webnovel

Si Cuek dan Si Bobrok

Aku baru saja sampai di rumah sepupuku, dari luar aku mendengar keributan yang berasal dari suara sepupuku dan seorang pria yang aku tak tau dia itu siapa, sepupuku terdengar menolak pernyataan dari laki-laki itu, aku mendengar sedikit perbincangan mereka yang berisikan "Gue tau lo selingkuh, lo ngga usah pura-pura lagi di depan gue, dasar perempuan murahan" bersamaan dengan itu aku melihat sepupuku terjatuh di depan pintu yang mana aku sedang berada disana. Aku menatap laki-laki itu penuh dengan kebencian, ku lihat sepupuku yang terjatuh dan ku bantu dia untuk berdiri, ku lihat di wajahnya terdapat air mata yang masih saja mengalir di pipinya. Kemudian laki-laki itu melihat ke arahku lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Esoknya aku bertemu dengan laki-laki itu lagi tapi kini ia bersama seorang pria yang cukup tampan tapi dia terlihat seperti playboy pada umumnya yang suka menebar senyum pada semua wanita yang dijumpainya, semakin hari aku semakin dekat dengan playboy itu, hingga suatu ketika aku sadar dari semua halu ku dan ku putuskan untuk pergi dari dari sisinya tapi dia menahanku bahkan saat dia sudah memiliki kekasih, dengan penuh emosi, aku pun berkata "Aku memang cuek, tapi wanita cuek juga punya hati, aku tidak mau terbiasa denganmu, aku tidak mau jatuh cinta padamu hanya karena aku terbiasa, aku tidak mau itu, jadi aku mohon izinkan aku melepaskan kamu dari lubuk hati terdalam" ucapku dengan berteriak di depan wajahnya Dia tampak kebingungan karena tidak tau harus berbuat apa setelah ku ucapkan hal yang selama ini terpendam dalam hatiku, sejak hari itu aku benar-benar tidak berkomunikasi lagi dengannya bahkan bertatap mata pun tidak. Hingga sesuatu yang berat terjadi dan aku harus menemuinya lagi Apa yang akan terjadi selanjutnya?? Apakah ini akan happy ending?? ingin tau kelanjutannya?? yuk kunjungi ceritanya, untuk memberi support pada author silahkan berikan like dan komennya yah, terima kasih

amerauli · Teen
Not enough ratings
7 Chs

episode 3

Setelah 3 minggu aku berada di rumah nenek, aku pun berniat ingin kembali ke kosan terlebih dahulu bukan hanya sekedar untuk membersihkan kosan saja melainkan juga untuk menemui orang yang sudah menyakiti sepupuku, aku ingin mencoba meluruskan permasalahan diantara mereka, aku tidak mau melihat sepupu bersedih lagi. Sebagian dari sepupuku sudah kembali ke rumahnya masing-masing dan ada yang kembali ke kosan nya lagi untuk mengisi hari dengan kesibukan seperti biasanya, hanya tinggal beberapa saja yang ada di rumah nenek, aku, Gita dan 3 sepupu lainnya, selebihnya sudah tidak ada lagi yang tinggal, aku dan sepupu yang lainnya pun merasa cukup bosan karena tidak ada yang menarik di rumah ini.

Esoknya aku izin pada nenek dan kakek untuk kembali ke kosan, aku beralasan bahwa kosan ku belum sempat ku bersihkan sebelum pulang ke rumah nenek ini dan dengan berat hati kakek dan nenek membiarkanku kembali ke kosan ku dalam hati aku berkata "akhirnya damai", awalnya aku mengajak Gita kembali bersamaku tapi aku ingat bahwa dia masih sakit hati karena kekasihnya itu, akhirnya ku biarkan Gita tinggal di rumah nenek mungkin seminggu ke depan, setelah berpamitan aku pun membeli tiket kereta dan aku memilih kereta jam 11, saat ini masih pukul setengah sebelas dan aku membeli cemilan untuk di kereta nanti, karena aku tidak memiliki teman untuk mengobrol jadi lebih baik aku ngemil.

Jam menunjukkan pukul 11 dan kereta yang akan ku naiki sudah sampai, aku pun menaiki kereta, ku cari dimana tempat duduk ku setelah melihat-lihat aku ada di gerbong ke 3 dari kereta itu, sangat sejuk sekali karena aku memilih kereta ekspress untuk pulang, yang mana kereta ini fasilitasnya lebih baik dan harganya pun sedikit lebih mahal, tampaknya gerbong ini lumayan sepi, tidak banyak penumpang yang menaikinya sehingga aku bisa meletakkan barang-barang ku di kursi bagian depan, ku lihat ke arah jendela untuk melihat sekitaran yang ada di dekat rel kereta ini, baru saja ku melihat ke sisi lorong, ku lihat masinis yang begitu tampan berjalan ke arah depan dan ini membuatku tercengang beberapa saat untuk mengagumi masinis itu, aku pun tertawa kecil, bisa-bisanya aku tercengang karena orang tampan.

Kereta pun mulai melaju dan aku pun ikut mulai memakan cemilanku, ku lihat aktifitas orang di sekitar rel kereta melalui jendela, ada yang berdagang ada yg berkendara dan sebagainya, setelah 2 setengah jam yang membosankan ini berlalu dan melewati 4 stasiun akhirnya aku sampai di stasiun pemberhentian ku, aku pun turun dan mencari angkot untuk menuju kosan ku, angkot ke arah kosan ku sudah sampai dan aku pun menaiki angkot itu, tidak terlalu ramai orang, jadi aku memilih duduk di paling ujung angkot agar aku bisa membuka jendela angkot dan tidak kepanasan, sekitar 1 jam lamanya di angkot, aku pun sampai di kosan ku tersayang ini, ku keluarkan kuncinya dan ku masukkan ke lubang kunci lalu ku putar ke arah kiri, pintu pun ku buka, ku rebahkan badanku di atas kasur sambil menghidupkan kipas yang ada di kamar ini, baru saja rebahan perutku sudah meminta untuk diisi, dengan malas aku berjalan keluar rumah lagi untuk mencari makanan yang ada di sekitar kosan ku

Beberapa langkah berjalan aku menemukan orang jualan nasi padang, ku pesan satu bungkus nasi dengan lauknya perkedel kentang, rendang dan kuah yang banyak, setelah itu aku membeli minuman di supermarket dekat kosan ku, setelah itu aku pun menuju kosan dan menyantap makanan ini, setelah perutku kekenyangan aku pun memilih menuju ruang tengah, yah kosan ku seperti rumah kontrakan yang mana per kamarnya di isi oleh orang berbeda, rumah ini terdiri dari 3 lantai dan aku berada di lantai satu, lantai 2 diisi oleh kaum laki-laki sedangkan lantai 3 diisi oleh perempuan lagi seperti di lantai satu. Di ruang tengah ku hidupkan televisi untuk mengisi waktu luang ku agar aku tidak tertidur karena aku baru saja selesai makan.

"Sherly, kapan balik" tanya Runi yang kosannya ada di sebelah kosan ku

"Baru banget kok, ini aku abis makan, kamu udah makan belum?" tanyaku basa basi

"Belum, ini mau ke dapur buat masak trus ku lihat ada kamu di ruang tengah, makanya ku samperin dulu" ucapnya

"Masak? mau ku bantu? aku lagi hilangin kenyang nih"

"Boleh-boleh, kebetulan aku masak agak banyak juga, soalnya temen ku di lantai 2 ada yang nitip minta dimasakin"

"Temen apa temen, hahaha" Runi tampak malu-malu kucing

Ku matikan televisi dan ku berjalan ke dapur bersama Runi, yang mana ternyata Runi sudah menyiapkan cukup banyak bahan masakan, sepertinya dia ingin membuat ayam dengan tepung tapi aku ngga tau juga, Runi membersihkan ayam itu di wastafel, sedangkan aku menyiapkan tepung-tepungan yang sudah di tuliskan Runi disebuah kertas kecil, setelah menyiapkan tepung aku pun mengupas bawang dan cabai, karena aku tidak bisa mengulek sambel akhirnya tugas itu ku serahkan pada Runi, setelah Runi membersihkan ayamnya, ia melumuri ayam itu dengan jeruk nipis lalu membiarkannya di dalam panci itu, Runi mencampurkan tepung-tepung yang tadi sudah ku siapkan, ditambah dengan cabai bubuk dan merica, setelah itu baru lah Runi mengulek sambelnya.

"Runi, tempenya gimana?" tanyaku yang melihat ada tempe di atas meja

"Kamu potong-potong agak besar soalnya mau aku geprek nanti, biar jadi tempe geprek dan ayam geprek" ujarnya

"Ooh jadi kamu bikin ayam dama tempe geprek, enak nih kayaknya, kamu ngga bilang sih tau gitu kan aku mau nitip dimasakin juga" ujarku

"Tenang ih, karna kamu udah bantuin maka makan malam mu ikut selamat" ucapnya dan aku pun tertawa riang sambil menepuk kedua tanganku layaknya anak kecil

Baru saja selesai memotong tempe ada beberapa orang laki-laki turun dari lantai dua ya sekitar 5 orang deh, dia berjalan menuju dapur ditempat aku dan Runi sedang memasak, mereka menatap kami berdua secara bergantian, aku yang tidak suka di tatap memilih untuk pergi ke arah kulkas untuk mengambil minumku dan bersembunyi dibalik kulkas beberapa saat sebelum menatap mereka kembali, salah seorang laki-laki itu memanggil Runi dan Runi yang tadinya sibuk dengan sambelnya pun menoleh ke arah orang yang memanggilnya

"Udah selesai belum? kami laper nih" ujarnya pada Runi

"Belum, ini tinggal goreng abis itu di geprek, ini cepet karena di bantuin juga sama temenku" ucap Runi sambil melihat ke arahku yang sedang memegang botol minuman

"Oh ini teman kamu, tatapannya ngeri juga" ucap laki-laki itu, aku membelalakkan mataku ke arahnya, Runi tertawa

"Jangan salah, walaupun matanya tajam dia juga bisa masak dan dia juga pintar, hati-hati ntar suka" ucap Runi, aku hanya menatap Runi kesal dan beralih pada tempe yang tadi sudah ku potong untuk ku masukkan ke dalam tepung cair yang sudah disiapkan oleh Runi tadi

Entah apa yang dilakukan laki-laki itu mereka malah duduk di kursi meja makan yang ada di dapur itu, ini yang membuatku kesal, mereka melihat setiap gerak-gerik kami apakah selapar itu mereka? tidak bisa bersabar beberapa saat saja, setelah ku goreng semua tempe itu lalu ku serahkan ke Runi dan aku beralih pada ayam ini, sesuai perintah Runi aku harus mencelupkan ayam ini ke tepung kering lalu lanjut ke dalam air dingin dan kembali pada tepung kering, ku lakukan itu dengan cepat, dalam satu wajan aku bisa memasukkan 4 potong ayam dan ini akan cepat selesai, Runi pun menggeprek tempe itu dan meletakkan sambel yang sudah ia ulek itu diatasnya, setelah itu lanjut pada ayamnya dan setelah puluhan menit berlalu masakan pun selesai, Runi mengambil piring dan mengisi masing-masing piring itu dengan nasi, tempe dan ayam, lalu meletakkan piring-piring itu untung laki-laki kelaparan itu.

Aku pun pamit pada Runi untuk masuk ke kamar kosan ku, karena aku kesal dengan laki-laki itu, apakah mereka tidak makan 3 hari? sampai-sampai mereka harus menunggu di dapur dalam keadaan ada cewek-cewek yang sedang memasak, yang benar saja mereka bukan abang, saudara atau apa pun kenapa mereka berani sekali, ah ini benar-benar membuatku emosi, selang beberapa menit ada yang mengetuk pintu kosan ku, ketika ku buka ternyata itu adalah Runi

"Sherly, ayo ke dapur lagi, sepupuku ingin kenal dengan kamu" ucapnya

"Sepupu?" tanyaku

"Iya, yang tadi bilang tatapan mu mengerikan" ucapnya sambil tertawa

"Aku ngga mau, terlampau emosi aku, emang mereka ngga bisa nunggu di atas aja apa, kenapa harus nyusul ke dapur dan nungguin gitu, risih banget aku, perasaan sepupu ku ngga gitu-gitu amat deh" ucapku panjang lebar

"Tenang-tenang, kenalan sama sepupuku dulu yuk" ajaknya dan aku pun mengikuti langkah Runi menuju dapur