webnovel

3. Calon Suami? Tidak mungkin.

Rasanya ada yang aneh dengan jalan di sekitar rumah ku. terdapat sebuah mobil mewah dan 3 mobil hitam lainnya berderet. Apa ada tamu di rumah ku, tapi itu tidak mungkin, karena keluarga ku tidak mempunyai kenalan orang kaya.

Ah, bukankah kemarin Anis tetangga sebelah rumah katanya akan bertunangan, mungkin saja calon dari keluarga si pria datang. wah, hebat sekali dia, mendapatkan pria tajir. batin ku monolog.

Setelah memarkirkan motor ku dan melepas helm ku aku segera masuk.

" Ayah, ibu ak..... "

Hal pertama yang tertangkap oleh ku adalah yang sedang duduk di ruang tamu menghadap pintu dengan baju hem putih bercorak garis biru, saat itu dunia di sekeliling ku berhenti berputar

" P-pak Alex, sedang apa anda di sini?

'Kenapa bos baru ku ada di sini'pekik ku dalam hati.

" Mimi, kau sudah pulang nak! " Sapaan dari Ibu tidak mampu mengalihkan fokus ku kepada bos baru ku yang sedang duduk sambil tersenyum cerah.

Siapa pun beri aku jawaban.

"Mimi? "

"Itu panggilan khusus di rumah. " potong ku cepat, saat ayah ku akan menjawab rasa penasaran pak Alex. Jangan sampai ayah mengatakan karena aku tidak bisa menyebut nama ku sendiri, seperti yang biasa beliau katakan kepada tetangga ku.

Untungnya dia menerima alasan ku begitu saja.

Aku masih terpaku di depan pintu melihat ayah dan ibu ku menyajikan kue dan minuman di meja tamu saat suara lembut menginterupsi ku.

"Nak Mimi, kenapa berdiri terus, ayo duduk. "

Aku baru menyadari kalau ada seorang wanita yang walau pun sudah berumur tapi terlihat cantik dengan hidung kecil dan mancung serta dagu lancip, mungkin usianya sekitar lima puluhan, tampak elegan dengan gaun terusan biru dan rambut yang di sanggul tinggi.

Tidak banyak perhiasan yang melekat ditubuhnya yang biasa terlihat pada ibu-ibu kaya pada umumnya, hanya sebuah kalung , gelang rantai kecil dan sebuah cincin bermata merah delima yang melingkar di jari manisnya

"Aduh kamu ini Mi, nggak sopan berdiri di situ apalagi ada tamu. " Ibu menarik tangan ku untuk duduk di kursi sambil memberi ku sedikit petuah.

Dengan masih di selimuti awan kebingungan aku beranikan diri untuk bertanya tapi sedikit berbisik ditelinga ibu ku.

" Ibu, sebenarnya ada apa, apa mereka teman nya ayah?. "

"aish bukan! " sanggah ibu seraya memukul pelan tangan ku.

" Ah maaf kalian sudah menunggu lama. " Aku menatap ayah yang langsung berbicara dengan tamu kami.

" Saya perkenalkan dulu. Mimi perkenalkan ini Ny. Stella Danurta . " sebagai kesopanan aku langsung menyalami tangan Nyonya cantik tersebut.

" Dan ini putra beliau Alexander Danurta." Sebenarnya aku enggak mau menyalami tapi tatapan ayah sungguh menakut kan.

Begitu tangan kami bersentuhan, Aku dapat merasakan kehangatan yang tersalur dari tangan nya merasuk ke dalam badan ku melalui tangan ku.

Agak tergesa aku menarik tangan ku saat terdengar batuk yang di sengaja dari ayah ku di barengi kikikan kecil dari Ny. Stela dan ibu ku.

Bukan aku yang betah bersalaman dengan dia, tapi tangannya yang terus menggenggam tangan ku.

" Ini anak kami semata wayang, Sammy, kalau di luar sering di panggil Sam, tapi di rumah panggilannya Mimi." Lanjut ayah.

"Baiklah, karena sudah berkenalan maka saya tidak akan ber basa basi lagi.

Bapak dan Ibu Harris, saya mewakili putra saya untuk melamar putri anda berdua Sammy. Anda pasti mengerti akan situasinya.

" WHATT!! "

Sumpah aku tidak sengaja berteriak begitu, bahkan berdiri dari duduk ku. Aku meringis kecil saat tangan ku mendapat jitakan 'halus' dan ditarik paksa oleh ibu untuk duduk.

" Kami paham dan menerimanya." Aku baru akan memprotes saat jawaban ayah membuat ku serasa di siram dengan air es.

" Mana bisa begitu. " pekik ku, aku dapat merasa mata ku membulat melotot.

" Apanya? " Ayah justru balik bertanya.

"Ini." jawabku asal, astaga di saat seperti ini otak ku jadi lelet. " Ayah tidak bisa seenaknya menyetujui tanpa bertanya dulu pada ku. "

" Untuk apa, tanya sama nggak tanya kamu tetap akan nikah sama nak Alex. " Waduh santai sekali ayah ngomongnya, tidak ada rasa bersalah sama sekali.

"Kalau aku tetap tidak mau!? " Pokoknya ngotot dulu, batin ku.

" Mimi kamu dan Alex adalah pasangan yang ditakdirkan. jadi kalau pun tidak mau, mau tidak mau harus mau. " kata ayah yang membuat ku memegang kepala ku yang mulai berdenyut sakit.

" Jadi maksudnya kami sudah di pertunang kan sejak kecil,.. begitu? "

" Mimi, boleh tante yang menjelaskan? "

Aku rasa itu opsi terbaik untuk situasi saat ini, makanya aku mengangguk.

"Maksud dari ayah mu adalah saat kalian berdua lahir memang sudah di takdir kan untuk menjadi pasangan suami ." Aku mandang Tante Stella penuh tanya.

"Tapi... tapi itu tidak mungkin! " sanggah ku lagi.

"Apanya yang tidak mungkin? " tante Stella bertanya

" Pertama kami baru saja bertemu, bahkan kalau bukan karena Pak Alex adalah bos baru ku belum tentu kami bertemu.

jadi aneh kan tiba-tiba bilang kalau aku dan Pak Alex adalah .... " rasanya tabu untuk mengatakan kalau Pak Alex adalah calon suami ku.

" Ah kamu benar, tentu aneh. " ucap Tante Stella. " Tapi bagi ras kami bertemu dengan orang asing yang menjadi pasangan yang sudah ditakdirkan untuk kami itu sudah hal biasa."

Aku mengkerut kan dahi ku. Apa maksudnya ' Ras kami? '

"Mi, kamu suka baca novel ga? " Apa maksud ibu nih, kok tanya aku suka baca novel atau nggak.

" Nggak terlalu bu, kadang aja kalau lagi suntuk. " jawab ku.

" Berarti kau tahu cerita tentang manusia serigala? " tanya ibu lagi.

" Tahu, tapi aku tidak membacanya, yang ku baca lebih mengarah ke horor atau fantasi." jawab ku lagi.

Kulihat Ayah, ibu, Pak Alex dan tante Stella saling berpandangan, kok mencurigakan begini sih.

" Mi, ayah sarankan mulai sekarang kamu cari bacaan bertema manusia serigala, karena Calon suami mu berasal Ras tersebut. "...

"............. "

Lagi-lagi aku membulatkan mata, aku ingin bersuara, mulut ku sudah membuka saat ayah kembali menginterupsi ku.

" Kami tidak akan bercanda soal ini Mi, calon suami mu memang berasal dari Ras manusia serigala. Bahkan sebenarnya di darah kita mengalir sedikit darah manusia serigala." Ucapan terakhir ini membuat mata ku menatap langsung mata ayah.

Ah tidak mungkin, buktinya tidak pernah sedikit pun aku mendengar salah Satu keluarga ku ada yang berubah menjadi serigala jadi-jadian.

"Ha.. ha...ha..." Aku tidak sanggup untuk berkata.

"Kau ingat kakek dari kakeknya kakek , buyut Rando? " tanya kakek, aku mengangguk

Yah aku ingat, beliau adalah seorang petualang, suka mendaki gunung , suka kegiatan menjelajah alam lainnya.

" Saat beliau berusia 30 tahun, beliau pernah kecelakaan, jatuh dari tebing,

beliau terluka, banyak mengeluarkan darah, karena kliniknya kecil maka akan dibawa ke rumah sakit yang di kota. " Ayah diam sejenak.

"Tapi ada masalah, tidak ada darah yang sesuai dengan golongan darah beliau, tidak ada darah yang tersedia."

aku mendengar dengan khidmat karena aku belum pernah mendengar cerita ini.

"Ada seorang pelancong yang kebetulan ada di tempat itu, darah nya cocok dengan beliau dan berkat pelancong tersebut kakek buyut kita selamat."

" Jangan bilang kalau pelancong itu adalah manusia serigala? " tebak ku.

"Tapi itu tidak membuat kita menjadi manusia serigala, hanya... "

"Hanya? " Aku jadi penasaran

"itu akan membuat mereka bisa merasakan keberadaan kita. "

Ok, aku butuh 'Break' sekarang juga.

" A.. ah maaf, Ayah boleh aku keluar sebentar, ke minimarket didepan, aku lupa beli sesuatu. " sepertinya ayah memahami kondisi ku saat ini karena beliau mengangguk.

" Aku temani, ayo. " Untuk kedua kalinya Pria yang menjadi jodoh ku bersuara semenjak dia di rumah ini.

Aku sudah menggeleng tapi rupanya ijin dari ayah lebih berlaku.

*****

Dan disini lah aku, bersama 'dia' dan 2 orang bodyguard nya.

Saat ini aku sedang duduk di depan sebuah minimarket didekat rumah ku. Susu kemasan yang aku minum sudah habis sejak tadi.

Kepalaku sangat berdenyut. ah.. aku rasa otak ku tidak mampu menerima semua informasi yang diberikan oleh ayahku .

" Apa kamu mau minum lagi, tunggu sebentar akan ku belikan."

" Tidak, tidak usah. " Secepat kilat aku menolak tawaran dari pria yang menjadi sumber sakit kepala ku.

" Kamu yakin? " aku mengangguk sambil menggoyangkan tanganku.

Aku menatapnya sesaat, sungguh aku tidak mempercayai ini semua.

" Maaf pak. .. "

" Alex !" Ucapan ku terhenti "Di luar kantor kamu boleh memanggilku tanpa embel- embel 'pak' lagi pula kita sebentar lagi menikah seharusnya panggilan kita berubah. " Wow, ucapan nya membuatku terdiam sesaat.

" A-Alex, begini, a... semua ini.. kamu tahu... maksudku... ini sangat... hm... mendadak.. hah.. " aku mengusap wajahku dan menghela wajah kasar.

"Aku butuh waktu!" akhirnya terucap juga kata itu.

"Tidak masalah. masih ada waktu sampai pernikahan kita, bukankah masih ada waktu 2 bulan? "

Aku menutup mata ku karena kesal

" Hei, apa kau sadar aku lebih tua dari mu 8 tahun? " Ucap ku kesal.

"Ya, lalu? " Ya ampun manusia ini, eh... apa masih bisa dia ku sebut manusia.

"Carilah yang lebih muda dari mu, setidaknya seumuran dengan mu, jangan yang sudah lebih dari seperempat abad seperti ku ini." Kata ku lagi.

"Memang kenapa dengan diri mu? " Jujur mulut ku ternganga mendengar pertanyaannya.

" E hem. " Ber dehem sedikit untuk menghilangkan rasa canggung karena pria satu ini tidak mengalihkan tatapan mata nya ke arah lain, memangnya ada apa dengan wajah ku. Kuharap tidak ada kotoran di mata ku, kalau tidak akan sangat memalukan.

" Kau bisa lihat kan, aku sudah ubanan, nih." tunjuk ku seraya menyodorkan bagian samping kepala ku yang mang ada ubannya akibat gonta ganti shampo., tapi dia kan tidak tahu hehehe.

" Wah kita serasi ya, lihat aku juga ada uban di sekitar sini." Mungkin wajah cengo ku terlihat lucu saat ini, saat mendengar ucapannya yang juga memperlihatkan sisi kanan kepalanya. Untuk sesaat aku terdiam.

"Hei, apa kamu tidak lihat di sekitar mata dan kening ku sudah penuh keriput. Kau akan malu bila berjalan di sampingku. "Aku masih mencoba keberuntungan agar dibatalkan pertunangan ini.

" Benarkah? coba ku lihat. " Aku tersentak kebelakang saat dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Hoh, kalau bisa ku pukul, ku pukul kepala nya itu. Apa dia tidak tahu yang namanya ruang pribadi.

Ku tatap wajahnya yang sedang menyelidik di wajah ku, cepat lah aku berdoa dalam hati, tangan ku serasa mati rasa karena memegang erat pinggiran kursi yang ku duduki.

" Hm.. memang ada sedikit. " Ucapnya membuat ku ingin melonjak senang. " Tapi tidak masalah. " Dan ucapannya juga yang membuat ku seperti jatuh terjerembab mencium tanah.

" Bukan kah kau sering membersihkan wajahmu , kau rutin melakukan perawatan wajah dengan masker buah seminggu sekali, rajin mencuci wajah mu sebelum tidur, memakai krim kesehatan kulit setiap hari, minum jus buah setiap pagi, jadi apa yang perlu ku khawatirkan soal keriput. "

Apa-apaan dia ini, bagaimana bisa dia mengungkapkan semua kebiasaan ku? bagaimana dia mengetahui nya. aku mulai was-was. Ku perbaiki posisi duduk ku begitu dia menarik dirinya ke posisi semula.

"Ibu mu yang memberitahu ku tadi. " Sepertinya dia mengerti apa yang ku pikirkan.

" Kami berbincang banyak tadi sambil menunggu mu pulang.

*Bisa-bisanya Ibu mengatakan itu" Gumam ku sebal.

Sepertinya aku perlu sedikit bicara dengan ibu tentang pembocoran informasi rahasia tentang diri ku, jangan sampai semua yang tidak seharusnya keluar jadi tersebar ke mana-mana, khususnya pada makhluk yang ada di depan ku ini.

" Ku rasa karena terlalu senang Putri nya akan menikah." Tak ku sangka dia menjawab gumaman ku, sambil tersenyum bahagia lagi.

Lagi-lagi ku hela napas ku kasar

" Kenapa kamu begitu yakin, aku adalah jodoh mu? " Ku harap dia sadar bahwa aku sangat serius saat ini. Ku lihat dia memperbaiki duduknya, mengambil napas dalam sebelum menjawab ku

" Kami, kaum manusia serigala bisa membaui jodoh yang telah di tetap kan untuk kami, aroma yang di keluar kan oleh pasangan kami akan lebih mendominasi." Mendengar ucapannya membuat ku ingat perkataan Martha tadi pagi tentang novel yang di bacanya.

" Jadi kisah warewolf itu nyata ya? " Lebih pada diri ku sendiri seraya mata ku fokus pada lantai.

" Sangat nyata, senyata diri ku di hadapan mu. "

' Astaga apakah dia sedang merayu' aku hanya membatin kesal sambil mengelak ke belakang saat orang ini mendekatkan wajahnya ' LAGI' ke wajahku, seolah-olah itu adalah Hal yang wajar dilakukan.

" Jadi... siapa yang memberi tahu mu kalau aku.. aku.. "

" Calon istri ku". Rasanya terdengar aneh saat dia mengucapkannya. Dan aku hanya mengangguk kaku.

Saat dia memejamkan matanya harus ku akui dia sangat tampan, dan ada wibawa di sana. Kharisma yang di milikinya sangat berbeda di bandingkan pria lain, aura yang di miliki nya tidak ada satu pria pun yang selama ini ku temui memiliki nya, aura yang mampu menaklukkan siapa pun, catat.. siapapun. Eh.. apa aku termasuk, pikiran ku membuat aku tertegun sendiri.

"Aku yakin dirimu adalah pasangan sejati ku saat aku mencium aroma vanila mint yang segar dan menenangkan. " Sembunyikan aku sekarang, aku yakin warna wajah ku berubah dari kuning langsat ke warna merah, semerah tomat.

" Dan kami tidak pernah meragukan jodoh yang telah di berikan untuk kami."

Keheningan menghinggapi kami, jari ku memainkan kotak kosong bekas susu yang tadi aku minum.

" Aku tidak akan memaksamu untuk langsung mencintai ku, seperti aku yang langsung jatuh cinta saat melihat mu. "

Sekarang aku yakin wajah ku sudah seperti udang rebus. Apa kata nya tadi, jatuh cinta saat pertama bertemu? astaga apa dia sedang menggombal cinta.

" Aku yakin dengan seringnya kau bersama ku, melihat ketulusan ku, kau pun akan tertular virus cinta ku. " Ucapnya lagi seraya tersenyum simpul.

" Bagaiman kalau ternyata aku tidak jatuh cinta juga? " tanya ku, kan hal tersebut bisa saja kan.

" Tidak, aku yakin sekali, kau pasti jatuh cinta dengan ku." Benar-benar kepercayaan tingkat tinggi.

" Sebaiknya kita kembali. Sudah terlalu lama di luar. " Aku pun mengangguk mengiyakan. toh tidak mungkin juga aku terus menghindar.

Mungkin saat ini yang bisa ku lakukan adalah mengikuti arus. Ha.. Mimpi apa apa aku semalam. Pulang dari tempat kerja malah bertunangan.

Yang pasti nanti malam aku akan segera mencari info tentang manusia serigala di internet, atau di mana pun aku bisa mendapat kan nya. Setidaknya aku tidak buta arah saat menghadapi calon suami ku ini.