webnovel

Kebingungan Kira

Kira masih terbayang akan pertemuannya dengan semmy tempo hari. Melihat langit-langit kamarnya kira samar-samar tergambar sosok semmy, kira menaruh kepala rebahan diatas ranjangnya bergelut rasa penasaran dalam hatinya. Ia berkali-kali ingin bertanya soal bagaimana kakaknya bisa berteman dengan seorang pemuda sekelas semmy. Seorang cowok yang tidak hanya punya embel-embel anak orang kaya tapi juga punya talenta menarik dalam dirinya, mungkin seseorang juga tak bisa dengan gampangnya masuk dan seberuntung kakaknya yang bisa berinterksi dengan semmy. kira tau kakaknya kuliah di universitas bergengsi yang penghuninya rata-rata hampir semua anak orang kaya tapi tak disangka kakaknya bisa tumbuh dan beradaptasi dilingkungan yang menurut kira sangat jauh berbeda dari kehidupan sehari-hari reisa. Bila diingat Shakira teman reisa yang pernah berkunjung juga bukanlah orang biasa, tergambar dari gaya dan penampilannya.

Beruntung sekali reisa bisa memiliki teman-teman yang bisa menerima dirinya dan realita kehidupan yang dimiliki sang kakak secara ada kemungkinan besar anak orang berada tak akan mudah bergaul dengan seseorang kelas bawah yang basic nya tak memiliki apa-apa. Badan kira berguling kekanan . Badan kira berguling kekanan dan kekiri resah ingin menemukan jawaban atas pertanyaannya.

"Gimana? Udah siap?"

"Entahlah…", sammy merasakan gugup luar biasa didalam mobil. Reisa duduk tepat disisinya. "Sepertinya hari ini bukan hari yang tepat", alihnya. Reisa menghela nafas Panjang. Mereka berencana menemui ardiansyah dirumah reisa. Tentang permintaan ayah reisa yang ingin bertemu dengan pembimbing reisa. sammy sudah setuju ingin menemui ardiansyah. Mobil sammy sudah terparkir disekitar halaman rumah reisa, sammy tak juga ingin turun. Pemuda itu mengalami ketegangan, berbagai macam pikiran muncul dalam otaknya, apa yang akan ditanyakan ayah reisa padanya.

"Sam…"

"Apa", sammy menoleh panik memenuhi panggilan lirih dari reisa.

"Katakan sesuatu, apa yang membuat ini sulit?", tanya reisa. beberapa detik sammy hening memandang reisa. "Katakanlah…", ujar reisa lagi.

Sammy membuang muka dari reisa. "Kau… tak akan mengerti", jawabnya tanpa melihatku.

Dalam hati reisa bertanya-tanya. Apa yang ku tak mengerti? Mungkinkah dia tak suka dengan kebohongan yang akan kami lakukan pada ayah? Reisa berusaha memahami posisi sammy.

"Oke…, kalau kau gak siap hari ini kita bisa kesini lagi lain kali", usulku.

Reisa pamit ingin turun dari mobil sammy tanpa memaksa lagi. "Tunggu…" tangan sammy menghentikannya. Tangan reisa ditarik untuk bertahan. "Aku akan menemui ayahmu, sekarang"

Reisa merasakan rasa dingin yang menusuk dari sentuhan sammy. "Sam…tanganmu dingin sekali, apa kau gugup?", celoteh reisa lagi. Sammy buru-buru melepaskan tarikan tangannya.

"Enggak…siapa yang panik, gak ada satupun masalah yang gak bisa kuatasi", elak sammy.

Tubuh agak bimbang sammy membuka pintu mobil keluar.

Seulas senyum keluar dari bibirku, terpancar kekonyolan dari sikap sammy yang ingin menutupi kegelisahannya.

Reisa ikut keluar dari mobil, berjalan menuju rumah reisa yang jaraknya tinggal beberapa meter saja. Setiap langkah hampir menuju rumah, reisa sedikit melirik sammy. Rasa lega tumbuh dari dalam hati reisa. sammy sudah menjadi cowok yang berbeda dari sebelum ia kenal. Kepribadian sesungguhnya masih dalam bayangan yang berusaha ditutupi rapat olehnya.

Tok…tok…pintu diketuk agak keras. Bunyinya terdengar sampai masuk kedalam kamar kira.

Kira bergegas terbangun keluar mendekati arah pintu.

Bunyi suara orang menjawab dari dalam rumah. Sammy memandangi sekeliling rumah reisa, Bentukan rumah sederhana, terbilang bangunan agak lama dan tak begitu besar. Reisa mendapati sammy sedang meneliti sekitar. keadaaan rumah reisa pasti sangat berbeda dari rumah yang dimiliki sammy, rasa minder mulai muncul dibenak reisa.

"Maaf aku lagi dikamar jadi agak lama bukain pintu", ceriwis kira dari balik pintu. "Tumben kak reisa pulang sore" kira terus nyerocos tanpa mengetahui seseorang dibalik pintu sang kakak tak sendirian berada disana.

"Iya gak pa-pa, ayah ada dirumahkan?", timpal reisa.

Kira serasa ingin pingsan menemukan wajah semmy berada dibalik pintu rumahnya. Beberapa menit yang lalu wajah itu terus menghantui otaknya.

"Kak sem…?", pekik kira.

Reisa terbengong akan reaksi sang adik.

Meskipun penampilannya sangat berbeda dari sebelumnya yang selalu bertemu mengenakan jaket hitam bergaya metal anak jalanan. Sammy bisu menatap kira untuk pertama kalinya.

"Kak reisa pulang sama…, kira masih terpaku tanpa mempersilahkan masuk.

"Kira…jangan gak sopan, kakak ada tamu"

"Aah…iya maaf…", Kira agak terbangun dan mempersilahkan masuk.

Sammy mengekor dibelakang reisa. kira dengan cepat menutup pintu ikut masuk membuntuti sammy.

Reisa berniat menyuruh sammy duduk namun tiba-tiba kira memotong mengganggu ramah tamah sang kakak.

"Kak semmy mau minum apa? Biar aku yang buatin", sela kira tanpa rasa canggung.

Reisa melongo melihat tingkah sok akrab adiknya menawarkan minuman pada sammy. Cengar cengir sikap kira membuat Sammy pun ikut kikuk.

Kira memandang penuh percaya diri bahwa dirinya sudah pernah bertemu sammy sebelumnya.

"Kira…jangan ganggu tamu kakak, udah masuk sana", usir reisa. kira langsung berubah manyun.

"Apaan sih kak?!", rengeknya. "Aku Cuma mau ngobrol bentar ama kak semmy"

Kira menarik tangan sammy untuk duduk disebelahnya. Sammy masih diam mengikuti tingkah brutal kira. "Senangnya kak semmy mau main kerumahku", celetuk kira sumringah kesenangan.

Reisa berdiri menggaruk kepalanya yang tak gatal menyaksikan kekonyolan sang adik.

Reisa tau kira sudah mengenal semmy tapi ia belum pernah melihat sammy sebelumnya. "Maaf ya sam…kira gak tau kalau itu kau", ucap reisa merasa tak enak.

Sammy malahan tertawa mengatakan "Kalian kakak beradik sama saja"

Reisa merasa kolot mengingat kejadian awal bertemu sammy, dirinya juga menyangka sammy adalah semmy.

"Gak apa-apa, santai saja", tambah sammy lagi. Kira kebingungan dengan percakapan reisa dan sammy.

"Jadi…siapa namamu?", tanya sammy spontan pada kira.

"Aku?", kira berkedip-kedip heran. "Kak sem lupa denganku?", keluhnya agak bersedih.

"Jadi…Kau kenal kak sem?", tebak sammy.

Reisa ikut bergabung duduk dikursi. "Kira kau salah orang", tutur reisa menyela.

"Salah orang, maksud kak reisa apa?"

Reisa menunjuk sammy menyuruh kira menatap dan meneliti orang yang ada disebelahnya dari atas sampai bawah. "Apa kau lihat ada sesuatu yang berbeda?"

Kira menimang-nimang pertanyaan kakaknya. "Sedikit, tapi…kak sem tetap keren kok dengan pakaian seperti ini", masih kekeh.

"Kira…dia bukan semmy, dia orang lain", tambah reisa.

"Apa sih maksud kakak?", tanya sang adik masih bingung.

"Dia ini sammy saudara kembar semmy, lebih tepatnya dia adik semmy"

Perkataan reisa seperti sambaran petir untuk kira. "Apa?! Jadi kak sem punya kembaran?", seketika kira refleks berdiri sangking terkejutnya. Reisa hanya menganggukkan kepala.

"Jadi kak sem ada dua orang? Maksudku ini adik kak sem?"

Badan kira panas dingin mengetahui kenyataan semmy ada dua orang.

"Kau boleh memanggilku sammy", sahut sammy memperkenalkan diri.