webnovel

Pertemuan Ardiansyah

"Kau boleh memanggilku sammy", sahut sammy memperkenalkan diri.

Kira berubah tak berkutik saat bicara yang tadinya sok akrab bersikap begitu mengenal kalau itu semmy. Kira berusaha menutupi rasa malunya dihadapan sammy. "Jadi…kau bukan kak sem?", tanyaku salah tingkah.

Sammy hanya tersenyum menyetujui kira.

"Ma…maaf kak kalau aku…salah orang, aku gak tau kalau kak sem ternyata punya saudara", sesalku salting kembali duduk disebelahnya. Reisa menepuk jidat menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan kelakuan sang adik.

"Tak apa", balas sammy tak merasa keberatan. Kira memandang sammy lekat-lekat dari dekat, semua yang menempel pada diri sammy memang hampir sama persis dengan apa yang jadi perwujudan semmy. Wajah tampannya begitu serupa begitu pula dengan postur badannya, kira dibuat semakin penasaran. Baiknya tuhan sudah menciptakan mereka ada dua orang. Apa kak sammy juga sama hebatnya seperti kak semmy? kira terus melamun menatap sammy yang ada didepannya. Suara reisa terus memanggil nama adiknya namun tak juga terdengar masuk ditelinga kira.

Tangan reisa tak sabar menarik telinga adiknya. "Aah…Sakit…lepasin kak"

"Kak reisa apaan sih?!", rintih kira merasa terganggu.

"Sudah masuk sana jangan ganggu tamu kakak", usir reisa.

Teriakan-teriakan kira membuat sang ayah keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Kira…kenapa berteriak"

Reisa langsung melepaskan tangannya dari telinga kira. Sammy menegang menelan ludah ketir mendapati ayah reisa keluar menampakkan diri.

"Enggak ada apa-apa kok yah", sahut reisa menutupi aksinya.

Ardiansyah menemukan kedua putrinya berada diruang tamu bersama seorang pemuda yang sedang duduk dikursi disamping mereka. Ardiansyah mengeluarkan reaksi tak senang adanya sammy ditengah kedua putrinya. "Reisa, siapa lelaki ini?"

Kira dan reisa berdiri dari duduknya, disusul sammy.

Reisa mendekat pada ayahnya, "Ini yah…" reisa tergopoh takut sang ayah salah paham. "kenalin ini pembimbing reisa, itu yang pernah reisa ceritakan dulu", tutur reisa memperkenalkan sammy. Ardiansyah agak heran. "Jadi…ini pembimbingmu?"

Kuanggukkan kepalaku tanpa ragu. Ardiansyah mendekat pada sammy menyodorkan tangan kanan untuk bersalaman dan meneliti pemuda itu dari dekat. Adegan bertatapan muka terjadi beberapa detik.

"Kenalin nama saya sammy", sammy menyambut tangan ardiansyah sedikit rasa gugup. Ardiansyah menerima sukarela. "Saya ardiansyah ayah reisa, jadi anda dosen dikampus?", tanya ardiansyah.

Sammy kebingungan menjawab dan melemparkan pandangan pada reisa. Mulut kira ingin ikut menjawab tapi diserobot cepat oleh reisa "Beliau ini dosen termuda dikampus yah"

Sammy hanya mengerutkan kening mendengar jawaban dari mulut reisa. reisa mengedip-ngedipkan mata mengkode agar sammy setuju dengan perkataannya.

"Ooh…benarkah? Saya pikir tadi anda teman putri saya tapi bukan dosen atau guru"

Menonton gelagat reisa dan sammy kira mulai paham ada sesuatu yang sedang ditutupi oleh mereka pada sang ayah. "Apa kak sammy sepintar itu?", ceplos kira tanpa sebab.

Reisa mengarahkan pandangan melotot pada kira mulutnya sedikit berkomat-kamit sebal.

Ardiansyah mulai ikut meragukan terpengaruh culasan kira. "Reisa kenapa kau jadi panik"

"Aah…enggak kok yah siapa yang panik" sangkal reisa.

Ketegangan tergambar diwajah putrinya ketika berbicara. Sammy pun mematung tak bisa melakukan hal lain selain mengeluarkan senyum terpaksa.

"Dia…bukan orang pintar" ujar reisa buka suara lagi. Ardiansyah dan kira terdiam.

Reisa mengarahkan pandangannya pada sammy. "Dia bahkan lebih dari itu, orang jenius pertama yang pernah kutemui"

Sammy terpaku mendengar sanjungan dari bibir reisa. pemuda itu bahkan dibuat tak bisa berkata-kata.

Ardiansyah bersuara keras. "Reisa?! ayah gak pernah mengajarkanmu bertindak tidak sopan"

Reisa terkejut kenapa sang ayah marah. "Maksud ayah?"

"Memanggil dosenmu dengan kata dia itu tidaklah sopan meskipun dosenmu terlihat masih sangat muda tetap harus panggil beliu"

Kira cekikian melihat sang kakak dapat omelan.

"Iya yah reisa minta maaf"

"Tidak perlu seformal itu, saya memang bilang pada reisa untuk bersikap biasa dengan saya", sahut sammy ikut bicara.

Ardiansyah mempersilahkan sammy duduk kembali.

"Maafkan reisa, kadang dia anaknya suka lupa diri", timpal ardiansyah.

Reisa dan kira ikut nimbrung duduk menemani sammy, ardiansyah menyuruh kira masuk kedalam membuatkan secangkir minuman untuk disuguhkan.

"Apa ada banyak mahasiswa lain yang seperti reisa, maksud saya yang anda ajarkan seperti reisa", tanya ardiansyah langsung ke topik. Reisa sangat was-was melihat ayahnya sangat antusias saat bertanya.

"Sejauh ini hanya reisa yang mau belajar sama saya", terang sammy sambil sedikit melirik ketempat reisa.

"Kenapa begitu?", tanya ayah reisa heran.

"Karena saya hanya ingin mengajari reisa", sahut sammy enteng.

Kira datang membawa nampan berisi secangkir teh lalu meletakkannya didepan sammy.

"Hanya kak reisa?" lagi-lagi kira mengatakan hal diluar nalar.

Sammy menyadari ada kesalahan dalam perkataannya barusan. "Maksuda saya…saya hanya mengajar mahasiswa yang benar-benar kompeten dan punya kwalitas jadi saya tidak bisa sembarangan menerima mahasiswa lain untuk belajar dengan saya", embuh sammy menjelaskan.

Kepala ardiansayah manggut-manggut memahami ucapan sammy.

Keringat dingin mulai mengucur dari pelipis sammy. Pertanyaan anarkis apalagi yang akan keluar dari mulut ardiansyah.

"Kalau begitu saya sebagai ayah reisa meminta tolong agar anda bisa menjaga dan mengajari reisa untuk mendapatkan apa yang dia inginkan", ujar ardiansyah lagi.

Reisa sedikit kaget saat ayahnya menitipkan dirinya pada sammy, begitupun reaksi sammy tak menyangka ayah reisa mengatakan hal diluar ekspektasinya.

"Kenapa ayah berkata seperti itu", gumam reisa lirih berbisik disisi sang ayah.

"Ayah tau kau sangat ingin jadi seorang penulis kan, jadi ayah mau kau mendapatkan apa yang kau inginkan"

Reisa terhanyut senang sampai menahan air matanya ingin keluar, kelihatan saat itu ardiansyah sangat menyayangi reisa.

"Tolong penuhi permintaan saya sebagai ayah reisa", pintanya lagi.

Beberapa detik sammy tak ada respon. Reisa memandang sammy, entah apa yang akan dikatakan pemuda itu mendengar permintaan sang ayah.

"Anda menitipkan reisa sama saya?", tanya sammy linglung.

Ardiansyah menganggukkan kepala pelan.

Keringat dingin itu mulai membasahi punggung sammy juga.

"Saya berjanji akan menjaga reisa dan mewujudkan apa yang ingin diraihnya"

Ardiansyah bernafas lega akan jawaban sammy, dirinya merasa yakin menitipkan reisa pada orang yang tepat.

Kira menyenggol lengan kakaknya untuk menyadarkan reisa yang setengah melamun. Reisa tak menyangka sammy bisa mengatakan demikian. Bahkan sampai berjanji pada ayahnya. Detik itu reisa merasa ada yang lain dipancaran mata sammy saat melihat dirinya.

"Ehem…" berulang kali kira berdehem menjahili kakaknya sedang sibuk mengerjakan sesuatu dikamar. Reisa tak merespon keberadaan kira dan masih sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.

Pintu kamar reisa sedikit terbuka. Tok…tok…kira mencari cara lain untuk masuk.

"Boleh aku masuk", ucap kira dari balik pintu. Reisa diam tak mengiyakan.

"Kak reisa lagi sibuk ngapain sih?!, ganggu kira menrobos masuk kedalam kamar tanpa izin.

Buku reisa ditutup kasar karena adanya pengusik. "Kira jangan resek kakak lagi sibuk", omel reisa berbalik badan masih duduk dikursi belajar. Adiknya malah senyum-senyum tanpa kejelasan.

"Ciyeh…yang lagi seneng", goda kira. "Kak rei katakana sesuatu", reseknya duduk menyamping diranjang reisa. "Apa", kakaknya merespon malas melepas kacamata baca yang dikenakannya.

"Tentang kak sem dan kak sam"

Reisa menggeleng-gelengkan kepala pura-pura tak mendengar, focus pada meja lagi yang ada didepan reisa. Kira tak menyerah ingin mengorek semua isi hati kakaknya, mulai beraksi kira bergelayut manja melingkarkan kedua tangannya pada leher reisa memeluk dari belakang.

"Kak reisa suka sama kak sammy"

Mata reisa sekejap melotot melirik kira. "Wait…apa yang barusan kau katakan?"

"Aku beneran syok loh tau kalau kak sem punya saudara kembar", alih kira. "Tapi kak sam juga gak kalah keren kok, mereka sama-sama punya daya tarik tersendiri", ungkap kira.

Reisa cuek Kembali mendengar celotehan panjang kira.

"Dari mereka berdua kak rei lebih suka sama siapa?", tanya kira berbisik pada telinga sang kakak. Kalimat itu masuk melewati otak reisa. Jika ditanya reisa lebih menyukai siapa diantara mereka berdua.