webnovel

SAUDADE

"Hai, lama nggak ketemu." Kalimat singkat yang meluncur dari bibir gadis itu membuat tubuh Akala seketika membeku. Sudah lama, bahkan teramat lama. Rasanya suara itu tidak menyapanya lagi. Lalu apa yang membuatnya kembali ke sini? Ke tempat di mana awal mula kisah mereka dimulai. Akala yang terlihat seperti orang yang berbeda. Ya, orang yang berbeda. Karena apa yang dilihatnya 10 tahun lalu dari diri Akala tidak ada sama sekali pada saat ini

Getkeysx · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Bab 8 : Ketakutan Terbesar

Bel istirahat berbunyi, Binta berencana akan pergi ke kantin untuk duduk sesaat.

"Ta, kantin yuk," ajak Gavina kepada Binta.

"Yuk, gue juga mau ke kantin. Buat nenangin diri Vin," sahut Binta.

"Ta, lo gak usah terlalu mikirin apa yang terjadi sama lo kemarin. Lo hanya bisa fokus ke depan buat diri lo menjadi bagian terbaik dari diri lo. Gak perlu mikirin hal yang nggak penting dipikirin Ta." Gavina menepuk punggungnya.

"Iya Vin, yaudah kita ke kantin dulu, jangan melo-melo terus" tawa wanita yang penuh masalah itu.

Binta mencoba pergi ke kantin dengan banyaknya masalah yang sedang berputar di kepalanya.

Masalahnya dengan Akala yang sampai saat ini belum punya titik terang juga.

Dan yang membuatnya banyak pikiran saat ini adalah, dimana kemarin malam ia mendengar perdebatan orangtuanya yang membuat jantungnya berdegup kencang, seperti tidak biasanya ada perkelahian antara kedua orangtuanya.

Pandangan Binta benar-benar kosong saat ini, untung saja tangannya dipegang oleh Gavina kalau tidak, sudah tidak tau dimana ia akan menabrak orang-orang yang ada di lorong sekolah.

"Ta," panggil Gavina

Tapi, Binta tidak menyahut pandangannya lurus kedapan dengan tatapan kosong.

"Ta," pangginya lagi.

Namun belum asa sahutan jua.

"Ta…, lo kenapa sih?" Gavina menggoyangkan badan Binta membuyarkan pandangannya.

"Hmm…, maaf Vin gue gak denger lo tadi, kenapa?" ucap Binta.

"Lo kenapa sih? Lo lagi banyak pikiran ya? Gue lihat lo murung terus. Apa karna masalah sama Fathur kemarin?" tanyanya.

"Enggak kok Vin, yakali gue mikirin dia" Binta berusaha jujur.

"Kalau bukan karna itu karna apa dong? Ayo lah jujur sama gue, supaya lo gak banyak pikiran" pinta Gavina.

"Mungkin gue hanya kecapean aja kok Vin, tenang aja" Binta mencoba memberikan sedikit penjelasan kepada Gavina.

Gavina diam saja, tak mau ia membahas lagi, karna ia tahu Binta menyembunyikan sesuatu darinya.

"Vin," Binta tiba-tiba memanggil Gavina untuk mendengarkannya.

"Iya, kenapa Ta?" tanyanya.

"Kalau misalnya orangtua lo berantem, dan lo dnger perkelahian mereka. Apa yang bakal lo lakuin?" tanya Binta.

"Ha? Kenapa? Orangtua lo berantem? Ya biasa dong Ta, kan gak mungkin mulus-mulus aja rumah tangga orangtua lo," ucap Gavina.

"Eemm, enggak kok, ortu gue gak berantem kok" tukas Binta.

"Tapi ya, kalau orangtua gue berantem, gue gak mikirin banget sih, karna itu urusan mereka berdua, dan balik lagi ke yang tadi, kalau kehidupan itu gak mulus muku Ta, pasti ada yang sedikit masalah. Tapi itu bakal memperkuat kok Ta" terang Gavina yang sudah biasa jika mendengar orangtuanya, dan dia tidak begitu peduli dengan itu.

Binta terdiam, mendengar perkataan Gavina, dia bukannya tenang melainkan ia menjadi semakin takut akan apa yang terjadi kepada orangtuanya. Ia terlalu overthinking, ntah kenapa ia terlalu memikirkan kedua orangtuanya. Pasti ada yang ditutupi dari Binta. ia merasa ketakutan terbesar dalam hidupnya kehilangan orang yang dia sayang, dan dia sangat takut jika ia akan kehilangan orangtuanya.