webnovel

Temani Aku

Pada jam pelajaran pertama Rhyan tak bisa pokus dengan materi yang di bawakan oleh guru. Sekali-kali matanya mencoba melirik ke belakang, namun pandangannya tak mampu menjangkau keberadaan Azra yang berada di kursi paling belakang.

Guru yang memperhatikan tingkah Rhyan yang aneh segera menghampiri Rhyan.

"Rhyan kamu kenapa? apa ada yang sakit?" tanya guru kepada Rhyan. Dengan status Rhyan yang tinggi tak ada satupun guru di sekolahnya yang tidak akan memperhatikannya. Mereka akan berusaha untuk menarik perhatiannya agar posisi mereka di sekolah bisa naik pada tingkat yang tertinggi.

"Nggak apa-apa bu! cuman sedikit pusing saja!"

"Kalau gitu kamu istirahat saja di UKS!" kata guru tersebut sambil memperhatikan seluruh kelas dan mencari seseorang untuk membawa Rhyan ke UKS.

Para murid mengetahui maksud dari pandangan gurunya itu dan mulai merasa deg degan, siapa gerangan yang akan mendapat kehormatan itu dan mendapat kesempatan untuk berdekatan dengan pangeran Rhyan?

semua mulai berharap dalam hatinya agar terpilih, sebuah hal yang langkah bisa berdua saja dengan pangeran Rhyan meskipun hanya sampai di ruang UKS. Hal itu tetap sesuatu yang di nanti-nantikan oleh kebanyakan siswa di sekolah.

Pandangan guru itu terhenti di bangku paling belakang karena siswi itu hanya terlihat biasa-biasa saja dan tidak menunjukkan sikap yang penuh dengan obsesi seperti teman-teman sekelasnya yang terlihat begitu jelas.

"Kamu yang di belakang!"

siswi itu melongo' dan melihat ke arah kanan dan kirinya, dia merasa bahwa dirinya yang di panggil oleh ibu guru namun tidak begitu yakin.

"Saya bu?" Azra menunjuk dirinya dengan ragu-ragu.

"Iya kamu siapa lagi?" guru itu tidak terlalu ingat dengan Azra, mungkin karena Azra tidak terlalu menonjol di antara anak-anak yang lain karena sifatnya yang terlalu tertutup dan bahkan mendengar suaranya pun masih bisah terbilang dalam hitungan jari, padahal dia sudah berada di semester kedua.

"Cepat kamu antar Rhyan ke UKS jangan sampai sakitnya tambah parah nanti!" perintah sang guru.

Kenapa harus aku, kan masih banyak siswa yang lain yang mau mengantarnya pikir Azra dalam hati. Tapi mengingat kebaikan Rhyan padanya selama ini dia tidak keberatan, Azra pun berdiri dan melangkah kebangku Rhyan.

semula Rhyan ingin menolak kebaikan gurunya itu namun mendengar ucapan gurunya yang menyuruh Azra untuk mengantarnya membuat dia mengurungkan niatnya. Ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk lebih dekat dengan Azra pikir Rhyan.

Akhirnya Azra dan Rhyan keluar dari kelas di ikuti dengan tatapan sinis dari sebagian besar siswi.

Rhyan yang kini berjalan bersama Azra merasa sedikit canggung saat tak ada yang memulai pembicaraan.

"Makasih udah mau ngantar aku, meskipun sebenarnya aku bisa ke UKS sendiri!"

"nggak apa-apa, cuman segini nggak sebanding dengan pertolongan yang kamu berikan kepadaku!" jawab Azra tak lupa memperlihatkan senyumnya yang manis.

selama ini Rhyan mampu meluluhkan gadis manapun dengan senyuman mautnya, namun kelihatannya senyuman itu tak mampu membuat gadis yang dia taksir menjadi luluh, malahan dia yang telah jatuh pada pesona Azra lebih lagi pada saat dia tersenyum.

Mereka akhirnya sampai di ruang UKS, Rhyan dan Azra masuk kedalam dan segera di sapa oleh guru piket. Rhyan di arahkan untuk beristirahat dan berbaring di atas kasur.

Setelah Azra melihat Rhyan beristirahat maka dia pun berniat untuk kembali ke kelas, namun Rhyan yang melihat itu segera memutar otaknya agar Azra tetap berada di sana.

"Aduh!" keluh Rhyan sambil memegangi kepalanya, matanya yang mencuri-curi pandang ke arah Azra ingin memastikan Azra berbalik. Tentu saja mendengar suara rintihan Rhyan dengan segera Azra mendekati Rhyan kembali dengan sedikit rasa khawatir.

"kenapa? apakah terasa sakit sekali?" Azra melangkah dan memegang kepala rhyan yang tertunduk, dia terlihat seakan merasa sangat kesakitan.

"Tunggu sebentar aku akan memanggil guru piket!" sebelum Azra beranjak pergi tangannya tiba-tiba di tahan oleh Rhyan.

"Tidak usah entar juga sembuh kalau sudah istirahat!" ucap Rhyan.

"Tapi bisakah kamu berada disini sementara untuk menemaniku?" pinta Rhyan Pada Azra.

"Rasanya nggak enak kalau cuman sendirian disini, lebih lagi aku kan laki-laki yang tampan kalau ada yang berniat menculikku bagaimana?" canda Rhyan.

mendengar ucapan Rhyan yang narsisnya luar biasa itu, Azra tidak bisa menahan tawanya.