webnovel

Tameng Hidup

Morgan mulai menangis matanya terlihat sangat bengkak, akibat sedari tadi terus menangis.

Belum beberapa langkah mereka berjalan sekelompok pria berjas menghadang mereka, dan dari belakang muncul lelaki muda yang terlihat tampan. Wajah lelaki itu merah menandakan dia dalam keadaan benar-benar marah saat ini.

Mata Afnan langsung tertuju kepada Morgan yang telah diangkat di atas pundak Tatang secara kasar, lalu beralih ke arah Azra yang sedang di tahan oleh Joko. Awalnya Afnan terkejut melihat Azra namun perasaan itu segera menghilang berganti amarah.

"Kalian lepaskan Morgan dan gadis itu sekarang! berani sekali kalian berurusan dengan keluargaku!" nada suara Afnan penuh penekanan.

Joko dan Tatang yang telah terciduk oleh Afnan dan para bawahannya terkejut dan dapat merasakan tangan dan kaki mereka bergetar hebat.

"kalian jangan mendekat! kalau tidak aku akan menyakiti perempuan ini!" ucap Joko mengancam sambil memperlihatkan pisau di tangannya dan mengarahkan di tenggorokan Azra.

Joko dan Tatang berusaha bertahan, meskipun mereka dalam keadaan tersudut. Wajah mereka terlihat begitu pucat akibat rasa takut menggerogoti jiwa mereka.

Azra yang melihat Afnan di depannya terpaku melihat sosok yang sangat tampan itu, dia sempat menelan air liurnya sebelum kembali tersadar. Wajah marah yang ditunjukkan oleh Afnan tidak dapat menutupi kharisma yang dimilikinya malahan semakin di tatap semakin membuat wanita yang melihatnya meleleh.

Azra yang sudah tersadar kini melihat kesempatan yang bagus untuknya lolos, dengan kedatangan Afnan dan para bawahannya maka tidak akan ada yang curiga dengan apa yang akan dia lakukan, gerakan tangan Azra pelan tapi pasti membuat Tatang yang menahan Morgan di pundaknya menurunkan Morgan secara perlahan.

"Tang kenapa kamu melepaskan bocah itu?" Geram joko kepa Tatang, tentu saja dengan tindakan sembrono dari temannya itu membuat keadaan mereka yang sulit terasa semakin sulit.

Tatang hanya diam membeku, matanya terlihat melotot ke arah Joko seakan ingin mengatakan sesuatu kepada Joko, namun suaranya seakan tertahan oleh sesuatu. Morgan kini berlari ke arah Afnan, memeluknya dengan erat.

"Selamatkan kakak! dia telah melindungiku selama ini!" pinta Morgan sambil mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Afnan. Afnan hanya menganggukkan kepalanya dan menyerahkan Morgan ke pengawal di belakangnya.

selanjutnya Joko kini merasakan pisau yang dipegangnya terasa panas, semakin lama semakin besar rasa panas yang ia rasakan, sampai akhirnya Tatan menjatuhkan pisau itu dan segera memegangi tangannya yang terasa terbakar.

Melihat pisau itu kini terjatuh Azra dengan cepat berlari menjauh dari Joko dan menuju ke arah Afnan, Joko yang menyadari Azra mencoba kabur darinya dengan gerakan spontan mengambil pisau yang tergeletak di lantai, tanpa mengingat sensasi panas yang dikeluarkan oleh pisau tersebut Joko melemparkannya ke arah Azra secara ganas.

Afnan yang melihat hal tersebut segera berlari ke arah Azra, Afnan menarik Azra secara mendadak kedalam pelukannya menjadikan punggung tangannya sebagai tameng untuk Azra. Terlambat sedetik saja pisau itu pasti sudah bersarang di punggung Azra.

Azra yang mendapat perlakuan seperti itu membeku di tempatnya, wangi maskulin dari tubuh Afnan membuat perasaannya menjadi damai. Tubuh Afnan yang lebih tinggi sejengkal darinya membuat wajah Azra mendarat secara sempurna di dada bidang Afnan, dia secara teratur menghirup bau tubuh Afnan.

Sampai dia akhirnya tersadar akibat teriakan Morgan yang histeris disertai dengan pengawal yang berada di belakang Afnan memanggil tuannya.

Joko dan Tatang kini di tahan oleh sisa pengawal yang datang belakangan.

Afnan dapat merasakan nyeri pada bagian punggung tangannya, mata Azra membulat sempurna setelah melihatnya. Sebuah pisau telah menancap tanpa ampun di punggung tangan Afnan, darahnya tak henti mengalir membuat Azra bergerak cepat untuk memegangi tangan Afnan yang terluka itu.

Entah apa yang dilakukan oleh Azra, saat dia memegang pergelangan Afnan dia seakan menyalurkan sebuah energi. Dengan perlahan Azra menarik pisau yang tertancap itu, membuat Afnan sedikit meringis.

setelah pisaunya tercabut Azra merobek bagian lengan bajunya dan memakainya untuk membalut luka Afnan. Energi yang Azra salurkan membuat tangan Afnan tidak terlalu sakit dan pendarahannya kini sedikit berkurang.

Afnan hanya memperhatikan perlakuan Azra terhadap dirinya, dia dapat melihat wajah serius yang sedikit menarik menurutnya.

happy reading gaesss!!

ni udah update yang ke tiga hari ini..^_^

di tunggu ya vote dan bintangnya..

jangan lupa memilih dengan batu kuasa biar up datenya lebih sering dan ceritanya makin seru(⌒o⌒)

amhychancreators' thoughts