan itu.Namun takdir sudah berkata lain.

Seberupayanya ia menyelamatkan anak perempuan itu jika memang sudah di takdirkan anak perempuan itu harus meninggalkan dunia ini hari ini maka ia tak akan bisa mengubahnya karna kematian seseorang sudah di atur oleh Tuhan.

Ia sudah semampunya.

Jeno menggeleng cepat.Air matanya kembali mengalir di kedua mata sipitnya.

Jeno tak percaya jika dokter itu bilang jika adiknya sudah tiada.Ia berpikir Dokter itu pasti berkata bohong.

Dae Eun hanya tidur, adiknya itu pasti sedang menjaili keluarganya.

Dae Eun memang akan menjaili keluarganya jika dia merindukan momen kebersamaan.Dia akan melakukan hal aneh sekalipun agar bisa membuat keluarganya berkumpul.Namun kenyataan segera menampar Jeno.

Bisa dilihat oleh anak bermata sipit itu, beberapa perawat mendorong brankar yang keluar dari ruangan dimana tadi adiknya di tangani.

Jeno mencengah para perawat yang ingin membawa adiknya pergi dengan tubuh sang adik yang sudah di tutupi kain putih.

Ia membuka kain putih yang menutupi seluruh tubuh sang adik dan bisa ia lihat, wajah sang adik yang sudah sangat pucat, tak seperti biasanya yang selalu berseri-seri karna adiknya selalu menebarkan senyumannya.

Tak ada lagi senyuman di wajah cantiknya juga rona merah kesal saat adiknya itu marah padanya karna ia menjailinya.

Flashback

"kak Jeno!kau yang memakan snack ku kan?ngaku gak?".

Dae Eun sudah menunjukkan wajah memerahnya karna menahan kesal pada kakak keduanya yang ia yakini telah memakan snack nya saat ia kemarin bermain ke rumah Haechan untuk belajar bersama karna tak mungkin kakak pertamanya yang memakan snacknya tanpa seijinnya, sangat tidak mungkin.

Jeno yang tengah menonton TV bersama sang kakak menoleh pada sang adik lalu menampilkan barisan gigi putihnya dan juga mengaruk kepalanya yang tidak gatal karna ketahuan oleh adik bungsunya."Maafkan kakak Dae,

kakak sangat lapar kemarin dan cemilan kakak habis...maaf ya"tuturnya.

Jeno sebenarnya tak enak sekali pada Dae Eun sekarang.

Ia sebenarnya ingin bilang semalam tapi tak jadi karna Dae Eun waktu itu sudah tertidur.

Jeno kan tak tega jika harus membangunkannya apalagi Dae Eun sepertinya sangat lelah dan pastinya jika ia bilang pada saat itu juga Dae Eun akan lebih mengamuk dari sekarang.

Dae Eun mendekati kakak keduanya sambil terus menunjukkan wajah galaknya lalu menoleh ke kakak sulungnya yang hanya terdiam ditempatnya, seketika wajah Dae Eun berubah menjadi sedih. "kak Mark hueeee.Snackku habis, aku tak bisa belajar kalo cemilan ku habis huee"adunya pada kakak pertamanya yang sedari tadi hanya menyimak keduanya.

Mark bangun dari duduknya dan memeluk adik bungsunya yang tengah menangis itu.

Dae Eun jika belajar memang harus ada makanan, katanyad ia tak akan bisa fokus jika tak ada makanan juga nantinya pelajarannya tak bisa di serap dengan baik oleh otaknya.

"Yasudah, kita ke mini market sekarang.Kita beli eskrim juga yang banyak"tutur sang kakak membuat Dae Eun menatap sang kakak pertama dengan mata berbinar.

"Benar ya kak?"tanyanya memastikan.

Mark mengangguk, itu membuat Dae Eun bersorak senang.

Jeno menundukkan wajahnya.Ia masih merasa bersalah karna telah memakan snack Dae Eun tanpa ijinnya walau ini bukan kali pertamanya tapi tetap saja ia tak enak pada adik perempuannya.

Ia sudah diajarkan oleh sang ayah untuk tidak mengambil milik orang tanpa seijinnya meskipun itu milik saudaranya sendiri.

Dae Eun melepaskan pelukannya pada Mark.Perempuan yang tengah memakai Hoodie biru kebesaran itu menghampiri kakak keduanya lalu menepuk bahu Jeno pelan membuat Jeno yang tengah menundukkan kepalanya menatap heran pada adik bungsunya"ayo kakak ikut!aku tak marah kok, lain kali jika kakak lapar bilang saja.Aku tak masalah jika kakak mau snack ku tapi kalo tak bilang seperti kali ini... nanti aku pukul kakak!"jelasnya yang membuat Jeno tersenyum dan mengangguk paham.

Dae Eun memang begitu, marah padanya tapi itu sebenarnya hanya teguran untuknya.

Siapa suruh ia tak ijin dengan sang pemilik.

"Ayok kak!"

"Dae Eun, kau tak cape apa senyum mulu?kering ntar bibirnya?".

"Kenapa?kakak iri ya?".

"Aku juga bisa tersenyum bodoh!jika aku tersenyum terus seperti mu, nanti bisa-bisa kau jatuh cinta pada kakakmu sendiri!".

"kakak memanggilku bodoh!aku acak-acak kamarmu pulang sekolah ini!"

"Tak apa kak, semua manusia itu tak ada yang sempurna.Kakak sudah melakukan yang terbaik...Kakak jangan sedih".

Jeno memejamkan matanya, mengingat momen-momen kebersamaanya dengan Dae Eun yang pastinya akan sangat ia rindukan nantinya.

Adiknya sudah tak akan lagi memarahinya maupun memberinya nasehat jika ia sedang ada masalah.

Walau Jeno dan Dae Eun suka berdebat dan bertengkar hanya karna masalah kecil.Namun keduanya pasti akan cepat sekali berbaikan dan bersama.

Siwon menghembuskan napas kasar.Lelaki paruh baya yang masih sangat tampan itu menatap langit-langit ruangan.Ia segera mendekati Jeno yang tengah menangisi brankar, dimana sang putri sudah tak bisa memberinya senyuman manisnya.

Tak kan ada yang menemaninya di malam larut saat ia masih sibuk mengerjakan pekerjaannya karna biasanya, Dae Eun akan terbangun dari tidurnya lalu duduk di sampingnya dan memperhatikannya bekerja.

Padahal Siwon sudah menegurnya untuk kembali tidur tapi Dae Eun akan terus menemaninya sambil memakan cemilannya lalu memberikan Siwon senyuman manisnya tapi itu membuat Siwon yang sudah kelelahan dengan pekerjaannya menjadi semangat lagi karna sang putri memberinya energi positif untuknya hanya lewat senyuman manisnya.

"Ayah, aku temani yah...Aku tak bisa tidur".

"Ayah...lihat!aku kemarin membelikan ayah ini, ayah mencari ini kan?"

"Ayah jangan tidur larut terus!Nanti ayah sakit.Masih ada hari besok ayah.Uang bisa dicari tapi kesehatan?tidak ayah..."

Siwon tak percaya sebenarnya jika putri yang ia miliki satu-satunya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Ia tak mau salah satu anaknya meninggalkan dirinya duluan.Ia ingin melihat anak-anaknya sukses dan meneruskan apa yang selama ini ia rintis karna sebenarnya itu semua untuk anak-anaknya.

Mark hanya memperhatikan ayah dan adiknya dari jauh.

Mark benar-benar sangat hancur apalagi tahu jika adik perempuannya meninggal karna telah menyelamatkannya.

Tak ada lagi adik perempuannya yang akan merengek meminta belikan makanan atau meminta Mark untuk menemaninya tidur jika sang adik habis mimpi buruk.

Flashback

"kakak kenapa?"tanya Dae Eun pada Mark yang tengah menahan sakit karna jari tangannya yang tak sengaja terkena pisau tajam akibat ia yang ingin membuat makanan untuknya dan kedua adiknya yang masih tertidur.

Sepertinya ayahnya lupa membeli makanan atau menyiapkan makanan untuk ketiga anaknya karna hari ini sang ayah tengah ada meeting penting yang tak bisa di abaikannya.

Bahkan Saat Mark bangun pertama saja, sang ayah sudah tidak ada. Padahal biasanya, Mark pastinya akan menemukan sang ayah yang tengah membuatkan susu atau menyiapkan makanan.

Dae Eun segera berlari untuk mengambil kotak obat-obatan di kamarnya lalu menyuruh sang kakak duduk di kursi makan selagi ia mengambil kotak obat itu untuk mengobatinya.

"kakak lain kali hati-hati ya"nasihat Dae Eun yang tengah mengobati luka pada jari tangan sang kakak yang terluka sembari sesekali memberikan Mark senyuman manisnya membuat Mark seketika melupakan rasa sakit dan perih pada jari tangannya yang terkena pisau.

"Maafkan aku ya kak.Aku dan kak Jeno memang selalu merepotkan kak Mark...maaf ya kak"ujar Dae Eun setelah mengobati jari tangan sang kakak pertama yang terluka.

Ia menundukkan kepalanya karna merasa bersalah pada kakak pertamanya karna jujur saja, ia dan Kakak keduanya itu selalu merepotkan Mark, kapanpun dan di manapun malahan.

Mark menggelengkan kepalanya dan mengangkat pelan kepala Dae Eun lalu ia memberikan senyumannya juga untuk adik yang selalu ia anggap masih kecil ini"jangan berbicara seperti itu Dae Eun.Kakak sangat senang di repotkan kalian.Jangan berbicara seperti itu lagi yah"balas Mark membuat Dae Eun kembali tersenyum.

"Nah, sekarang mau bantu kakak masak gak?"tanya Mark.Ia ingin Dae Eun melupakan kesedihannya.

Di pagi hari tak baik jika mood itu rusak dan tentu saja Dae Eun mengangguk semangat.

"Tentu saja, ayo kak kita masak...eh, aku bangunkan dulu kak Jeno ya kak.Tak adil soalnya"tuturnya dan langsung berlari ke lantai dua, dimana kamar ketiganya berada.

Mark tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat adiknya yang begitu mengemaskan di pagi hari ini.

"kakak, kak Jenonya...Dia mengangguku terus huaaaa".

"Jangan sedih kak...Dae Eun dan Jeno disini".

"Kak Mark, memang yang terbaik".

Mark menundukkan kepalanya membuat air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya mengalir di kedua pipinya.

Dae Eun benar-benar pergi darinya, Jeno, dan sang ayah.Dia benar-benar pergi dan tak akan bisa kembali lagi.

Mark rasa ini hanya mimpi buruknya yang sangat buruk.Mark ingin cepat-cepat saja bangun agar bisa memastikan bahwa sekarang adik perempuannya tengah bermain dengan Haechan dan Jeno atau pergi ke minimarket untuk membeli makanan dengan Jeno untuk dia belajar.

Mark yakin ini hanya mimpi buruknya.Adiknya itu tak mungkin pergi secepat ini.

"Jangan menyentuhku kak!ini semua karna kakak!kenapa kakak pergi kak?kenapa?".Jeno menepis Mark yang ingin memberinya pelukan.

Mark menatap Jeno sedih karna ia hampir saja terbentur lantai jika Mark tak bisa dengan cepat menyeimbangkan dirinya.

Jeno tadi juga mendorongnya begitu kuat.

Ia tak percaya sebenarnya jika Jeno melakukan hal kasar padanya karna Jeno tak pernah sekasar ini padanya.

Jeno kembali mendudukkan dirinya di tempat tidur adik perempuannya.

10 menit yang lalu mereka baru saja pulang dari pemakaman, dimana sang adik di istirahatkan di tempat terakhirnya.

Jeno yang memang sangat terpukul langsung saja berlari ke kamar adik perempuannya, meninggalkan sang kakak yang berusaha menguatkannya walau begitu Mark juga sangat terpukul sama seperti Jeno, sedangkan sang ayah hanya menatap kepergian Jeno yang langsung berlari ke kamar atas di ikuti Mark.

Dia akan menenangkan juga dirinya di kamarnya karna jujur saja, sang ayah sudah tak kuat lagi menahan kesedihannya yang ia tutupi dari kedua putranya sebab di tinggalkan putri satu-satunya.

Jeno menutup matanya yang terus mengeluarkan air matanya karna benar-benar tak rela adiknya tiada.

Ia sampai meremas seprai tempat tidur milik adiknya, menyalurkan emosinya yang ingin meledak"ini semua gara-gara kakak!aku benci kakak!kenapa kak?kenapa kakak meninggalkan Dae Eun? Kenapa?"tanya Jeno sambil berteriak.

Jeno rasa ini salah kakaknya karna ia melihat sendiri saat ia ingin menemui adiknya yang berada di depan gerbang sekolah, kakaknya ada disebrang jalan.

Kenapa kakaknya tak menunggunya sampai ia kembali?dan pergi ke minimarket bersama-sama seperti biasannya, Pasti sekarang adiknya itu masih ada.

Kenapa kakaknya bisa sangat seceroboh itu?bahkan Jeno tak tahu, bisa apa tidaknya memaafkan sang kakak karna kecerobohannya yang membuat adiknya tak kan bersamanya lagi.

Mark berjalan pelan ke arah Jeno.Ia memengang pundak Jeno yang masih bergetar karna menangis.Namun langsung di tepis kasar kembali oleh adik keduanya itu"Jeno,maafkan kakak...maafkan kakak.Bukan seperti itu Jeno, kakak -

"kakak APA HAH? Aku benar-benar benci dengan kakak!karna kakak!sekarang kita harus kehilangan salah satu anggota keluarga kita untuk selamanya...karna kakak! Adik perempuan kita tiada!AKU BENCI KAKAK!AKU BENCI KAKAK!"bentak Jeno sambil mendorong tubuh sang kakak membuatnya terjatuh ke lantai lumayan kencang.

Jeno tak memperdulikannya, ia rasa kakaknya itu pantas mendapatkannya dan menurutnya juga itu belum seberapa.

Jeno langsung berlari kembali meninggalkan sang kakak yang masih terduduk di lantai kamar Dae Eun untuk menuju kamarnya yang tepat di sebelah kanan kamar Dae Eun.

Jeno menutup pintu kamarnya dengan keras itu membuat Mark terkejut di tempatnya.

Apa Jeno benar-benar marah padanya?dan benar-benar membencinya?

Selama ini Jeno tak pernah marah padanya apalagi mendorongnya sampai terjatuh seperti ini.

Mark mengangkat kepalanya lalu menatap bingkai foto Dae Eun yang terletak di atas tempat tidurnya.

Itu foto Dae Eun saat berulang tahun tahun kemarin dan yang mengambil fotonya adalah ia sendiri.

Dae Eun sangat suka foto itu dan menyuruh sang ayah membelikan bingkai besar untuk katanya dia panjang di atas tempat tidurnya agar dia bisa mengingat momen bahagia itu.

Mark tersenyum tipis menatap foto sang adik yang tersenyum manis disana"maafkan kakak Dae Eun.Ini semua memang salah kakak.Seharusnya bukan kau yang pergi.kakak memang bukan kakak yang baik untukmu...Maafkan kakak"tutur Mark sambil kembali menundukkan kepalanya karna air matanya turun semakin deras saja.

Mark rasa ia bukan kakak yang baik untuk kedua adiknya.

Benar kata Jeno, seharusnya ia menunggu Jeno sampai selesai dan pergi ke minimarket bersama-sama.Pasti sekarang Dae Eun masih ada di tengah-tengah mereka semua.

Siwon menatap dingin Mark yang tengah terduduk di ruangan kerjanya sambil terus menundukkan kepalanya.

Ia sangat kecewa pada putra sulungnya karna kata putra keduanya, putri bungsunya meninggal karna Mark meninggalkannya di depan gerbang sekolah sendirian dan pada saat itu, sang putri menyelamatkan kakak pertamanya yang tengah berada di sebrang jalan.

Siwon tak tahu, mengapa Mark bisa seceroboh itu dengan meninggalkan adiknya hanya sendiri, padahal selama ini Siwon sangat percaya kalo Mark bisa menjaga adik-adiknya dengan baik dan lagipun Mark sudah berjanji padanya.

"Ayah kecewa padamu Mark,sangat-sangat kecewa-

-kau bilang pada ayah akan menjaga adik-adikmu dengan baik, tapi apa sekarang?kau membuat salah satu adikmu pergi untuk selamanya.Kenapa Mark?".tanya Siwon.

Tatapannya sudah sangat tak bersahabat.Baru kali ini ia menatap anaknya dengan tatapan seperti ini karna selama ini Siwon selalu memberikan tatapan sayang pada ketiga anaknya.Namun sekarang, anak pertamanya mampu membuatnya menjadi layaknya ayah yang jahat.

Mark terus menundukkan kepalanya.Air matanya yang ia tahan sedari tadi akhirnya luluh saat ia memejamkan matanya.

Mark merasa memang ini salahnya seperti apa yang di katakan Jeno dan sekarang sang ayah juga.

Ia mengaku salah karna meninggalkan Dae Eun hanya sendirian, tak menunggu Jeno sampai kembali atau mengajaknya ikut pergi ke minimarket bersama.

Tapi Mark punya alasan untuk itu.

Ia tak ingin membawa Dae Eun ikut serta karna pada saat itu jalanan licin dan juga takutnya nanti Jeno mencari keduanya jadi Mark tetap menyuruh Dae Eun diam di depan gerbang sekolah, menunggunya kembali dan juga menunggu Jeno selesai piketnya.

Namun yang membuat Mark sangat bersalah dan membuatnya sangat terpuruk karna ia tak melihat-lihat kanan kirinya.

Ia sibuk melihat Dae Eun sebenarnya.Mark memperhatikan Dae Eun, memastikannya baik-baik saja selagi ia menunggu jalanan sepi.

"Mengapa kau malah menangis hah?kau sudah menghilangkan nyawa adikmu Mark!JAWAB AYAH MARK!"bentak Siwon yang sudah kehabisan kesabarannya pada putra sulungnya.

Ia ingin tahu kejelasan dari Mark tapi Mark hanya terdiam dan menangis.

Siwon yang memang tengah dalam emosi yang tidak stabil membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik sebab Mark juga malah tak menjawab pertanyaannya.

"Ayah maafkan aku...Aku tak bermaksud meninggalkan Dae Eun.Maafkan aku ayah"tutur Mark sambil menatap sang ayah dengan wajah yang sudah di hiasi air matanya.

Seketika Mark kehabisan kata-kata untuk menjelaskan lebih jelasnya pada sang ayah.

Mark bingung harus menjelaskannya bagaimana lagi.Kemarin saja Jeno tak mempercayainya apalagi sang ayah.

Siwon mengusap wajahnya kasar"Mark!ayah akan mengurangi uang sakumu mulai sekarang...dan mulai sekarang!Jeno akan ayah antar jemput tapi kau?akan tetap naik bus-

-Ayah akan menyita hampir sebagian fasilitasmu Mark karna kau...benar-benar tak berhak mendapatkan itu semua-

-Keluarlah!ayah kecewa sekali dengan mu Mark!"jelas Siwon.Ia tak mau melakukan tindakan kekerasan pada Mark jika Mark terus berlama-lama ada di hadapannya.

Entah kenapa, ia tak ingin melihat wajah Mark sekarang dan juga jika ia melihat Mark, ia jadi membayangkan wajah pucat putrinya.

"Baik ayah, sekali lagi maafkan aku"balas Mark pasrah sambil mengusap wajahnya pelan, menghapus air matanya lalu meninggalkan ruangan kerja sang ayah dimana sang ayah kini tengah menumpahkan kesedihannya apalagi saat melihat foto ketiga anaknya yang berada di ruangan kerjanya.

Ia menatap Dae Eun dalam foto tersebut dan tanpa sadar kedua matanya menitikkan air matanya lagi.

"Maafkan ayah Dae Eun".