webnovel

TWO

komen❤vote

____________________________________________

-널 좋아하게 된 순간부터 하루도 보통날인적 없어-

_neol joahage doen sunganbuteo harudo botongnarinjeok eopseo_

'semenjak aku mulai menyukaimu

tidak ada satu haripun terasa biasa-biasa saja'

[EXO- Tender Love]

prangg!

"kau!, kau tidak punya matakah!!" suara itu terdengar lebih pecah daripada lentingan gelas yang beradu dengan lantai marmer tak lama tadi,

seorang wanita dengan rambut coklat teh itu tengah memelototinya, tangannya sibuk mengelap tas ditangannya yang basah terkena minuman yang Somi bawa

"maaf-"

"gampang ya bilang maaf, lihat apa yang sudah kau lakukan!" pekiknya membuat semua orang menatap kearah mereka menyaksikan apa yang dimereka sebut tontonan

"gajimu bertahun-tahun bekerja disinipun tidak bisa untuk membeli tas ini! dan kau telah merusaknya-" suara itu terdengar pedas ditelinga Somi yang tak sengaja menabrak wanita yang mungkin lebih tua beberapa tahun darinya itu, sebenarnya bukan Somi yang menabraknya hanya saja wanita berjalan mundur dari mejanya sedangkan Somi sudah berusaha menghindarinya sampai wanita itu berbalik dan berhasil menabrakkan diri kenampan yang dibawa Somi menumpahkan sedikit minuman ke tasnya sebelum gelas diatasnya juga turut meluncur keatas lantai menimbulkan suara pecahan kaca terdengar disana beberapa saat lalu

"maaf nona-"

"orang rendahan sepertimu yang tak tau diri hanya tau menyusahkan dan merusak saja-"

plakk

sebuah tamparan melayang dipipi kanan Somi membuat tubuh tinggi kecilnya terhuyung terjatuh kelantai tangannya sedikit mengenai beling dari gelas yang pecah saat hendak menopang tubuhnya

"ahh, aw!" suara rintihannya keluar begitu saja dari mulut somi saat mendapati beberapa pecahan beling menusuk telapak tangannya, bukan hanya sakit ditangan yang dirasakannya tapi juga nyeri didadanya mendengar penghinaan itu yang jelas ditujukan untuknya terdengar begitu lantang dihadapan semua pengunjung restoran sore ini, apa kabar dengan pekerjaan barunya yang baru saja disandangnya setelah masa trainee usai minggu lalu, akankah dia akan berakhir disini kali ini

terdengar suara heels berbenturan dengan suara lantai marmer keluar dari ruangannya segera menghampiri sumber kegaduhan disalah satu meja sore ini

"ada apa ini?" tanya seseorang dengan nada tenang setelah mengetahui salah seorang pegawainya tersungkur dilantai dengan serakan pecahan gelas disekitarnya

"apa yang terjadi?" tanyanya lagi saat tak ada satupun yang menjawab, gadis yang tadi membentaknya tengah sibuk dengan tasnya, dan jangan harap Somi akan membuka mulut, dia tahu diri posisinya sekarang berada diujung tanduk, pekerjaan baiknya akan segera ia lepas sebentar lagi berkat kejadian ini

"apa kau atasannya!? aku butuh bertemu dengan manager restoran ini, pemiliknya bila perlu-"

"saya managernya, ada apa ini?" wanita berambut panjang hitam lurus itu menampilkan wajah dengan ekspresinya yang datar pada pengunjung yang telah meneriaki Somi tadi

"oh baguslah! apa restoran ini tidak melatih karyawannya untuk bekerja terlebih dulu! lihat apa yang sudah dilakukannya-" pelanggan itu kembali mengomel saat mendengar bahwa wanita didepannya adalah manager restoran sendiri, menunjukan tas kulitnya yang ditentengnya. seperti paham apa yang sudah terjadi manager restoran itu menarik nafasnya memandang karyawannya yang masih tersungkur dihadapannya lalu kembali menatap pelanggan yang emosinya sudah meledak sedari tadi

"maafkan kesalahan karyawan kami nona, kami telah-" bola matanya memutar saat yang didengarnya hanya ucapan maaf lagi, gadis itu berkacak pinggang, tak ingin percaya pada apa yang baru saja didengarnya

"apa kalian hanya tau kata maaf! saya tidak mau tau, tas saya bukan barang murah, dan untuk merawatnya tidak akan lunas dengan kata maaf!" suara itu melantang menantang orang yang ada dihadapannya dengan matanya yang membulat sempurna, bisa dilihatnya sosok iblis ada didalamnya

ucapannya berhasil membuat manager Somi sedikit merasakan pening dikepalanya, sorenya yang tenang berubah menjadi penuh teriakan ditelinganya, tapi profesionalitasnya dibalik kemeja coklat yang membalutnya anggun dengan setelah celana kantor yang membuatnya semakin terkesan berwibawa, wajah cantik dengan bibir merah merona itu merekahkan senyumannya, terlihat tulus walau tak tau apa yang sebenarnya dia pikirkan dibalik wajah dinginnha, membuat gadis yang sedari tadi menatapnya itu mengerutkan dahinya

"saya tahu itu bukan barang murah, nona tidak perlu khawatir seharusnya, karna tas mahal selalu menyediakan garansi, jadi kenapa nona mencaci karyawan saya hanya karna hal ini!"

"justru karna saya melatih karyawan saya dengan baik sebelum mempekerjakannya, saya yakin bahwa ini bukan kesalahan karyawan saya, melainkan keteledoran nona sendiri, lagipula karyawan saya sudah meminta maaf-"

"huh! kalian pikir kalian siapa hah!! berani sekali berkata seperti itu-"

"saya tidak mau tau, segera pecat dia!" suara kembali meninggi menunjuk Somi yang masih terduduk dilantai menahan air matanya, dia tak akan tau akan seperti ini jadinya

senyuman dari bibir merahnya belum juga luntur hanya kerna ocehan salah satu pelanggannya kali ini, melirik kekanan dan kirinya bahwa kejadian itu sudah berhasil menjadikan bonus pertunjukan untuk para pengunjung lain

"jika tidak puas dengan pelayanan direstoran kami silahkan untuk keluar dan tak perlu berkunjung kembali" ucap wanita yang memegang jabatan sebagai manager itu dengan nada tenangnya, masih dengan senyumannya

"sialan apa yang kau katakan!"

byurr

siraman air tepat mengenai wajah dan leher manager Somi, membuat siapapun disana tercengang melihatnya dengan pandangan matanya yang memerah gadis itu meletakan gelas kosong yang telah habis untuk menyiram seorang wanita lain dihadapannya yang benar-benar membuatnya emosi kini

setiap pelanggan lain dan juga karyawan yang menyaksikan itu seolah baru saja melihat adegan drama, tak sedikit yang memalingkan wajahnya ada juga yang menganga tak percaya, percayalah pengunjung direstoran bukan seorang yang tak memiliki jabatan, bisa dilihat dari jas dan dasi mereka yang terpasang rapi dikerah kemeja mereka, atau lihatlah tatanan rambut dan style mereka yang telah menunjukan siapa mereka, para manusia ber-uang yang kebanyakan adalah pelanggan tetap direstoran itu

lalu apa jadinya dengan reputasi restoran yang memang sangat menjaga statusnya dan mutu pelayanannya disamping menu makanannya yang memang mewah dan berkelas, seorang manager menerima perlakuan yang memalukan dari seorang pengunjung yang merasa terugikan akan tindakan bodoh karyawannya, dan itu adalah Somi, dengan alasan apapun Somi tak mengetahui apa yang akan diterimanya nanti setelah ini, melihat managernya mendapat perlakuan memalukan seperti itu karenanya, Somi telah bersiap akan menerima keputusan terpahit sekalipun bahwa dirinya harus berhenti hari ini juga menjadi karyawan disana. air matanya meleleh

"saya pemilik restoran sekaligus manager disini, saya benar-benar meminta maaf atas karyawan saya untuk kejadian ini, tapi mohon maaf untuk memecatnya itu biar menjadi urusan kami!" setelah sempat terkejut dengan apa yang terjadi padanya, dia masih berbicara dengan tenang walau matanya mulai melirik kekanan dan kirinya mendapatkan dirinya tengah dipermalukan dan ditonton oleh pelanggan dan karyawannya sendiri, Somi yang menunduk dalam tangisnya tak berani melihat sosoknya

berbeda dengan Somi, gadis yang masih berdiri dihadapannya tercengang mendengar perkataan seorang yang telah disiramnya adalah pemilik restoran sendiri

"kalian benar benar!!" gadis itu segera melangkahkan kakinya kasar meninggalkan mereka disana, menahan malu, mendapati orang-orang memandangnya seolah tengah menghujat perlakuannya

Dia melirik kebawah mendapatkan somi masih tetap disana tak bergerak, hanya bahunya terlihat gemetar karna tangisnya

setelah sedikit mengelap sekitar wajahnya dia juga segera pergi dari sana, tanpa memperdulikan Somi tentunya

"bereskan ini" katanya halus pada karyawan yang tak jauh dari tempatnya berdiri, dengan tangan gemetar karyawannya mengangguk, lalu segera membantu Somi berdiri dari posisinya, sedangkan karyawan lain segera menyapu dan mengepel lantai

harga dirinya bahkan lebih rendah dari pada sebuah tas! terlebih dari itu dia membuat semuanya berantakan

kakinya gemetar, jemarinya saling terpaut membelit satu sama lain dia masih berdiri didepan pintu kayu besar yang berwarna coklat gelap itu, meyakinkan dirinya untuk membuka knop pintu

dia sangat yakin semuanya akan berakhir saat ini, pekerjaan baik tak pernah berpihak padanya yang adalah orang yang tidak lagi memiliki harga diri.

seorang karyawan lain memberitahunya bahwa manager yang merangkap sebagai pemilik restoran ingin berbicara dengannya, sekitar 2 jam setelah insiden tadi

dengan sekuat tenaga Somi melangkahkan sepatu pantofelnya memasuki pintu setelah tangannya mendorong pintu dan menutupnya kembali

"anda memanggil saya?" ucapnya gemetar, dia tak sekalipun menegakkan bahunya, bukan karna tidak mau tapi dia tidak bisa sangat sulit untuk dilakukannya. seorang dengan dress warna peach menghampirinya rambut yang diikatnya tinggi memperjelas rahangnya yang tajam dan menunjukan raut wajah dingin yang lagi tanpa senyum sedang berdiri tepat dihadapannya, semakin melangkah mendekati Somi, semakin Somi menundukan wajahnya sampai pada akhirnya jari-jari lentik mengangkat wajahnya menghadapkan wajah Somi pada wajahnya yang dingin.

seperti tak bisa berbuat apa-apa Somi hanya bisa diam dan diam, jari-jarinya masih saling terpaut

"kau tak apa-apa?" tanyanya kemudian tenang, bahkan seperti dibuat setenang mungkin saat mengetahui ketakutan Somi padanya yang selaku terlihat menghindari kontak mata dengannya, selalu memalingkan wajahnya darinya, percayalah nada bicaranya yang tenang malah semakin memperkeruh pikiran Somi sekarang

wanita itu mengusap tepi bibir tebal Somi yang sedikit pecah karna tamparan keras gadis tadi, Somi sedikit menyeringai tak bisa menahan nyeri dibagian yang disentuhnya yang sudah mulai membengkak

"ah, maaf, -sini!" ucapnya kemudian lalu memapah Somi menuju sofa yang berada pada ruangan, dengan ragu Somi mendudukan dirinya disebelahnya

segera meraih kotak P3K yang sudah disiapkannya diatas meja dan mulai meneteskan betadin pada kapas untuk mengobati luka dibibir Somi

"kemarilah"

"tidak usah-" bantah Somi saat managernya mulai mendekatkan kapas itu

"tak apa" ucapnya, masih dengan tenang. tanpa berusaha menolak keinginan mnagernya lagi Somi menurut, sedikit terkejut dengan rasa perih yang ditimbulkan

managernya juga membalut telapak tangan Somi yang terluka akibat pecahan gelas tadi. masih dengan pikirannya sendiri Somi menatap atasannya yang begitu tenang, wajahnya yang dingin memang terlihat menakutkan tapi melihat perlakuannya yang hangat Somi seolah melunturkan ketakutannya pada atasannya, walau dia sendiri tidak tau apa yang akan didengarnya setelah ini, dia masih yakin bahwa ini merupakan akhir dari pekerjaannya mengingat kejadian yang baru beberapa jam terjadi telah mempermalukannya sebagai pemilik restoran

"terimakasih!" ucap Somi setelah managernya segera membereskan kotak P3K yang sudah selesai dia gunakan

mendengar penuturan Somi dia segera menatap Somi dan entah mengapa kemudian tersenyum ramah, Somi tau itu tapi jangan harap dia berani membalas tatapan atasannya, yang ada dia semakin menunduk

"kadang orang seperti itu memang tidak tau diri-"

"ahh sudahlah lupakan kejadian tadi!"

"siapa namamu?" katanya kemudian memotong ucapannya sendiri. terdengar ramah, bukan hanya itu tapi lebih halus dan hangat, cantik dan berwibawa seolah perpaduan sempurna untuknya. Somi sedikit menatapnya sapersekian detik sampai kemudian kembali menunduk saat tak sengaja pandangan mereka bertemu

"sa,saya nama saya Kim Somi, nona!" suaranya gemetar seolah tak bisa menahan dirinya untuk tidak cemas, yang dihadapannya kembali tersenyum manis padanya meletakan kotak putihnya kembali keatas meja

"aku Irene" ucapnya ramah. Somi hanya menunduk sedikit mengangguk, dia benar-benar merasa canggung duduk berdampingan dengannya pasalnya dia bukan hanya wanita yang baik dimatanya sekarang, tapi juga merupakan pemilik Resto tempatnya bekerja, jadi tidak ada alasan untuk tidak segan terhadapnya

"apa kau akan terus seperti ini menunduk dan mengangguk"

"tidak apa-apa coba lihat aku-"

"jangan sungkan padaku sekalipun kau karyawanku, aku tidak sedingin kelihatannya-" katanya mencoba menjelaskan kecanggungan yang mereka rasakan

"Somi, Kim Somi" sapanya pelan berusaha mengakrabkan dirinya pada gadis yang terus menunduk dihadapannya mencoba mencairkan suasana yang dirasakan Somi, dia tahu hal itu-sepertinya

memegang lengan tangan Somi yang serasa kaku mengunci diatas rok span hitam yang dipakainya, dan kembali mengangguk

sungguh lembut sekali permukaan tangannya menyentuh punggung tangan Somi

"sekarang coba lihatlah aku-"

setelah membersihkan diri dikamar mandi rumah sakit, Somi menghampiri tubuh yang senantiasa terbaring, menyunggingkan senyum kecutnya sekilas pada mata terpejam So hyun. menggenggam erat jemari yang terpasang oxymeter, masih sedikit membenarkan posisi poni So hyun yang mulai memanjang

"So hyun, Kim So hyun! ini kakak, kau tak merindukakanku huh-"

"...kakak, kakak merindukanmu So hyun!" suara Somi bergetar dibalik suara pelannya itu tak menyadari seseorang tengah memperhatikan gelagatnya dibalik punggungnya yang entah sejak kapan berdiri disana, senyum prihatinnya tergambar jelas diwajah laki-laki berbibir tipisnya. sampai tak lama suara isakan itu terdengar pelan. rambut basah Somi terlihat menutupi bahunya yang gemetar tengah menyembunyikan wajahnya ditepi brancard

tak bisa menahan diri terlalu lama melihat gadis itu terisak pelan ditengah keheningan malam. Baekhyun melangkah mendekati Somi, masih dengan snelli yang ditubuhnya, telapak tangannya mengusap punggung Somi pelan membuat Somi terperanjat kaget

"dia juga pasti sangat merindukankanmu, Somi!" suara manis itu terdengar pelan, menenangkan, masih mengusap bahu Somi, yang kini tengah sibuk menyeka air matanya. dia jarang menangis didepan orang lain untuk meratapi kehidupannya dan sekarang cukup membuatnya sedikit terkejut saat mendapati Baekhyun ternyata memperhatikannya entah sedari kapan

"dokter Baek?" kata Somi parau, menghapus sisa air matanya. untuk yang kedua kalinya dia menangis hari ini, hidupnya terlalu berat

Baekhyun tersenyum simpul disampingnya masih mengusap bahu Somi, entah mengapa merasakan usapan lembut disana membuat Somi menjadi lebih tenang sekarang.

"makanlah!" kata Somi pelan saat sebuah kotak dari alumunium foil dibukanya menampilkan makanan yang terlihat menggoda mata setiap orang yang melihatnya, bahkan dalam kondisi yang sudah mendingin karna sudah lama didiamkan diatas meja, aroma bumbunya masih menusuk hidung. Baekhyun hanya memandangi makanan itu tanpa reaksi seolah tak berselera sedikitpun pada makanan yang dibawa Somi

setelah kejadian tadi diresto tempatnya bekerja, Somi dibawakan sebuah bungkusan oleh Irene, managernya, yang entah mengapa berusaha mengakrabkan diri dengannya bahkan meminta Somi untuk tidak memanggilnya dengan embel-embel 'nona' ataupun 'kakak' Irene hanya meminta Somi memanggil dengan namanya saja, tentu Somi tidak bodoh untuk melakukan itu pada wanita yang jelas-jelas adalah managernya yang juga pemiliki restoran.

tapi Irene terus memaksa untuk Somi melakukannya, dengan terpaksa Somipun menurut dan menjajalnya memanggil hanya dengan 'Irene' saja tanpa embel-embel lain. membuat Irene tersenyum bangga sehingga dia membawakan bungkusan sebagai tanda pertemanan mereka mulai hari ini, terasa janggal untuk Somi.

setelah kejadian tadi Somi seharusnya mendapat surat pemberhentian dari tempat kerjanya bukan, namun yang didapat malah perlakuan baik dari pemilik restoran. sedikit membuatnya bersyukur bahwa dia tidak berakhir dengan pemecatan, tapi tetap saja malah semakin membuatnya aneh, apalagi melihat karyawan lain yang terang-terangan sedang membicarakannya yang mulai dekat dengan sang pemilik restoran

Baekhyun masih mematung menatap makanan itu diatas meja, Somipun sama, menatap Baekhyun yang tak kunjung memakannya justru menatapnya seperti tak berselera

"dok, kenapa?-" tanya Somi kemudian setenang mungkin

"tidak suka-"

"ah bukan"

"eung, ngomong-ngomong dari mana kamu mendapat makanan ini?" tanya Baekhyun memotong ucapan Somi, membuat Somi sedikit terkejut akan pertanyaan Baekhyun yang seolah meragukan dirinya bisa membawakan makanan. seperti membuat suntikan nyeri didadanya. Baekhyun masih menunggu jawaban Somi. percayalah Baekhyun bukannya tidak tau dari dapur mana makanan favoritnya berasal, hanya saja dia masih meyakinkan dirinya, pertanyaannya juga tidak ada sedikitpun niat untuk meragukan niat baik Somi

"ah, aku-"

"dari tempat kerjaku, ini masih hangat tadi dan-" kata-katanya terpotong ragu untuk melanjutkannya, jari-jarinya meremas plastik ditangannya. ada sedikit rasa sedih dibenaknya saat niat baiknya diragukan. dengan intonasi yang lebih pelan Somi melanjutkan ucapannya "..bukan makanan sisa!" katanya sedikit menggigit bibir bawahnya menunduk. mendengar itu Baekhyun seketika mengerjap, tersadar bahwa pertanyaannya telah menyinggung Somi, bahunya langsung terangkat saat mendapati kesalahpahaman yang mungkin tengah Somi pikirkan sekarang

"ah. Somi, maaf, bukan maksutku seperti itu-" seketika kata-kata itu meluncur cepat dari mulutnya dengan tergagap tangannya mengibas-ibas didepan mukanya menudukung ucapannya "..aku hanya ingin tau kamu mendapatkan ini dari restoran mana. aah, Somi aku-" wajahnya terlihat sangat bersalah telah membuat gadis didepannya mungkin berfikiran yang tidak-tidak terhadapnya

"tidak apa-apa" kata Somi kemudian mengangkat suara. dia bisa melihat raut wajah Baekhyun sekarang sangat khawatir karna ucapannya tadi. Somi mencoba tersenyum tenang pada pria 26 tahun itu yang masih menautkan kedua alisnya sedih

"jadi mau dimakan tidak?" Kim Somi melanjutkan sekaligus mengalihkan pembicaraan, setelah beberapa saat hening. tanpa menunggu lebih panjang lagi kini Baekhyun mengangguk cepat lalu mengambil sendok diatas meja segera melahapnya. lagipula sudah lama dia tidak memakan makanan favorit jaman SHSnya dulu

Somi hanya tersenyum tipis melihat setiap suapan yang baekhyun masukan kedalam mulutnya seolah dia tidak pernah makan makanan seperti itu sebelumnya, Baekhyun menyadari tatapan Somi padanya membuat satu suapan yang sudah didepan mulutnya tertahan

"ah, ini sangat enak, kau sudah mencicipinya?" tanya Baekhyun kemudian memecah senyuman tipis dibibir tebal Somi

"ah- aku-"

"aakk-" potong Baekhyun menyuapi Somi, membuat Somi menggeleng seketika saat mendapatkan perlakuan dari orang jelas-jelas dokter yang merawat adiknya sendiri

"jangan, aku-"

"ayolah kau harus mencobanya, ini enak!" suara manisnya terdengar sedikit merajuk saat Somi menolak suapannya. sedikit ada rasa tidak enak diperlakukan seperti itu olehnya, bukan karna apa hanya saja Somi merasa dia bukanlah gadis baik-baik, dan dia merasa tidak berhak menerima kebaikan oleh orang lain dalam bentuk apapun. hal itu yang selalu Somi sebut sebagai rasa tahu diri atau sekedar pikiran sadarlah, siapa dirimu Kim Somi!

sendok masih menggantung didepan mulutnya menunggu Somi membuka mulutnya, sedikit menghembuskan nafasnya panjang Somi menatap baekhyun yang juga masih menatap intens pada dirinya, lalu tanpa berikir lebih panjang lagi Somi mulai membuka mulutnya dan menerima suapan Baekhyun. membuat senyum tipis itu merekah dibibir tipis milik Baekhyun

"bagaimana?"

"enak-"

"terimaksih"

[ WATTPAD 4BABYBOO_ ]