webnovel

(12)

"Anda siapa?"tanya Siwon pada seorang wanita yang baru saja turun dari lantai dua rumahnya.

Siwon sama sekali tak mengenal wanita yang sekarang tengah berjalan mendekatinya sedangkan Jeno yang berada di samping sang ayah dengan membawa beberapa bungkus makanan di tangannya, menatap lekat wanita yang baginya tak asing.Tapi Jeno tak tahu, melihat wanita itu dimana.

"Saya Yoona wali kelas Mark...oh, kau Jeno bukan?"tutur Yoona sambil bertanya saat sudah berada di hadapan Siwon dan Jeno yang masih menatapnya dengan pandangan bertanya.

Yoona tersenyum ke arah Jeno.Ia sangat mengenal anak lelaki bermata sipit ini karna dia anak pemilik sekolah dimana sekarang ia mengajar walau Yoona tak mengajar kelas Jeno.

Jeno mengangguk.Dugaannya benar ternyata akan ia yang tak asing dengan wanita yang ada di hadapannya dan sang ayah karna sepertinya, Jeno pernah melihatnya hanya saja ia tak ingat dimana.Tapi mengapa dia harus datang ke rumahnya.

"Ah, apa anda pemilik sekolah Junior High School SJ?"tanya Yoona yang mulai canggung.

Jika ada Jeno disini, berarti yang di samping Jeno itu pasti ayahnya kan?Dan otomatis lelaki paruh baya tampan yang ada di samping Jeno itu adalah ayahnya, pemilik sekolah tempat Yoona mengajar.

Siwon mengangguk tanpa menjawab.Ia berusaha mengingat siapa wanita cantik yang ada di hadapannya ini tapi Siwon rasa ia belum pernah bertemu dengannya kecuali hari ini.

"Maaf, saya guru baru di sekolah Junior High School SJ...jadi saya tidak tahu.Maafkan saya"Yoona membungkukkan badannya tanda 'meminta maaf' karna tak tahu jika yang sekarang berada di hadapannya adalah sosok yang sangat di hormati oleh semua rekan-rekannya di tempat ia mengajar.

Siwon mengangguk sambil tersenyum tipis agar Yoona tak terlalu canggung padanya.

Siwon bisa memaklumi karna ia pun jarang ke sekolah miliknya karna sibuk di perusahaannya.Ia sudah mempercayakan semua urusan kepentingan sekolah miliknya pada sahabatnya yang menjabat sebagai kepala sekolah disana.

Siwon hanya ke sekolahnya saat ia ingin melihat nilai Jeno maupun nilai Mark ataupun ada urusan yang harus di selesaikan langsung olehnya.Itu mengapa Siwon terkadang tak di ketahui oleh guru-guru baru sekolah, yah karna dia jarang di sekolah walau itu miliknya.

"Tak apa...Kau guru pertukaran dari Jepang ya?"tanya Siwon agar Yoona tak canggung padanya

"Iya, benar sekali"jawab Yoona ramah.Ia bahkan tersenyum cantik pada Jeno maupun Siwon.

"kenapa anda ke rumah saya?"tanya Siwon lagi.

Untuk apa guru baru ini datang ke rumahnya langsung?Kenapa jika ingin bertemu dengannya tidak di sekolah yang sebelumnya membuat janji dengan sahabatnya karna Siwon tak mau urusan pekerjaannya di bawa-bawa ke rumah kecuali urusan perusahaan, itupun ia hanya mengecek kembali.

Siwon hanya ingin jika di rumah, ia istirahat dan menjaga anak-anaknya.

"Saya kesini berniat menjenguk Mark karna kemarin sepulang sekolah, sepertinya dia habis di pukuli dan hari ini dia tak pergi sekolah...itu membuat saya khawatir padanya karna kemarin saja kondisi nya sangat memprihatikan"jelas Yoona ini membuat Siwon terkejut di tempatnya karna tak tahu jika putra sulungnya tak pergi sekolah.

Jeno langsung melihat kamar sang kakak yang masih tertutup rapat.Dugaannya benar kalo sang kakak tengah tak baik-baik saja.

"Anda sudah bertemu dengan Mark kan?" .

"Iya, tadinya saya ingin mengajaknya ke rumah sakit karna dia demam tinggi tapi dia menolak.Katanya ingin dengan anda saja... jadi yah, saya merawatnya sampai menunggu anda pulang"jelas Yoona lagi ini membuat Siwon melihat kamar Mark dengan tatapan khawatirnya.

Bagimana bisa Siwon tak mengetahui jika putra sulungnya sakit, padahal ia pulang dari sore tadi?

Rasa bersalah mulai memenuhi Siwon.Ia tadi hanya ke kamar Jeno untuk mengajak putra keduanya membeli makanan sambil berjalan-jalan karna ia pulang cepat.Ia tak ke kamar Mark karna pasti ia akan mendapatkan kamar Mark yang kosong.Itu mengapa Siwon malas membuka kamar Mark yang pastinya tak ada pemiliknya di dalamnya.

Jeno sudah menundukkan kepalanya, mendengar jika sekarang kakaknya sakit.Ia tadi hanya mengintip sebentar kamar sang kakak yang sangat gelap.Ia berpikir kakaknya tak ada di rumah.

Jeno kembali mengepalkan tangannya kuat karna emosinya kembali berkumpul.

Ini semua gara-gara Bon-Hwa dan teman-temannya karna anak-anak sombong itu, kakaknya sakit walau mereka sudah ia beri pelajaran tapi tetap saja rasa tidak puas masih berada dalam hati kecilnya, dimana rasa perduli terhadap sang kakak berada disana.

"Apakah dia masih demam sekarang?".

"Tidak...demamnya sudah turun dan Mark lumayan lebih baik dari tadi".

"Terimakasih sudah merawat putraku...Maaf, saya merepotkan anda"Siwon menundukkan kepalanya meminta maaf.Bisa-bisanya yang merawat putranya itu orang asing bukan dirinya langsung.Ia benar-benar menyesal tak melihat kamar Mark dulu tadi.

"Tak apa, saya sama sekali tak merasa di repotkan.Kalo begitu, saya pulang dulu...besok saya harus pergi mengajar kembali"ujar yoona.

"Saya antar"tawar Siwon.Ia tak enak karna wanita cantik ini sudah merawat putranya sampai malam begini.

"Tidak usah tuan.Saya bawa mobil"tolak Yoona ramah.Ia bahkan menaruh mobilnya di gerbang depan rumah besar ini.Ia harap mobilnya aman.

"Kalo begitu, saya antar anda sampai ke mobil anda"seru Siwon yang di angguki 'iya' oleh Yoona.tak enak jika dirinya terus menolak yang notebatenya pemilik sekolah tempat ia mengajar.

"Tentu saja".Yoona pamit kepada Jeno yang sedari tadi hanya diam menunduk kebawah.Entah apa yang dilakukannya.

Yoona baru tahu kalo Jeno itu adiknya Mark karna ia sama sekali tak pernah melihat Jeno yang berangkat dan pulang bersama dengan Mark.Malahan mereka berdua itu seperti dua orang asing jika di sekolah, ini membuat Yoona terus bertanya-tanya.Ia bahkan tak pernah melihat Mark dan Jeno berinteraksi walau terkadang Yoona pernah mendapatkan Mark yang tengah memperhatikan Jeno dari lantai atas,kelasnya.

Ia mengira jika Mark punya urusan dengan Jeno.tapi sekarang Yoona tahu, ternyata Mark sedang memperhatikan adiknya.Kenapa tak langsung saja, padahal mereka saudara?itu pertanyaan yang terlintas di kepala Yoona sekarang.

Keduanya adalah saudara tapi mengapa mereka malah seperti orang-orang yang tidak mengenal satu sama lain.Apa keduanya tengah bertengkar hebat atau hanya di sekolah saja Jeno pura-pura tak mengenal Mark?Itu pertanyaan yang terus berada di kepala Yoona.

Siwon menyuruh Jeno untuk naik ke kamarnya selagi dia akan mengantar guru Mark menuju mobilnya.

Jeno mengangguk pelan.Ia naik ke lantai dua dengan sebelumnya menyempatkan melihat sang ayah yang mengekori guru cantik itu.

Jeno memilih tak ke kamarnya.Ia memilih masuk ke kamar yang terletak paling ujung.Kamar yang sekarang tak pernah ia datangi lagi semenjak Dae Eun meninggal.Padahal dulu, kamar itu adalah kamar favoritnya dan adik bungsungnya tidur bersama-sama dengan sang kakak bahkan menghabiskan waktu bersama-sama untuk menunggu sang ayah pulang.

Jeno membuka pintu kamar Mark pelan, takut sang kakak ternyata tidak tidur dan mendapati dirinya masuk ke kamarnya.

Jeno tentu saja masih tak mau jika sang kakak berpikir jika ia sudah sedikit luluh kepadanya.Entah kenapa bagi Jeno ini belum waktunya.

Jeno berjalan pelan ke tempat tidur sang kakak.Bisa ia lihat, wajah sang kakak yang pucat dengan wajahnya yang masih di hiasi lebam-lebam akibat luka rundungan dari teman-teman kelasnya sendiri.Dengan perlahan, anak berambut hitam legam itu duduk di pinggiran ranjang sang kakak, takut membangunkan sang kakak yang tengah tertidur pulas sekarang.

Anak lelaki itu mengambil handuk kecil yang berada di kening Mark, kembali menaruhnya di baskom yang masih berisikan air hangat dan memerasnya lalu kembali menaruhnya di kening sang kakak.Ia meraba pipi sang kakak yang terdapat keringat walau begitu suhu tubuhnya mulai menghangat seperti apa yang di katakan gurunya tadi.

Bu Yoona benar-benar merawat kakaknya dengan baik.Jeno berjanji akan membalas kebaikannya dan tak akan pernah melupakannya karna sudah merawat kakak kesayangannya dengan tulus.

"Cepat sembuh kak...Jeno disini, di samping kakak...Maafkan Jeno kak"ujar Jeno sambil mencium pipi sang kakak dan membetulkan selimut tebal sang kakak yang membungkus tubuh kecilnya.

Tak terasa, bulir air mata terjatuh dari mata sipit Jeno yang segera ia hapus dengan kasar.

Rasa bersalah mulai memenuhi dirinya, apalagi melihat kakaknya yang sangat pucat dengan luka-luka yang menghiasi wajah maupun tubuhnya.

Jeno bangun dari duduknya.Ia keluar dari kamar kakaknya untuk menuju kamarnya karna tak kuat melihat wajah damai sang kakak, itu membuatnya semakin merasa sangat jahat walau sebenarnya Jeno akui dirinya sangat jahat pada kakaknya semenjak adik bungsungnya meninggal.

"Maaf kak".