webnovel

Pertemuan 2

"sammy sampai kapan kita akan berlama-lama disini?"

"udah jangan bawel…, cepat cari buku yang kuminta, kalau gak ketemu kita gak akan pergi, paham?"

Kakaknya mulai jengkel dan mengamati keadaan sekelilingnya.

"Sekarang ini malam minggu, masa ya harus dihabiskan ditoko buku kek gini?!"

Matanya mengamati sekeliling, tidak ada satu orang cewek pun yang berada disana untuk memilih sebuah buku. Toko buku besar yang terletak ditengah kota nampak sepi dengan pengunjung yang hanya dihadiri oleh para keluarga khususnya anak-anak yang ingin ditemani kedua orang tuanya.

"taulah.., mulai kesal. Gue akan pergi sekarang masa bodoh sama loe", gerutu kakaknya membanting buku yang dipegangnya lalu beranjak pergi dari tempatnya. Kak Sem… Tak dihiraukan panggilan adiknya. Terus berjalan keluar menuju pintu otomatis yang bisa terbuka dan menutup sendiri, tiba-tiba tak sengaja menabrak tubuh seseorang. Aauu…,gadis itu untungnya tak terjatuh hanya terdengar suara terkejut. Astaga!

"uuppss…Sorry…soryy gue gak sengaja, gak apa-apa kan..?"

Reisa terbengong melihat orang yang menabraknya. Cowok ini?! Teringat tempo hari dirinya bertemu diperpustakaan kampus sekarang didepan toko buku, Si kutu buku! Penampilannya agak berbeda dengan pakaian yang dikenakannya, jaketnya yang berwarna hitam, celana jens yang sengaja disobek dibagian lutut, parahnya lagi telinganya memakai anting magnet dan kalung rantai sepanjang dada. Agak urakan sih, tidak seperti pertama kali bertemu yang begitu rapi dengan pakaian hem nya yang sopan dan wajah gantengnya sudah ter-save diotakku. Bertemu dengannya lagi. Takdir ?

"hello…, loe baik-baik aja non?" menyadarkanku yang agak melamun.

Reisa terbengong "kau...? eh...gak pa-pa kok" , sembari memegangi tubuhku.

"Syukur deh…, maaf gue lagi terburu-buru kabur dari adik gue, hari gini disuruh nongkrong di toko buku, kepalanya geleng-geleng sambil menggerutu. "eh…sorry", ucapnya sekali lagi. Ekspresinya membuatku tersenyum geli mendengar curhatan yang dilontarkannya dengan mimik muka konyolnya.

"kau mirip temanku, saat aku ajak kesini dia malah gerutu gak jelas", sahutku sok akrab.

Cowok itu langsung menanggapinya dengan balik tertawa. "bearti gue cocok ama temen loe",sahutnya. "kenalin nama gue semmy, sontak kaget pas dia mengucapkan namanya, sikapnya ramah tak seperti ekspresi yang ditunjukkannya kemarin. Jari jempolnya dengan PD menunjuk kearah tubuhnya saat berkenalan. "Nama loe?"

"rei…reisa..,panggil saja begitu"

Hatiku agak kecewa juga sih, dia bahkan tak mengingat kejadian tempo hari, kenyataannya dia bahkan tak suka berada ditoko buku, jadi garis besarnya (bukan kutu buku) jadi berharap berlebihan kalau mungkin dia punya hobby yang sama denganku, Untuk pertemuan kedua yang ter-save diotakku, kulihat dari mataku dia jauh lebih berekspresi sekarang.

Berdiri dengan tubuh yang sama seperti waktu bertemu pertama kali, semmy mengucapkan salam perpisahan dan belalu pergi.

"rei…reisa…", panggilan namanya tiba-tiba terdengar kencang ditelinganya.

Shakira habis memarkirkan mobilnya yang tak jauh dari sana, dia tadinya menolak ajakanku buat ketoko buku tapi akhirnya mengalah dan mau mengikutiku. "kau kenapa sih dari tadi dipanggil suruh nungguin malah aku nya ditinggalin", gerutu shakira. Reisa masih diam.

"Hallo…, kau dengerin aku gak sih?! mukamu pucat terlihat agak aneh, ada apa…?". Menerawang jauh! Reisa mulai tersadar sekaligus kegirangan.

"aku bertemu dengannya lagi?!"

"siapa ? ketemu siapa ?"

Tanganku memegang dadaku yang terus berdetak lebih kencang sama seperti waktu itu. Senyum – senyum serasa sedang gembira bersama malaikat-malaikat diawan. Mengetahui namanya saja seperti mimpi bagiku. Semmy itulah namanya, oke! anggap keberuntungan sudah mulai menyertaiku sekarang. Shakira melihat area dalam toko buku, suasana nya nampak jelas dari luar yang berdinding kaca tembus pandang.

"Astaga.., kenapa dia disini ?" shakira melihat seseorang yang dikenalnya dari kejauhan berada dalam toko buku, tangan reisa cepat-cepat ditarik keluar tanpa pikir panjang.

"ada apa shaki ?"

"ayo cepat pergi dari sini, kita pergi ketoko buku lain saja, please… ",pinta shakira memohon sembari kedua tangannya dilipat. Reisa kebingungan dengan sikapnya lalu menyetujui keinginanya tanpa banyak alasan "Baiklah…"

Mereka berlalu pergi meninggalkan toko buku dan mencari tempat yang lebih bagus tanpa menyia-nyiakan waktu tiga jam yang diberikan ayah reisa untuk melewati acara malmingan yang berharga malam ini.

****

Dalam angan-angan ingin tertidur pun reisa masih mengingat wajah semmy sangat jelas dibenaknya, mata ku jadi tak bisa terpejam. Semmy?seperti apakah dirinya? Menerawang wajah keduanya saat memakai kacamata dan memakai anting, gayanya yang bisa berubah-rubah menjadikannya lebih misterius. Reisa mulai mengingat akan pertemuannya kembali, Pertama kali bertemu sikapnya cuek dan tak banyak berekspresi, kenapa untuk yang kedua kali penampilannya agak urakan, sikap ramah yang ditunjukkan nampak dari senyum yang dikeluarkannya, kepribadian ganda? Atau sikap yang memang ditunjukkannya didalam kampus dan diluar kampus, apapun yang ada di dirinya telah menjadi bayangan hatiku.

"Mana mungkin cowok kayak dia bisa suka sama gadis kayak aku, dia bahkan benci sama toko buku, gimana kalau dia tau aku penggila buku, astaga…, pikiran macam-macam mulai menggerogoti pikiranku. Terlintas satu hal lagi, shakira? sahabatnya itu mungkin jauh lebih cocok dengan semmy.

Tuan putri dan pangeran bersatu ! otakku mulai berkhayal sesuatu buruk mungkin bisa terjadi. Menyedihkan sekali! mulai kelelahan dengan yang mengusiknya reisa akhirnya menutup mata mencoba untuk tertidur pulas.

Smartphone berdering satu pesan telah masuk, membaca menatap layar yang berisikan pesan seseorang, dijalan menuruni anak tangga reisa berlari menuju kekantor dosen pembimbing nya, menginformasikan tentang permintaannya telah terjawab , seorang penulis?.

Dari awal aku berniat ingin belajar untuk bisa menjadi seorang penulis dari dosen bahasa yang mengajarku, berulang kali aku mengajukan permohonan padanya agar bisa menjadi pembimbingku dalam tulisan yang ingin kubuat, tetap saja jawabannya selalu ditolak, tak seberani itu untuk bertanya apa alasannya, kupikir mungkin saja orangnya sibuk mengerjakan hal yang lain sampai tak mungkin menerimaku sebagai muridnya.

Menjalankan profesi menjadi seorang guru pasti masih bisa kujalankan disamping menjadi seorang penulis. Sebenarnya itu trik hanya untuk mengelabui ayah yang tak begitu suka tentang aku menjadi seorang penulis.

Tok..tok…, pintu terdengar diketuk. Reisa mendongak masuk

"permisi…,maaf pak saya agak terlambat"

Reisa sontak kaget saat masuk keruangan pak handoyo, disana dia juga melihat seseorang berdiri disamping dosennya, wajah yang dikenalnya.

Dosennya menyambut reisa dengan senyuman tanpa marah. "masuklah reisa…, bapak ingin berbicara tentang permintaanmu"

Aku melangkah mendekati tempat duduk didepan meja pak handoyo, menegang! Keberadaannya jauh lebih membuatku gugup dari pada mendengar jawaban yang ingin kudengar. " jadi...saya bisa belajar sama bapak?"

Pak Handoyo dosen pengajar bahasa reisa menggeleng."tidak…,maaf reisa saya terlalu sibuk untuk mengajarimu". Beberapa detik kalimatnya sungguh mengecewakan sampai beliau melanjutkan kalimatnya. Jadi bapak merekomendasikan kamu pada seseorang yang mungkin juga sudah ahli dalam bidang ini''

Hatiku yang tadinya layu mulai bermekar lagi, apalagi saat pak handoyo menunjukkan jarinya pada seseorang yang ada disisinya, tak bisa disangkal mataku daritadi mencuri pandang orang yang disebelah pak handoyo." Dia yang akan membimbing kamu"