webnovel

(1)

Malam hari di musim gugur yang hendak memasuki musim dingin.Di sebuah rumah besar mewah nah megah.ketiga anak sibuk menatap langit malam yang dihiasi bulan dan juga dipenuhi bintang yang bersinar terang di balkon rumah mewah tersebut.

ketiganya terus memandang pemandangan langit malam yang nampak sangat indah sekarang, tak memperdulikan suhu udara luar semakin menurun.Padahal kebanyakan orang lebih memilih di dalam rumah untuk menghangatkan tubuh mereka.

"aku ingin menjadi bulan deh"ucap tiba-tiba salah satu dari ketiga anak yang satu-satunya perempuan sambil menaruh dagunya di pembatas besi balkon.

"Kenapa?"tanya salah satu lelaki bermata sipit yang berada di sebelah kirinya.

Anak perempuan berambut hitam legam tersenyum sambil terus menatap bulan"aku ingin menyinari malam yang gelap ini, walau terkadang bulan hanya sendiri karna bintang terkadang tak terlihat tapi ia tetap memberikan cahayanya di langit malam-

-sama seperti halnya matahari, hanya saja...dia adanya di pagi sampai siang hari nanti....dan juga tanpa bulan, pemandangan di malam hari itu terasa kurang"jelasnya panjang lebar.

perempuan itu menutup matanya sambil menghirup udara dingin.Namun baginya menenangkan apalagi di temani kedua saudaranya yang berada di kanan dan kirinya sebab ia berada di posisi tengah.

"Kalo gitu....kakak akan jadi bintang yang menemani Dae Eun jadi bulan.bintang yang paling bersinar...dan bintang itu akan selalu dekat dengan bulan"balas saudaranya yang berada di samping Kanan membuat anak perempuan dan anam lelaki bermata sipit menoleh bersamaan.

Bisa mereka lihat, anak yang lebih tua satu tahun dari keduanya tengah tersenyum sambil memperhatikan pemandangan indahnya malam.

keduanya juga ikut tersenyum dan kembali melihat pemandangan langit malam walau tadinya anak lelaki bermata sipit dan anak perempuan sibuk menutup matanya, menikmati angin dingin yang menerpa wajah keduanya.

"Ah kak Mark memang terbaik"ucap anak perempuan bernama Dae Eun sambil memeluk oppa tertuanya yang berada di samping kananya dengan manja.

"Kalo Jeno tetep ingin jadi Jeno saja"kini anak lelaki bermata sipit juga ikut mengutarakan keinginannya walau begitu, dia sangat berbeda dari kedua saudaranya.

"Kenapa kak?"tanya Dae Eun sambil menatap bingung sang kakak kedua.

ia pikir Jeno juga akan berkata sama seperti Mark, kakak pertamanya.Namun kakak keduanya ini memang terkadang rada aneh menurutnya.

yah, sebenarnya tak jauh beda lah dengan dia hanya Mark, kakak sulung mereka lah yang lebih waras dari keduanya.

"Jeno ingin melihat dan memperhatikan bulan dan bintang saja heheheh"balasnya yang membuat Dae Eun mengerucutkan bibirnya karna tak puas dengan jawaban kakak keduanya sedangkan Mark tertawa kecil.

Mark sangat hapal, Pasti setelahnya kedua adiknya ini akan berdebat panjang jika saja ia tak menyuruh keduanya untuk kembali ke kamar masing-masing karna besok mereka harus bersekolah kembali.

"kakak tak seru!".Dae Eun sudah mulai ngambek tapi untungnya Mark segera menyuruh mereka masuk.

"Sebaiknya kita tidur"tutur Mark yang melerai di mulainya perdebatan panjang kedua adiknya.

Baru saja Jeno ingin membalas sang adik.Namun tak jadi karna sang kakak sudah menyuruh mereka untuk tidur.Lagian benar juga karna besok mereka harus masuk sekolah.

Dae Eun dan Jeno dengan kompak mengangguk bersamaan.keduanya saling pandang dan saling memberi wajah mengejek lalu berlari masuk ke dalam dengan berlomba-lomba siapa yang masuk dengan cepat.

Mark mengembuskan napas pelan.Ia pikir kedua adiknya tak akan bertingkah lagi tapi ia salah.Ternyata keduanya malah menjadi jadi.

Mark rasanya ingin menjual adik-adiknya saja dan menukar keduanya dengan semangka,vbuah kesukaannya jika saja ia tak punya hati nuraninya.

Tidak!Mark sangat menyayangi keduanya.Tidak mungkin ia tega menjual keduanya hanya karna buah semangka yang sangat ia sukai.

Mark malahan rela menukar nyawanya untuk kedua adiknya yang selalu ia utamakan kebahagiannya dan baginya, keduanya sosok penting dalam hidupnya.

Salju mulai turun kembali di sore hari di kota Seoul.Para siswa-siswi yang baru saja keluar dari sekolah mereka segera merapatkan almamater sekolah mereka maupun jaket tebal lagi yang mereka bawa karna tak tahan dari udara dingin yang sangat menusuk kulit di musim dingin ini, apalagi salju turun kembali jadi merekapun harus berhati-hati karna jalanan licin.

Tak tertinggal dengan seorang pemuda tampan berseragam Junior High school swasta terkenal yang terus menggosok-ngosokkan kedua tangannya sambil merapatkan almamater sekolah yang lumayan tebal pada tubuh kecilnya.

Ia terus menengok kebelakang bangunan sekolah Elementary School untuk memastikan siswa-siswi yang baru saja keluar itu ada yang yang ia kenali.

Namun sampai ia seperti ingin membeku pun, orang-orang yang ia tunggu-tunggu pun sama sekali belum keluar dari gedung sekolah ini membuatnya memilih memandang ke depan sambil terus menggosokkan tangannya yang dingin agar hangat.

Ia benar-benar ingin segera kembali ke rumah sambil menikmati api perapian dan juga minuman hangat yang bisa membuat tubuhnya menghangat.

"kakak!"panggilan seseorang membuat anak itu menoleh kebelakang kembali.

Dilihatnya seorang siswi perempuan berseragam Elementary School datang menghampirinya lalu segera berdiri disampingnya.

anak blasteran itu tersenyum"dimana Jeno?"tanyanya pada siswi perempuan yang sudah berdiri di sampingnya sambil menaruh kepalanya manja di pundak sempitnya.

Tubuh siswi itu juga sama dinginnya dengannya, itu membuatnya menempelkan kedua tangannya yang sudah ia gosokkan pada pipi siswi tersebut.

"kak Jeno masih piket.Tadinya aku mau menungguinya tapi katanya aku menunggu di depan saja, takut kak Mark sudah datang...dan benar,Ternyata kakak sudah datang"balas siswi perempuan bernamtag Lee Dae Eun yang tak lain adik dari lelaki yang bernama Lee Mark, anak blasteran korea kanada.

Mark mempunyai 2 adik, satu perempuan dan satu laki-laki yang bernama Lee Jeno.

Dae Eun ini adalah adik perempuan bungsunya sedangkan Jeno adik kedua laki-lakinya.

kedua adiknya itu masih bersekolah di Elementary school.Namun mereka sudah berada di tingkat akhir yang artinya sebentar lagi akan lulus.

sedangkan Mark sudah bersekolah di Junior High School yang berada di tingkat 1.

Sekolah Mark dengan kedua adiknya itu tak terlalu jauh, hanya berbeda beberapa blok menjadikan ketiganya akan pulang sekolah dan berangkat bersama.

Mark selalu berpesan pada kedua adiknya saat ia masih bersekolah di Elementary school dengan keduanya jika ia sudah berbeda sekolah, mereka harus tetap pulang bersama-sama.

Mark tak akan membiarkan adiknya pulang hanya berdua tanpa pengawasannya, apalagi mereka pulang naik bus.

Mark tak mau terjadi sesuatu hal yang buruk pada kedua adiknya karna dulu saat ia sakit dan tak bisa bersekolah, keduanya pernah salah turun halte dan berakhir harus di jemput oleh sang ayah karna tak tahu mereka turun dimana.

Jadi jika Mark pulang duluan, ia yang akan menunggu adik-adiknya tapi kalo adik-adiknya pulang duluan maka kedua adiknya lah yang akan menunggunya.

Seperti itulah metode mereka pulang ke rumah.

Dae Eun dan Jeno pun sangat setuju dengan metode itu karna mereka sebenarnya masih takut untuk naik bus hanya berdua saja dan trauma akan hal salah turun halte.

sebenarnya mereka bisa saja di jemput oleh supir pribadi mereka karna mereka bertiga ini anak dari pengusaha kaya raya yang bernama Lee Siwon.

Tapi ketiganya dengan kompak bilang ingin seperti orang pada biasanya yang menikmati fasilitas umum negara dan sang ayah pun sama sekali tak mempersalahkannya selagi anak-anaknya senang.

Lagian, sang ayah hampir tak ada waktu untuk ketiganya karna harus mengurus perusahaan besarnya juga sekolah-sekolah yang didirikan sang ayah yang sejujurnya sekarang ketiga anaknya bersekolah.

Mark, Dae Eun, dan Jeno memang bersekolah di sekolah yang dimiliki langsung oleh sang ayah.Namun tidak banyak yang tahu tentang itu.

walau sang ayah, Siwon selalu sibuk dengan pekerjaannya yang selalu menumpuk tapi dia akan selalu meliburkan dirinya setiap sebulan sekali untuk anak-anaknya karna mereka hanya mempunyai sang ayah.

istrinya memilih cerai dengannya karna dia, dulunya tak pernah ada waktu untuk sang istri.

Itu mengapa Siwon menjadi orang tua tunggal sekarang.

Dia selalu berusaha menjadi ayah sekalipun menjadi ibu yang baik bagi ketiga buah hatinya.

Mark mengangguk, ia mengusap rambut hitam legam sang adik dengan lembut.

Banyak sekali siswa-siswi yang memperhatikan interaksi keduanya.

Beberapa ada yang menganggap mereka berdua sepasang kekasih beberapa juga ada yang menganggap mereka memang adik kakak yang memang sudah mengetahui Mark.

kebetulan Dae Eun dan Jeno itu sangat terkenal di sekolah dan dulu Mark juga sangat terkenal.

Banyak juga yang mengetahui jika Dae Eun dan Jeno memang adik dari Mark karna ketiganya selalu bersama dulu.

Murid-murid tingkat 1 saja yang tak tahu Mark karna yah, dia kan sudah tak bersekolah lagi di Elementary School.

"kak, aku haus"tutur Dae Eun, ia menyudahi acara manja-manjanya pada sang kakak karna itu kebiasaannya saat pulang sekolah bahkan saat berjalan pun, ia akan terus menempeli sang kakak pertama karna katanya, dia terlalu pusing dengan pelajaran.Namun untungnya Mark sangat tak mempersalahkan itu.

Lagian diakan memang adiknya.

"Minum kakak sudah habis"balas Mark yang membuat Dae Eun mengerucutkan bibirnya.

Sebenarnya ia senang karna rencananya berhasil.

"Aku haus sekali kak"tuturnya sambil menendang pelan beberapa kerikil yang ada di hadapannya, berharap Mark mengetahui apa yang sebenarnya ia mau.

Mark tersenyum dan mengusak rambut Dae Eun"kakak beli dulu.Dae Eun disini saja sampai Jeno datang.Jangan kemana-mana ya!atau kakak tak akan membelikan snack sebagai tambahannya!"seru Mark membuat Dae Eun menatapnya girang karna rencananya berhasil.

Dae Eun mengangguk semangat.Sebenarnya Dae Eun itu ingin cemilan karna cemilan di kamarnya sudah habis.

Ingin membeli tapi uangnya sudah habis karna iuran kelasnya.Ia tak membawa uang lebih soalnya jadi ia berpura pura meminta minum pada kakak sulungnya yang baik hati ini.

Dae Eun tahu pasti Mark, sang kakak sulung akan tahu kodenya dan benar,kakaknya tahu kalo ia ingin snack.

"Iya kak, aku akan menunggu kakak disini sampai kak Jeno datang"balasnya dengan semangat.

Mark mengangguk, ia menyebrangi jalanan yang lumayan sedikit ramai untuk pergi ke minimarket yang berada di sebrang sekolahan kedua adiknya sedangkan Dae Eun terus menatap punggung sang kakak, memastikannya berjalan dengan baik karna jalanan sekarang sangat licin.

Anak lelaki bermata sipit berjalan cepat keluar dari ruangan kelasnya saat dirasa bagian membersihkan kelasnya sudah selesai dan kelasnya pun sudah bersih.

Ia dengan cepat berjalan menuju keluar untuk menemui kedua saudaranya yang pastinya sudah menungguinya.

Lee Jeno nama anak lelaki itu, sebenarnya ia tak enak pada kakak dan adiknya yang harus menunggu diluar sekolah apalagi sekarang udara nya sangat dingin karna salju sedang turun kembali.

Ia terus mempercepat langkahnya saat melihat adik perempuannya tengah berdiri di luar pagar sekolah sendirian.

Ia tersenyum saat matanya juga melihat kakak pertamanya yang membawa banyak makanan di kedua tangannya di jalanan sebrang.

Jeno tahu, pasti sang kakak habis dari minimarket yang berada disebrang jalan raya sekolahnya.

Dae Eun melambaikan tangannya semangat, melihat kakak sulungnya di sebrang jalan dengan membawakan banyak makanan di kedua tangannya.

Dia masih berdiri di sebrang jalanan karna hendak menyebrang jalanan yang masih lumayan ramai kendaraan yang melintas.Kakaknya itu memang selalu mau menurutinya.

Dae eun melihat ke kanan saat sang kakak sulung hendak menyebrang jalan untuk sampai padanya.

sedangkan Mark masih menunggu jalanan sedikit sepi sampai dia bisa menyebrang jalan dan menghampiri Dae Eun.

Dae Eun menyipitkan matanya karna menurutnya ada yang sedikit janggal disana.

Ia terkejut saat melihat mobil yang sepertinya sedang kehilangan kendalinya dan kakaknya tak menyadarinya kalo mobil besar itu mulai mendekatinya karna sang kakak sibuk melihat ke depan, tidak kekanan dan kirinya.

Dengan cepat Dae Eun membuang tasnya ke segala arah, tak perduli dengan tasnya yang akan kotor.

Perempuan berambut hitam legam itu menyebrangi jalan walau hampir tertabrak dengan beberapa mobil yang melintas di jalan raya tersebut.

Ia tak perduli karna kakak sulungnya dalam bahaya.

Dae Eun berlari cepat pada sang kakak saat mobil besar yang kehilangan kendali sudah hampir dekat dengannya.

Dae Eun dengan cepat mendorong kakaknya menjauh dari posisi pertamanya.

Perempuan berambut panjang itu tak sempat menghindar dari mobil yang sudah sangat dekat dengan kakaknya tadi jadilah ia yang harus tertabrak oleh mobil besar itu, sedangkan kakaknya terdorong lumayan jauh dari tempat pertamanya.

Brukk

Dae Eun terlempar sedikit jauh dari posisi ia yang mendorong sang kakak karna kecepatan mobil yang hendak menabrak kakaknya lumayan kencang.

Darah segar mulai memenuhinya.

Beberapa guru dan orang yang ada di tempat kejadian segera datang melihat Dae Eun dan memberinya pertolongan pertama pada anak perempuan yang sudah berlumuran darah itu.

Mark menahan sakit pada tangan kanannya yang terkena batu besar tempat ia terjatuh dan sekarang mengeluarkan darah cukup banyak. walau begitu,

ia segera bangun dan berlari menuju ke rumunan saat sadar, sang adik yang tadi mendorongnya untuk menolongnya dari mobil yang hampir ingin menabraknya.

Mark tak tahu jika ada mobil yang menuju kearahnya.

Mark meninggalkan makanan dan tasnya juga tak memperdulikan tangan kanannya yang masih terus mengeluarkan darah.

Mark tak perduli, adiknya lebih penting sekarang.

Mark Masuk kedalam kerumunan.Ia segera menaruh kepala Dae Eun di pangkuannya apalagi melihat adiknya masih membuka matanya.

Mark terus membuat Dae Eun tersadar dengan menatap matanya yang sudah mengeluarkan air matanya karna benar-benar syok melihat adik bungsunya yang sudah banyak berlumuran darah.

Mark tak perduli dengan seragamnya yang terkena darah sang adik.Ia benar-benar sangat panik bercampur khawatir.

"Tolong panggilkan ambulan untuk adikku!"pinta Mark pada orang-orang dewasa yang mengerubunginya dan Dae Eun.

Air matanya sudah tak bisa tertahan apalagi melihat kondisi adiknya yang benar-benar memprihatinkan.

Mark takut hal buruk terjadi pada adik perempuannya ini.

Beberapa langsung berupaya menelpon ambulan juga memberikan pertolongan pertama pada Dae Eun yang masih tersadar.

Jeno yang baru saja ingin menghampiri adik perempuannya yang berada di depan gerbang sambil melihat sang kakak pun terkejut saat tiba-tiba adiknya berlari menyebrang jalan menuju kakaknya yang masih ingin menyeberangi jalan.

Jeno sampai menjatuhkan tasnya yang ia pengang saat melihat Dae Eun yang mendorong sang kakak untuk menolongnya dari mobil yang tiba-tiba ingin menabrak kakak pertamanya.

Dengan air mata yang mulai berkumpul di pelupuk matanya, Jeno berlari kearah kerumunan.

Ia masuk ke dalam kerumun dan bisa ia lihat, adiknya tengah di pangku kepalanya oleh kakaknya juga di beri pertolongan pertama oleh orang-orang dewasa yang melihat.

Darah sudah memenuhi tubuh adik bungsunya.Jeno sampai terduduk di jalanan yang ia pijaki karna kakinya benar-benar lemas apalagi melihat adiknya yang terkapar dengan di penuhi luka dan darah.

Jeno tadi melihat bagaimana adiknya itu tertabrak mobil besar lalu terlempar lumayan jauh dari posisinya mendorong sang kakak.

Jeno menghampiri Dae Eun sambil menepuk pelan pipi Dae Eun yang terkena darahnya sendiri.

"Dae Eun hiks, Dae Eun"panggil Jeno pada Dae Eun yang masih menjaga kesadarannya.

Dae Eun menatap kedua kakaknya bergantian sambil tersenyum tipis.

"kakak.....aku....sayang.... kalian"ucapnya pelan pada Jeno dan Mark yang berada di hadapannya.

Setelahnya Dae Eun benar-benar menutup matanya membuat Jeno dan Mark semakin menangis histeris, takut hal buruk terjadi pada adik kecil mereka.

Salah satu guru Jeno mendekati Jeno dan memeluknya.Namun Jeno berusaha melepaskan pelukannya.

Jeno tak mau di dekati siapa-siapa jika dia sedang syok apalagi sedang dalam kondisi seperti ini.

"Panggilkan ambulan!"pinta Jeno pelan pada sang guru yang tadi ingin memeluknya.

Jeno terus menepuk pipi Dae Eun agar adiknya itu bisa kembali membuka matanya.

"Mereka sedang kesini Jeno"tutur sang guru yang segera memeluk Jeno kembali.

Jeno tak menepisnya lagi sekarang.

Ia menerima pelukan dari sang guru yang mengajar di kelasnya juga Dae Eun.

Mark menyentuh denyut nadi sang adik.Namun ia sama sekali tak merasakannya, baik di leher maupun di lengannya bahkan ia sampai menempelkan kupingnya di dada Dae Eun agar bisa mendengar detak jantung sang adik.

Mark sedikit lega karna ia masih bisa mendengar detak jantung Dae Eun walau begitu detakkannya sangat lemah, hampir tak terdeteksi malahan.

Mark terus menangkup tangan kanan Dae Eun sampai mobil ambulans datang dan membawa Dae Eun, ia dan Jeno ke rumah sakit agar Dae Eun bisa segera di tangani oleh para ahlinya.